Acara pernikahan Risky hanya sampai sore saja, sehingga Dareen memutuskan untuk langsung pulang setelah ballroom hotel cukup sepi dan hanya para sahabatnya serta para pelayan di sana. Jujur saja tubuhnya sedikit lelah dan ia pun segera berpamitan kepada Risky dan istrinya.
" Ky, gue balik ya. Sekali lagi gue ucapin selamat buat kalian berdua " pamit Dareen lalu memeluk Risky.
" Iya Reen, thanks banget lo udah temenin gue di hari bahagia gue ini " jawab Risky menepuk pundak Dareen.
Dareen pun menganggukan kepalanya.
" Gue juga pamit ya. Bini gue udah kecapekan ini " ucap Aska melirik sang istri di sampingnya.
" Kita-kita juga deh, anak-anak pasti udah capek dan minta istirahat " sambung Ardi telah meninggalkan anak mereka terlalu lama,b begitu juga dengan yang lainnya.
Setelah itu, mereka semua pun langsung pergi dari ballroom hotel itu. Dareen segera menuju parkiran dimana mobilnya berada.
" Pegel juga, padahal cuma duduk-duduk doang seharian " ucap Dareen memijat pundaknya setelah berada di dalam mobil.
Dareen segera menyalakan mesin mobilnya dan melajukannya meninggalkan hotel itu karena ia ingin segera sampai rumah dan beristirahat. Tapi baru saja mobilnya keluar dari area hotel, Dareen melihat Livia sedang berdiri di pinggir jalan seorang diri.
" Berarti mataku tadi gak salah, gadis itu memang Livia " ucap Dareen mengingat gadis yang ia lihat tadi.
Dareen tidak mencarinya karena mengira hanya mirip saja, tetapi ternyata memang benar itu sang pujaan hati.
Dareen menghentikan mobilnya tepat di depan Livia. Ia langsung turun dari mobil dan menghampiri Livia.
" Livia, kamu ngapain di sini sendirian? " tanya Dareen saat sudah berada di hadapan Livia.
" Kak Dareen? " ucap Livia cukup terkejut karena ternyata mobil yang berhenti di depannya adalah Dareen.
" Jawab pertanyaan aku, kenapa kamu di sini sendirian? " tanya Dareen lagi karena belum mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.
" Oh itu, tadi aku dateng ke acara pernikahan di hotel ini tapi aku gak dapet taksi atau ojek buat pulang. Aku di sini buat cari taksi atau apapun, tapi tetep aja gak dapet " jawab Livia.
Livia memang menghadiri acara pernikahan Risky untuk mewakili kedua orang tuanya yang menghadiri acara di tempat lain. Ia sebenarnya malas, tapi bagaimana lagi karena Papa Agra dan Mama Maya tidak dapat hadir.
Dareen mengerutkan keningnya karena ia tidak tahu jika Livia mengenal Risky, atau mungkin istrinya.
" Kamu kenal sama yang nikah? " tanya Dareen pada Livia.
Livia menggelengkan kepalanya. " Enggak, tapi kata Papa yang nikah ini anak rekan bisnis Papa. Jadi aku dateng buat wakilin Papa yang ada acara lain " jawab Livia.
Dareen pun mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.
" Kalau aku anterin pulang aja, gimana? Mungkin gak ada taksi atau angkutan umum yang lewat sini, apalagi saat ada acara begini? " tawar Dareen tidak tega jika Livia terus berdiri di sana, sekaligus untuk bisa mendekati Livia lagi.
Dareen tentu saja tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini dan ia harus bisa mengantarkan Livia pulang.
" Apa aku terima tawaran Kak Dareen aja ya? Lagian kayaknya ini gak bakal ada taksi atau ojek " ucap Livia dalam hati.
" Tapi kalau nanti Papa tanya terus marah gimana? " lanjut Livia bingung.
" Livia? Gimana? Daripada kamu berdiri di sini terus sampai malam loh " ucap Dareen karena Livia hanya diam.
" Eh, boleh deh, Kak. Itu pun kalau gak ngerepotin Kak Dareen " jawab Livia akhirnya.
Livia pun menerima tawaran Dareen untuk mengantarnya pulang karena ia tidak ingin jika harus terus berdiri di sana hingga malam.
" Aku gak merasa direpotkan sama sekali kok " ucap Dareen tersenyum.
Kemudian Dareen membukakan pintu mobilnya untuk Livia dan meminta gadis itu untuk masuk. Lalu Dareen juga segera masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi.
" Bisa? " tanya Dareen melihat Livia yang sepertinya kesulitan untuk memasang sabuk pengaman.
Livia menggelengkan kepalanya. " Susah, Kak " jawab Livia.
Entah mengapa terasa sangat sulit hanya untuk memasang sabuk pengaman itu, padahal biasanya mudah.
Dareen pun segera bergerak untuk memasangkan sabuk pengaman itu hingga Livia memundurkan tubuhnya karena wajah mereka sangat dekat.
Deg, deg, deg.
Tiba-tiba jantungnya seperti berdisko dan wajahnya memerah karena berjarak begitu dekat dengan Dareen.
" Loh, jantung aku kenapa? Kalau Kak Dareen denger kan malu " batin Livia dengan wajah yang semakin merah.
Sedangkan Dareen sendiri merasa sangat senang bisa sedekat itu dengan Livia. Mungkin semua pun merestui dirinya untuk bisa dekat dengan Livia, sabuk pengaman pun mendadak sedikit sulit hari ini.
" Sudah " ucap Dareen menjauhkan tubuhnya dari Livia.
" Eh, terima kasih, Kak " ucap Livia lalu segera memalingkan wajahnya.
Livia tidak ingin sampai Dareen melihat wajahnya yang merah dan ia mendadak merasa sangat malu.
Setelah itu, Dareen segera menyalakan mesin mobilnya kembali dan melajukannya meninggalkan tempat itu dengan Livia di sampingnya.
" Rumah kamu dimana? " tanya Dareen dengan tetap fokus pada jalanan di depannya.
Sebenarnya Dareen sudah tahu alamat rumah Livia karena ia sudah mendapatkan semua informasi tentang gadis itu. Apalagi mereka sempat bertemu di taman yang tidak jauh dari tempat tinggal Livia dan kedua orang tuanya.
" Di perumahan gak jauh dari taman waktu itu, Kak " jawab Livia.
Dareen langsung melajukan mobilnya ke arah sana yang lumayan jauh dari sana. Dareen mencoba untuk mengajak Livia berbicara walaupun Livia hanya menjawab sekedarnya karena ia masih malu dan mendadak canggung dengan Dareen.
" Kak, turunin aku di sini aja. Aku bisa jalan ke rumah " pinta Livia tidak ingin sampai Dareen bertemu dengan Papa Agra.
" Kenapa? Aku mau anter kamu sampai rumah, tanggung juga sebentar lagi sampai " tanya Dareen mengerutkan keningnya.
" Aku takut Papa marah, karena aku gak pernah di anterin cowok sebelumnya " jawab Livia jujur.
Dareen tersenyum. " Kamu tenang aja, nanti aku bicara sama Papa kamu " jawab Dareen.
Dareen terus melajukan mobilnya menuju rumah Livia, sedangkan Livia hanya berharap kedua orang tuanya belum kembali ke rumah.
Sesampainya di sebuah rumah yang sangat besar, Dareen langsung menghentikan mobilnya. Dareen tidak heran Livia tinggal di rumah itu karena perumahan itu adalah perumahan elit dan mewah sehingga hanya dimiliki orang-orang yang terpandang, seperti Papa Agra.
" Terima kasih ya Kak, udan anterin aku. Aku keluar dulu " ucap Livia hendak membuka pintu mobil itu tapi Dareen mencegahnya.
" Gak mau ajak aku mampir? " tanya Dareen dengan memegang tangan Livia.
Dareen hanya coba-coba saja, jika memang diizinkan maka itu adalah keberuntungannya.
" Maaf ya Kak, kayaknya gak bisa " ucap Livia tidak mungkin mengajak Dareen untuk mampir ke rumahnya.
" Iya, gak papa. Lagian cuma bercanda kok " jawab Dareen tersenyum.
" Kalau gitu aku keluar dulu, Kak " ucap Livia pada Dareen.
Dareen menganggukkan kepalanya dan melepaskan tangan Livia lalu membiarkannya pergi.
Livia langsung berlari memasuki gerbang rumahnya, beruntung kedua orang tuanya belum kembali karena mobilnya tidak terlihat. Jadi ia tidak harus menjelaskan dan mencari alasan mengapa bisa pulang diantar oleh Dareen.
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow ig saya @tyaningrum_05 dan akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments