Sesampainya di warung bakso yang dimaksud oleh Livia, mereka berdua langsung turun dari mobil Dareen. Warung bakso yang cukup familiar karena Dareen beberapa kali makan di warung bakso itu saat masih SMA.
" Warung bakso ini banyak berubah ya " ucap Dareen saat mereka memasuki warung bakso itu.
Livia mengerutkan keningnya saat mendengar itu. " Emang Kak Dareen pernah ke warung bakso ini? " tanya Livia pada Dareen.
" Pernah dulu, saat masih SMA " jawab Dareen.
Livia mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.
Setelah itu mereka duduk di salah satu meja yang ada di warung bakso itu. Warung bakso itu kebetulan sedang tidak terlalu ramai sehingga terasa lebih nyaman.
" Mau pesan apa, Mas, Mbak? " tanya pemilik warung bakso itu pada Dareen dan Livia dengan logat Jawa yang kental.
Dareen langsung berdiri saat melihat pemilik warung bakso itu dan mendekatinya.
" Pakde Jarwo? Ya ampun Pakde, apa kabar? " tanya Dareen yang masih sangat mengenali pria paruh baya itu.
Dulu Dareen bersama dengan Leon Risky sering datang ke warung bakso itu setelah pulang sekolah karena baksonya yang terkenal sangat enak.
" Masnya ini siapa yo? Kok koyok udah kenal lama sama saya? " tanya Pakde Jarwo yang tidak mengenali Dareen.
" Aku Dareen, Pakde. Masa Pakde lali to? " jawab Dareen.
Pakde Jarwo terdiam mencoba mengingat nama itu dan beberapa saat kemudian ia pun mengingatnya.
" Oalah, Mas Dareen to. Maaf ya Mas, maklum sudah tua dadi cepet lali " ucap Pakde Jarwo setelah mengingat Dareen.
" Iya gak papa, Pakde " jawab Dareen tersenyum.
Sedangkan Livia hanya memperhatikan interaksi Dareen dan pemilik warung bakso itu yamg sepertinya sudah sangat lama mengenal.
" Pakde gimana kabarnya? " tanya Dareen pada Pakde Jarwo.
" Alhamdulillah, saya sehat, Mas " jawab Pakde Jarwo.
" Saya senang bisa ketemu Mas Dareen lagi, kemarin Mas Risky juga ke sini sama calon istrinya. Mereka ngundang Pakde buat datang ke acara pernikahan mereka " ucap Pakde Jarwo karena Risky pun sempat berkunjung.
" Wah, kalau gitu kita bakal ketemu meneh nanti Pakde " ucap Dareen karena ia juga pasti hadir di acara pernikahan Risky.
" Iya Mas " jawab Pakde Jarwo.
" Terus Mas Dareen kapan nyusul? Mas Leon juga sudah menikah " tanya Pakde Jarwo karena belum pernah mendengar kabar pernikahan Dareen.
" Lagi proses pencarian jodoh, Pakde. Doakan aja ya " jawab Dareen lalu melirik Livia yang sedang memperhatikan mereka.
Pandangan Pakde Jarwo pun beralih pada gadis yang tadi bersama dengan Dareen.
" La ini siapa, Mas? Pacarnya ya? " tanya Pakde Jarwo melihat ke arah Livia.
" Iya Pakde " jawab Dareen yang membuat Livia terkejut.
" Wah, saya doakan kalian cepat menikah juga ya. Tapi tunggu Mbaknya lulus sekolah dulu " ucap Pakde Jarwo saat melihat Livia masih menggunakan seragam SMA.
" Iya Pakde, Aamiin " jawab Dareen tersenyum.
Dareen tentu sangat berharap doa dari Pakde Jarwo itu terkabul karena ia pun ingin segera menikahi Livia dan menjadikan gadis miliknya.
Setelah itu, Pakde Jarwo pergi untuk menyiapkan dua mangkuk bakso yang dipesan oleh Dareen. Sedangkan Dareen kembali duduk di kursi yang berseberangan dengan Livia.
" Kak Dareen kok jawabnya gitu sih sama Pakde tadi? Kalau orang itu ngira aku pacar Kak Dareen beneran gimana? " tanya Livia pada Dareen.
" Ya gak papa dong. Emang kamu gak mau jadi pacar Kakak? " ucap Dareen menaik-turunkan alisnya menggoda Livia.
" Gak mau " jawab Livia yang membuat Dareen merasa sedikit kecewa.
Tapi tidak masalah, mereka baru mengenal dan tidak mungkin juga Livia mau menjadi kekasihnya begitu saja.
" Memangnya kenapa? Yakin gak tertarik sama cowok seganteng aku? " tanya Dareen memajukan tubuhnya hingga berjarak cukup dekat dengan Livia.
" Karena aku sudah punya pacar dan pacar aku gak kalah ganteng sama Kak Dareen " jawab Livia karena Zidan juga pemuda yang sangat tampan.
Deg.
Dareen tentu terkejut dan tidak terpikirkan dalam otaknya jika bisa saja Livia memiliki kekasih.
" Baru pacar, kan? Masih bisa aku tikung sebelum janur kuning melengkung " batin Dareen dengan seringai tipis.
Dareen tetap bertekad untuk mendapatkan Livia walaupun harus menjadi perebut kekasih orang. Baru kekasih orang jadi tidak malah, kecuali istri orang tentu saja ia tidak akan berani.
" Masa sih? Mana ada cowok yang lebih ganteng dari aku, pacar kamu itu pasti tidak seganteng aku " ucap Dareen sangat percaya diri.
" Ada lah. Papa dan pacar aku jelas lebih ganteng dari Kakak ya " jawab Livia kesal karena memang dua pria itu yang paling tampan di hidupnya, walaupun ia juga mengakui jika Dareen pun tampan.
" Kamu bilang gitu karena kamu lagi bucin, Livia. Nanti kalau kamu udah jatuh cinta sama aku, pasti juga lebih ganteng aku. Gak ada yang bisa menolak pesona kegantenganku " ucap Dareen ingin Livia mengakui jika dirinya lebih tampan.
" Nyatanya aku enggak ya, Kak. Aku juga gak mungkin jatuh cinta sama Kakak, karena aku udah cinta banget sama pacar aku " jawab Livia.
Walaupun terdengar sedikit sakit tapi Dareen memaklumi itu, wajar jika Livia mencintai kekasihnya.
" Kita liat aja nanti, kamu pasti bakal jatuh cinta sama aku " ucap Dareen pada Livia.
" Terserah Kakak deh " jawab Livia karena ia tidak akan pernah menang jika bicara dengan Dareen.
Dareen menarik kedua sudut bibirnya dan ia yakin pasti bisa membuat Livia jatuh cinta kepadanya.
Tak lama kemudian, Pakde Jarwo datang mengantarkan dua mangkuk bakso untuk Dareen dan Livia beserta dua botol air mineral.
" Silahkan dinikmati, Mas, Mbak " ucap Pakde Jarwo setelah meletakkan itu semua di atas meja.
" Iya Pakde " jawab Dareen.
Sedangkan Livia hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum pada Pakde Jarwo.
Dareen dan Livia segera memakan bakso itu setelah Pakde Jarwo pergi.
" Bakso Pakde Jarwo memang selalu enak " ucap Dareen setelah memakan bakso yang rasanya masih sama seperti dulu.
" Di sini tuh emang enak, makanya aku ajak Kak Dareen ke sini " ucap Livia mendengar apa yang Dareen ucapkan.
Dareen pun menganggukkan kepalanya dan kembali menikmati bakso itu.
Setelah selesai makan bakso itu, Livia segera bergegas membayarnya karena ia harus segera pulang.
" Biar aku aja yang bayar " ucap Dareen menahan tangan Livia saat hendak memberikan uang pada Pakde Jarwo.
" Tapi kan aku yang traktir Kakak, jadi aku yang bayar. Nanti Kakak gak maafin aku lagi " ucap Livia karena tujuannya meneraktir Dareen untuk mendapatkan maaf dari pria itu.
" Dengan kamu temani aku makan bakso aja itu udah cukup, aku juga udah maafin kamu. Jadi kamu simpan aja uangnya ya " ucap Dareen pada Livia.
" Wah, terima kasih banyak ya, Kak " ucap Livia senang karena uangnya tidak akan berkurang.
Dareen tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Dareen memberikan uang selembar seratus ribuan pada Pakde Jarwo dan membayar bakso yang mereka makan.
" Livia, aku antar pulang ya " ucap Dareen saat mereka sudah keluar dari warung bakso itu.
" Gak usah, Kak. Aku udah hubungin tukang ojek langganan aku " tolak Livia dengan cepat.
Livia tidak akan membiarkan Dareen mengantarnya pulang karena sudah pasti ia akan kena marah Papa Agra nanti.
" Nah, itu tukang ojeknya " ucap Livia saat sebuah motor berhenti di depan mereka.
" Aku pulang duluan ya, Kak " pamit Livia pada Dareen.
Dareen menganggukkan kepalanya. " Kamu hati-hati ya dan terima kasih buat hari ini " ucap Dareen dengan senyum.
" Iya Kak " jawab Livia tersenyum.
Setelah itu Livia menghampiri tukang ojek online itu lalu pergi meninggalkan Dareen untuk pulang ke rumahnya.
Dareen hanya tersenyum dan ia merasa sangat bahagia karena bisa menghabiskan waktu bersama dengan Livia, walaupun hanya sekedar makan bakso dan tidak terlalu lama.
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow ig saya @tyaningrum_05 dan akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments