Karina meminta tolong pada suster untuk menjaga adiknya, sementara dia pergi ke tempat ia bekerja. Dia akan menemui Bu Sarah untuk meminjam uang karena dia tidak mempunyai siapapun yang bisa ia mintai tolong. Dan semoga Bu Sarah mau memberinya pinjaman untuk membayar biaya administrasi rumah sakit.
"Selamat malam Bu." sapa Karina
Sarah yang saat itu sedang menghitung uang, nampak mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Kirana datang kemari. Apalagi Karina sudah meminta ijin 2 hari ini.
"Kirana, tumben sekali kau datang? Ayo sini, duduklah!!" seru Bu Sarah mempersilahkan
Karina menahan tawa karena bos nya salah mengenali dirinya. Dia duduk di depan Bu Sarah dan berkata, "Aku ada perlu denganmu, Bu." seru Karina
Lagi-lagi Sarah mengerutkan keningnya. Tidak, ini bukan Kirana. Gadis itu sangat lembut saat berbicara tapi Gadis di depannya ini ...
"Karina?" tanya Bu Sarah
"Iya Bu, ini aku. Sudah dua tahun aku bekerja dengan anda, tapi anda masih tidak bisa mengenali ku." gerutu Karina
Bu Sarah memukul pelan tangan Karina dan berkata, "mana aku tahu kalau itu kau. Kalian kembar dan kau berpenampilan seperti Kirana. Jika kau mengubah gaya bicara seperti Kirana, aku pasti tidak bisa mengenalimu." seru Bu Sarah
Karina terkekeh. Namun tidak lama setelah itu, ekspresi wajahnya berubah. Dia menunduk sedih yang membuat Bu Sarah bertanya, "kau kenapa? Apa terjadi sesuatu?"
"Kirana Bu."
"Ada apa dengan Kirana?" tanya Bu Sarah khawatir
Karina menghela nafas dan menceritakan apa yang terjadi pada Kirana dan bagaimana keadaannya saat ini. Bahkan Karina juga mengatakan alasannya berpenampilan seperti Kirana adalah untuk masuk ke lingkungan sekolah tempat Kirana menimba ilmu hanya untuk mengetahui apa yang terjadi pada Kirana.
Dia sudah menemukan salah satu orang yang mempunyai peranan penting dalam pembullyan yang Kirana alami. Namun dia masih ingin mencari secara pasti, siapa saja yang terlibat. Dia juga masih penasaran kenapa tidak ada yang mau menolong Kirana dan kenapa pihak sekolah juga diam saja.
"Oh my God!! Aku tidak menyangka hal itu bisa terjadi pada Kirana." seru Bu Sarah prihatin
"Iya Bu, aku sendiripun juga tidak menyangka nya. Entah, Kirana yang sangat pandai menyembunyikan hal ini dariku atau diriku yang terlalu bodoh untuk memahami saudara kembar ku sendiri." isak Karina
Bu Sarah berpindah disamping Karina dan memeluk gadis itu. "Jangan menyalahkan dirimu sendiri!! Kau sudah berusaha keras untuk nya. Mungkin Kirana menyembunyikan semua ini darimu, karena dia tidak ingin kau sedih dan khawatir." seru Bu Sarah menenangkan
"Tapi Bu, dia mengambil keputusan yang salah. Lihat!! Sekarang bahkan dia tidak mempunyai harapan untuk hidup." Kirana kembali terisak. Ini benar-benar menyakitkan. Satu-satunya keluarga yang dia punya, harus mengalami hal tragis seperti itu. Tapi dia mencoba untuk menahannya. Dia menghapus air matanya dan mengatakan maksud dari kedatangannya.
"Tapi walaupun begitu, aku ingin mencari keadilan untuk Kirana. Untuk itu aku datang kemari." Kirana menghela nafas panjang, mengumpulkan keberaniannya.
"Aku ingin meminjam uang untuk biaya pengobatan Kirana, Bu. Agar Kirana bisa melihat aku menghukum para pelaku." seru Karina
Bu Sarah menghela nafas. Dia memang merasa prihatin dengan apa yang terjadi pada Kirana, namun untuk memberikan pinjaman uang, dia tidak bisa langsung setuju begitu saja.
"Karina, bukan aku tidak mau menolongmu. Tapi uang yang kau butuhkan tidak sedikit. Jadi ... "
Brukh
"Karin, apa yang kau lakukan?" pekik Bu Sarah melihat Karina yang tiba-tiba berlutut di depannya dan terus memohon.
"Aku mohon Bu, aku tidak punya orang yang bisa aku mintai tolong selain anda. Aku berjanji akan bekerja lebih giat lagi. Anda bisa memotong gajiku untuk mencicil hutangku. Aku mohon bantu aku, Bu." Kirana memegang kedua kaki Bu Sarah dan memohon. Dia tidak mempunyai siapapun yang bisa dia mintai tolong. Dan hanya Bu Sarah satu-satunya harapan yang dia punya.
"Jangan seperti ini Karin!! Bangunlah!!" pinta Bu Sarah. Namun Karina hanya menggelengkan kepalanya. Dia masih berlutut sampai Bu Sarah tidak tega melihatnya. "Baiklah, aku akan membantumu. Tapi berdirilah terlebih dahulu." pinta Bu Sarah
Karina mendongak menatap Bu Sarah. "Benarkah? Anda mau membantu ku?" tanya Karina yang di jawab anggukan oleh oleh Bu Sarah
Karina menghapus air matanya. Dia tersenyum dan terus mengucapkan terimakasih pada Bu Sarah
"Terimakasih banyak Bu. Aku berjanji akan lebih giat bekerja. Dan anda bisa memotong gajiku untuk mencicil hutangku." seru Karina
"Baiklah, aku harap kau menepati janjimu."
...----------------...
Karina merasa senang karena berhasil mendapatkan pinjaman. Dia akan membayarkannya besok sebelum berangkat sekolah. Dia juga sudah meminta ijin pada Bu Sarah untuk mengganti jam kerjanya di malam hari karena pagi dia harus sekolah dan setelahnya dia harus menemani Kirana.
Bu Sarah setuju. Lagipula, dia merasa lebih aman jika Karina yang menjaga tokonya di malam hari. Karena selain pemberani, semua preman di sana mengenal baik Karina. Jadi tidak ada yang perlu ia takutkan.
Sesampainya.di rumah, Karina merasa hampa. Biasanya terdengar teriakan adiknya yang cerewet yang menyambutnya pulang. Tapi sekarang, rumah itu sepi.
Tanpa terasa air mata Karina menetes. Dia buru-buru menghapusnya memilih pergi ke kamar untuk beristirahat. Namun saat melewati kamar Kirana, tiba-tiba langkahnya terhenti.
Dia terdiam sejenak, menatap pintu kamar Kirana yang tertutup. Perlahan ia membuka kamar tersebut dan menatap seisi kamar yang tertata rapi.
Perlahan Karina masuk dan duduk di kursi meja belajar Kirana. Dia mengusap pelan foto Kirana yang terpajang di sana. Lagi-lagi air matanya menetes. Dia memeluk foto tersebut dengan terus memanggil nama adiknya.
"Kirana!! Maafkan aku, Kirana." isak Karina. Dia meletakkan kembali foto tersebut dan tiba-tiba terlintas di pikirannya untuk mencari petunjuk di kamar Kirana.
Dia segera menghapus air matanya dan mulai memeriksa setiap sudut kamar Kirana. Bahkan dia membuka satu persatu buku Kirana dengan harapan, adiknya akan meninggalkan catatan yang bisa menjadi petunjuk. Hingga dia menemukan buku kecil diantara buku lainnya. Dia mengambil buku itu dan tertulis My Diary di depan sampul buku tersebut
Karina penasaran. Dia membuka buku itu dan membaca tiap lembar yang tertulis di sana.
Awalnya tidak ada yang aneh. Semua seolah semua baik-baik saja dan tidak pernah terjadi apapun. Sampai dia melihat catatan yang Kirana tulis satu minggu sebelum dia sakit. Dia mengeluh lelah dengan semua ini. Dia tidak sanggup bertahan dan ingin beristirahat.
Kirana menangis membacanya. Bahkan Kirana menulis satu lembar penuh tentang apa yang gadis itu alami. Namun sayangnya dia tidak menyebutkan siapa dan kenapa dia diperlakukan seperti itu.
"Jadi benar, selama ini kau mendapat perlakuan tidak baik dari mereka? Ini yang setiap hari terjadi padamu?" gumam Karina dengan bibir yang bergetar
"Doamu terkabul, Kiran. Kau bisa beristirahat dengan tenang tanpa siapapun yang bisa mengganggumu. Tapi aku tidak akan bisa tenang sebelum membalas mereka semua." Karina mengepalkan kedua tangannya dan matanya berubah tajam. Dia bersumpah, akan membuat mereka hancur satu persatu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments