Ternyata Dareen membawa Livia ke taman dekat komplek perumahan gadis itu. Dareen hendak mengajak Livia pergi ke tempat yang cukup jauh tapi dari tadi gadis itu terus khawatir akan pulang terlambat, jadi mungkin lain kali saja.
" Mana kalungnya, Kak? " pinta Livia ingin kalung pemberian Papa Agra segera kembali.
" Sabar dong, Livia " ucap Dareen tersenyum.
Dareen merogoh kantong jasnya dan mengambil kalung milik Livia.
" Biar aku yang memakaikannya di leher kamu " ucap Dareen saat Livia hendak meraih kalung dengan liontin berinisial nama gadis itu.
" Gak usah, Kak. Aku bisa pasang sendiri " tolak Livia tapi Dareen tidak menerima penolakan itu.
" Shut, kamu diam aja " ucap Dareen segera bangkit dari duduknya.
Dareen berdiri di belakang Livia dan memakaikan kalung itu di lehernya. Bener-benar sangat cocok dan semakin indah berada di leher Livia.
" Sudah " ucap Dareen menjauhkan tangan dari leher Livia.
Setelah itu, Dareen kembali duduk di bangku taman dan di samping Livia.
" Aku bener-bener gak sadar kalau kalung ini lepas dari leher aku. Untung aja nyangkut di kemeja Kakak, kalau jatuh di jalan terus hilang bisa habis aku " ucap Livia merasa sangat lega karena kalung yang sangat berharga itu kembali kepadanya.
" Memangnya itu kalung dari siapa? Dari pacar kamu? " tanya Dareen dengan sedikit terselip rasa cemburu.
" Bukan, ini kado ulang tahun dari Papa " jawab Livia.
Dareen menarik sudut bibirnya karena ternyata itu bukan pemberian dari kekasih Livia sehingga ia tidak perlu repot-repot cemburu, padahal juga tidak berhak untuk cemburu.
" Kalau gitu, aku pulang dulu ya, Kak. Terima kasih banyak udah simpan kalung ini dan kembaliin ke aku " ucap Livia berdiri dari duduknya.
Baru saja Livia hendak melangkah, tangannya ditarik oleh Dareen cukup kencang hingga akhirnya ia terjatuh di atas pangkuan pria itu. Livia sangat terkejut dan melebarkan kedua matanya, apalagi mereka begitu dekat.
Dareen sendiri tidak menyangka jika Livia akan terjatuh ke pangkuannya. Ia hanya menarik Livia untuk mencegahnya pergi.
" Semakin diperhatikan, dia semakin cantik " batin Dareen menatap wajah cantik Livia yang begitu dekat.
Sedangkan Livia juga terpaku menatap wajah Dareen, ia akui jika Dareen adalah pria yang sangat tampan.
" Astaga sadar, Livia. Kamu gak seharusnya ada di pangkuan Kak Dareen " rutuk Livia dalam hati karena sempat terhipnotis dengan wajah tampan Dareen dan melupakan posisi mereka yang begitu dekat.
Apalagi Livia merasa jantungnya berdetak lebih kencang saat deru nafas Dareen mengenai wajahnya.
" Bibir itu sepertinya sangat manis " batin Dareen karena fokusnya tertuju pada bibir ranum Livia.
Dareen mendekatkan wajahnya hingga hampir mengenai bibir Livia, tapi gadis itu mendorong dadanya yang membuat ia menjauhkan wajahnya.
" Ma-maaf Kak, aku gak sengaja. Lagian Kakak narik tangan aku kenceng banget " ucap Livia mencoba untuk berdiri.
" Ah iya, maaf juga. Bukan bermaksud gitu, tapi gak sengaja " jawab Dareen membantu Livia untuk berdiri.
Livia menganggukkan kepalanya dengan wajah yang memerah. Demi apapun ia sangat malu, beruntung tidak ada orang lain di taman itu selain mereka berdua.
" Sial, padahal sedikit lagi " umpat Dareen dalam hati.
Dia sangat menyayangkan tidak bisa merasakan bibir merah Livia yang hanya berjarak beberapa centi meter saja tadi.
" Kakak kenapa narik aku? Aku kan mau pulang " tanya Livia setelah bisa mengendalikan dirinya.
" Aku cuma mau minta kamu temani. Jujur saja aku merasa bosan dan kesepian " jawab Dareen mendesahkan nafasnya.
Hari-harinya terasa monoton karena kegiatan yang ia lakukan hanya itu-itu saja, apalagi Risky sudah menikah sehingga tidak ada yang bisa ia ajak untuk pergi sekedar nongkrong di cafe.
" Kalau bosan ya kenapa gak pergi main atau jalan-jalan. Kakak kan bisa ajak teman-teman Kakak " ucap Livia pada Dareen.
" Teman-temanku semua sudah menikah dan tentu saja mereka sibuk dengan keluarga mereka masing-masing " jawab Dareen.
" Oh iya, Kakak kan sudah tua jadi udah pasti teman-temannya udah menikah semua " ucap Livia karena Dareen jauh lebih tua darinya.
Dareen sedikit tersinggung karena Livia mengatakan dirinya sudah tua, padahal belum setua itu dan lebih tepat dikatakan dewasa.
" Enak aja tua, aku masih muda ya " ucap Dareen tidak terima.
" Tapi kan lebih tua dari aku, Kak " jawab Livia tidak salah.
" Kalau itu memang iya, tapi tidak tua juga. Aku ini dewasa, bukan tua " ucap Dareen mendengus kesal.
Livia tertawa kecil melihat itu, sungguh lucu wajah Dareen jika sedang kesal, persis seperti anak kecil.
" Kenapa malah ketawa? Ada yang lucu? " tanya Dareen semakin kesal.
" Wajah Kakak yang lucu, kayak anak kecil aja kalau lagi kesel " jawab Livia tersenyum.
Dareen pun semakin kesal dan membuat Livia semakin tertawa dengan keras. Dareen tidak masalah ditertawakan seperti itu asal ia bisa terus melihat wajah cantik dari Livia. Benar-benar sangat cantik dan semakin manis jika sedang tertawa.
" Uluh, uluh, kasian banget sih orang tua yang kesepian ini " ucap Livia mencubit salah satu pipi Dareen.
" Kalau kasian makanya temani ya, lima belas menit aja. Setelah itu, aku akan antar kamu pulang " ucap Dareen dengan tatapan memohon.
" Oke deh, tapi cuma lima belas menit ya. Soalnya aku harus cepet pulang " jawab Livia akhirnya.
Livia tidak tega untuk menolaknya, apalagi sepertinya Dareen benar-benar kesepian. Dareen pun tersenyum senang dan menganggukkan kepalanya.
" Ini imbalan karena kamu sudah mau temani aku di sini " ucap Dareen memberikan sekotak kecil coklat.
" Wah, ini coklat kesukaan aku. Terima kasih ya, Kak " ucap Livia sangat senang.
Sudah lama ia tidak memakan coklat kesukaannya itu karena cukup sulit menemukannya jika tidak di toko coklat.
" Sama-sama " jawab Dareen tersenyum.
Sebenarnya itu adalah coklat milik Chika yang tertinggal di dalam mobilnya dan memberikannya saja pada Livia. Dareen berharap keponakannya itu melupakan coklat itu dan tidak menanyakannya. Berkat coklat itu juga ia menjadi tahu apa yang disukai oleh Livia.
Livia langsung memakan coklat itu karena ia sangat menyukainya. Dareen hanya tersenyum dan ia semakin bersemangat untuk mendapatkan hati gadis itu.
" Sudah lima belas menit, aku akan mengantarmu pulang " ucap Dareen setelah melihat jam di pergelangan tangannya.
Dareen berdiri dari duduknya dan diikuti oleh Livia.
" Jangan menolak karena aku tetap akan mengantarmu pulang, lagipula Papamu pasti belum pulang karena masih ada pertemuan penting " ucap Dareen dengan tegas karena Livia pasti akan menolak ia antar pulang.
Dareen juga mengetahui jika Papa Agra belum pulang karena Papa Agra masih melakukan pertemuan dengan ayahnya. Itu juga baru ia ketahui tadi karena ternyata perusahaan keluarganya baru menjalin kerja sama dengan perusahaan milik ayah dari gadis incarannya itu.
Akhirnya Livia hanya bisa pasrah dan berharap jika Papa Agra memang benar-benar belum pulang, jujur ia sangat takut karena ayahnya itu begitu posesif.
" Terima kasih ya, kamu sudah menemani aku " ucap Dareen setelah sampai di depan gerbang rumah Livia.
" Iya Kak " jawab Livia tersenyum.
" Aku turun ya " pamit Livia membuka pintu mobil itu.
Dareen pun menganggukkan kepalanya.
Setelah Livia turun dari mobilnya dan masuk ke dalam rumahnya, Dareen segera pergi meninggalkan rumah itu karena ia juga harus pulang. Apalagi jarak rumahnya yang cukup jauh dari sana sehingga membutuhkan waktu cukup lama.
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow ig saya @tyaningrum_05 dan akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments