Karina memutuskan untuk menjenguk Kirana. Dia mengadu pada adiknya tentang apa yang terjadi hari ini. Dia meluapkan kekesalannya karena dia gagal membalas semua orang yang sudah membuat Kirana seperti sekarang. Kini harapan satu-satunya yang dia punya adalah orang-orang yang melakukan demo ke sekolah elite tersebut. Semoga hal itu membuahkan hasil.
Dengan tuntunan semua orang, dia yakin sekolah tersebut akan menjadi sorotan di dunia pendidikan dan bisa menarik perhatian semua orang untuk mengusut kasus tersebut.
"Sampai kapan kau akan seperti ini, Kiran? Apa kau tidak mau melihatku lagi?" lirih Karina
"Aku gagal tapi aku akan mencobanya lagi. Jadi kau tenang saja. Aku akan mencari keadilan untuk dirimu." seru Karina
Dia menghapus air matanya dan mengecup kening Kirana. "Aku pergi dulu. Aku masih harus bekerja setelah ini. Besok sepulang sekolah, aku akan datang lagi kemari." ucapnya lagi. Karina kembali berpesan pada suster untuk menjaga adiknya sementara dia pergi bekerja.
...----------------...
Keesokan harinya, Karina berangkat sekolah seperti biasa. Dia melihat masih ada orang yang melakukan demo di depan sekolahan nya. Mereka melakukan itu karena ingin menghadang kepala sekolah maupun guru untuk meminta klarifikasi dari video tersebut dan meminta agar pelaku di hukum.
Tidak hanya itu, Karina juga melihat beberapa polisi dan pria berbaju hitam layaknya seorang bodyguard, berdiri menjaga pintu gerbang.
Hal itu membuat Karina menghela nafas panjang. Dia bisa menebak jika semua itu pasti ulah ayah Sovia.
"Pasti setelah ini mereka akan di usir." batin Karina. Dia masuk melalui pagar yang hanya di buka sedikit dan kemudian di tutup kembali. Setelah beberapa langkah, Karina menoleh dan kembali menghela nafas panjang.
Karina berjalan menuju kelasnya. Di sana, ia melihat semua teman-temannya mulai bergosip mengenai video yang mendadak hilang. Mereka juga menduga jika yang melakukan hal itu adalah ayah Sovia karena hanya beliau yang mempunyai kekuasaan tersebut.
Karina mulai jengah mendengarnya. Dia duduk dengan kasar di kursinya dan menatap satu persatu teman-temannya. Namun saat ia melihat kearah meja Sovia, dia tampak mengerutkan keningnya.
"Kemana Mak lampir? Tumben jam segini belum datang?" batin Karina. Dia hanya berdiam diri memainkan ponselnya karena tidak ada yang mau mengajaknya bicara. Bahkan Bagas juga hanya diam di mejanya.
Sampai bel tanda masuk berbunyi, Sovia dan kedua temannya belum juga menampakkan batang hidung mereka.
"Apa mereka semua di skors? Tapi rasanya itu tidak mungkin." batin Karina
Jam pertama pelajaran berjalan dengan lancar. Tidak ada drama pembullyan di pagi hari dan suasana kelas juga terasa sedikit tenang. Mungkin semua itu karena si biang rusuh tidak masuk sekolah.
Hal itu membuat Karina merasa sedikit lega karena berkat Video itu, Sovia dan kedua temannya tidak masuk sekolah. Yang artinya tidak ada yang mengganggu dirinya. Bahkan orang-orang suruhan Sovia juga tidak melakukan apapun padanya.
Entah kenapa mereka tidak masuk sekolah. Tapi dia yakin, mereka bertiga tidak mendapatkan hukuman atas apa yang mereka lakukan.
Saat bel istirahat berbunyi, Semua siswa berbondong-bondong menuju kantin untuk mengisi perut mereka. Tapi tidak untuk Karina. Dia lebih memilih pergi ke perpustakaan. Namun bukan untuk membaca atau meminjam buku, melainkan untuk menenangkan pikirannya
Perpustakaan adalah tempat paling tenang walaupun banyak siswa di sana. Sebenarnya dia ingin pergi ke roof top, tapi di sana di gunakan siswa lain untuk nongkrong. Sementara di taman ataupun halaman, banyak siswa siswi yang bercanda di sana. Untuk itu dia memilih ke perpustakaan.
Karina masuk ke ruang tersebut. Namun tidak ada siapapun di sana. "Aneh, tumben sekali tidak ada orang di perpustakaan." gumam Karina. Dia memilih meja paling belakang yang terhalang rak buku. Dia menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya dan memejamkan matanya sejenak.
Dia tidak tahu harus bagaimana lagi. Cara yang menurutnya akan berhasil saja bisa di gagalkan dengan mudah. Dan semua itu karena kekuasaan ayah Sovia.
Hal itu membuat dirinya geram karena aksi balas dendamnya gagal dan dia harus mencari cara lain yang bisa membuat semua pihak yang berkaitan dengan kasus itu tidak bisa berkutik.
"Aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan?" batin Karina frustasi. Dia menegakkan tubuhnya dan menghela nafas panjang. Dia merasa semua ini mustahil dilakukan. Tapi melihat kondisi Kirana membuatnya ingin mencari keadilan.
Karina memutuskan untuk kembali ke kelas. Namun langkahnya terhenti saat mendengar pembicaraan dua guru di sana. Awalnya dia tidak perduli, namun saat salah satu dari mereka mengatakan tentang video pembullyan itu, Karina menghentikan langkahnya. Dia memasang telinganya baik-baik dan mendengarkan pembicaraan keduanya yang membuat dirinya tercengang.
"Apa kau tahu jika Video itu sudah hilang?"
"Iya, aku tahu. Dan aku yakin semua ini perbuatan pak Hartono. Dia yang haus akan kekuasaan tidak mungkin membiarkan begitu saja sesuatu yang bisa mengancam dirinya."
"Maksudmu?"
"Yang aku dengar saat ini pak Hartono tengah mencari pelakunya. Pak hartono meminta bantuan orang-orang yang ahli untuk memeriksa video tersebut."
Deg
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
murni l.toruan
Author buat netizen yang up load lagi video pembully di sekolahnya, Sovia dilaporkan ke polisi. Apa semua polisi bisa disogok.... gurunya juga harus dipermalukan
2024-01-07
1