Pagi-pagi sekali telinga Dareen terasa berdengung karena Mama Dena tidak henti-hentinya mengetuk pintu kamarnya dan berteriak menyuruhnya untuk bangun. Padahal Dareen sedang tidur enak-enaknya dan bahkan matahari pun belum terlihat sinarnya tetapi ibunya itu sudah membuat keributan.
" Mama ganggu aja sih, lagi enak-enak tidur juga " gerutu Dareen menutup telinganya.
Tok, tok, tok.
" Dareen, cepat bangun. Atau kamu mau Mama siram pakai air dingin? " teriak Mama Dena semakin keras karena putranya itu tidak kunjung bangun.
" Iya Ma, aku bangun " jawab Dareen mendudukkan tubuhnya.
" Buka pintunya, Mama gak percaya " ucap Mama Dena karena biasanya Dareen masih tidur walaupun jawabannya sudah.
Mau tidak mau Dareen bangkit dari tempat tidur dan menuju pintu untuk menemui Mama Dena, daripada Baginda Ratu itu terus berteriak dan mengusik para tetangga.
Ceklek.
Dareen membuka pintu kamarnya dan terlihat Mama Dena yang menatapnya dengan kesal.
" Ada apa sih, Ma? Dareen lagi enak-enak tidur malah teriak-teriak gitu " ucap Dareen menggaruk kepalanya yang sudah seperti sarang burung bubut itu.
" Kamu tu ya, sudah dewasa masih aja perlu Mama ingatkanan. Ini sudah subuh, kamu harusnya bangun terus sholat subuh. Bukannya malah tidur terus seperti ini " omel Mama Dena karena Dareen harus selalu diingat untuk melaksanakan sholat lima waktu padahal sudah dewasa.
" Sekarang kamu mandi terus sholat subuh atau Mama nikahkan kamu sama Ipit " ancam Mama Dena pada Dareen.
" Iya-iya Ma, Dareen sholat subuh nih sekarang. Jahat banget sih Mama, anaknya ganteng gini masa dinikahkan sama Ipit " jawab Dareen memajukan bibirnya beberapa centi.
Ipit adalah pembantu depan rumah mereka yang memiliki tompel di pipi dan gigi tonggos, terlebih lagi dia janda. Jelas saja Dareen menolak keras jika Mama Dena menikahkannya dengan wanita yang otaknya sedikit kurang penuh itu.
" Kalau gitu sholat subuh sekarang atau nanti siang Mama nikahkan sama Ipit " ucap Mama Dena pada Dareen.
" Iya Baginda Ratu, hamba sholat subuh sekarang " jawab Dareen.
Mama Dena sebenarnya adalah wanita yang lembut, tetapi jika Dareen sudah sulit untuk diatur atau melakukan hal yang salah, maka ia akan berubah menjadi ibu-ibu yang galak dan cerewet.
Setelah itu, Mama Dena langsung pergi dari depan kamar Dareen karena ia harus memasak untuk sarapan. Sedangkan Dareen segera masuk ke dalam kamar dan bersiap untuk sholat subuh, daripada ia harus menikahi pembantu depan rumahnya.
Sebelum berangkat ke perusahaan, Dareen selalu menyempatkan untuk sarapan bersama dengan keluarganya. Seperti pagi ini, Dareen sarapan dengan menyuapi Chika yang berada di pangkuannya.
" Dareen, hari ini kamu tolong antar dan jemput Chika ya. Kakak harus menghadiri acara tetangga sama Mama " ucap Fira setelah mereka sarapan.
Tetangga tidak jauh dari rumah mereka memang sedang mengadakan acara syukuran sehingga mereka diundang dan harus menghadiri.
" Yeee, belangkat cekolah sama Om Daleen " ucap Chika merasa senang dengan suara cedalnya.
" Siap, Kak " jawab Dareen.
Dareen memang sudah cukup lama tidak mengantar dan menjemput keponakannya itu sehingga ia tidak menolaknya, lagipula ia tidak terlalu sibuk hari ini.
" Ayo kita berangkat, Chika " ucap Dareen menurunkan keponakannya itu dari pangkuannya.
" Let's go, Om " jawab Chika begitu bersemangat.
Chika memakai tas sekolahnya dan berlari keluar dari rumah. Sedangkan Dareen pamit terlebih dahulu kepada Mama Dena dan Fira.
" Aku berangkat dulu, Ma, Kak " pamit Dareen memeluk dan mencium pipi Mama Dena.
" Iya Sayang. Hati-hati dan jangan lupa jemput Chika nanti, jangan terlambat juga " ucap Mama Dena pada Dareen.
" Iya Ma, tenang aja " jawab Dareen.
Setelah itu Dareen segera keluar dari rumah dan menyusul Chika yang sudah duduk manis di mobilnya.
" Ayo Om, nanti kita telat " teriak Chika dari dalam mobil.
" Iya Chika, sabar " jawab Dareen tersenyum.
Dareen masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Dareen segera menyalakan mobilnya dan melajukannya karena keponakannya itu sudah tidak sabar untuk berangkat sekolah.
Karena sekolah Chika tidak terlalu jauh, sehingga lima belas menit saja mereka sudah sampai di sekolah taman kanak-kanak itu. Dareen mengantar Chika hingga depan kelas dan memastikan keponakannya itu masuk ke kelasnya dengan aman.
" Inget ya Om, jangan telat jemputnya " ucap Chika sebelum masuk kelas.
" Iya Chika, Om gak akan telat jemput kamu " jawab Dareen mengusap lembut kepala Chika.
" Kalau gitu Chika masuk kelas dulu. Dadah, Om Daleen " ucap Chika lalu berlari memasuki kelasnya dan melambaikan tangannya.
Dareen tersenyum dan membalas lambaian tangan itu.
Setelah memastikan Chika masuk kelas dengan aman, Dareen segera pergi ke perusahaan karena ia pun sudah hampir terlambat.
" Akhirnya Anda datang juga, Tuan " ucap Bagas saat Dareen hendak masuk ke dalam ruang kerja.
Dareen menaikkan satu alisnya heran karena ia tidak biasanya asisten pribadinya itu menunggu kedatangannya, padahal tidak ada pertemuan atau meeting penting pagi ini.
" Memang ada apa? Tidak ada sesuatu yang penting kan pagi ini? " tanya Dareen sembari berjalan masuk ke dalam ruang kerja.
" Tidak Tuan, tapi ada sesuatu yang ingin saya berikan kepada Anda " jawab Bagas mengikuti langkah Dareen.
" Apa? " tanya Dareen pada Bagas.
" Ini Tuan, saya sudah mencari informasi tentang gadis SMA yang bernama Livia yang ada di Surabaya. Ternyata cukup banyak, tapi Anda tenang saja karena saya sudah mendapatkan semuanya dan ada sekitar dua belas gadis SMA yang memiliki nama Livia " jawab Bagas memberikan berkas berisi informasi tentang gadis bernama Livia yang entah yang mana yang dimaksud atasannya itu.
Dareen baru teringat tentang hal itu karena ia sudah bertemu dengan gadis itu kemarin malam, tetapi Dareen tetap mengambilnya. Dareen membuka berkas itu satu persatu hingga pada berkas ketiga itu adalah gadis yang ia maksud.
Dareen menarik sudut bibirnya, hasil pekerjaan asisten pribadinya itu memang selalu memuaskan. Dari data itu Dareen bisa mengetahui tentang dimana sekolah Livia, tempat tinggal dan juga siapa orang tuanya.
" Jadi dia putri tunggal Tuan Agra Gautama? " gumam Dareen saat membaca siapa nama ayah dari Livia.
Walaupun perusahaan mereka tidak bekerja sama, tetapi ia cukup mengetahui siapa itu Agra Gautama. Seorang pengusaha di bidang properti yang cukup sukses di Surabaya dan cukup diperhitungkan di dunia bisnis.
" Bagaimana, Tuan? Apa ada gadis yang Anda maksud? " tanya Bagas karena jika tidak ada maka ia harus siap-siap terkena ceramah dari Dareen yang menurutnya cukup cerewet sebagai seorang pria.
" Ada. Kerja yang bagus, Bagas " jawab Dareen menyimpan data Livia di laci mejanya.
" Bonus kamu bulan ini juga akan bertambah " lanjut Dareen yang memang harus memberi imbalan atas hasil kerja Bagas.
" Anda serius, Tuan? " tanya Bagas memastikan.
" Hmm " jawab Dareen.
Bagas tentu saja senang bukan main, jika seperti ini rencananya untuk melamar sang kekasih akan segera terlaksana. Tidak sia-sia ia begadang sampai jam tiga pagi untuk mencari data-data gadis itu jika mendapatkan tambahan bonus dari atasannya itu.
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow ig saya @tyaningrum_05 dan akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Mbah Darmo
di bab sebelumnya, kota Surabaya. kenapa sekarang pindah ke Jakarta?
padahal semalam sudah ketemu, kenapa tidak dibuntuti saja.
2024-01-29
1