Hari sudah berganti malam dan Livia berniat meminta izin keluar untuk membeli beberapa skincare miliknya yang sudah habis. Kebetulan minimarket tidak terlalu jauh sehingga Papa Agra dan Mama Maya pasti akan mengizinkannya.
" Pa, Ma, aku ke minimarket sebentar ya. Ada beberapa barang yang mau aku beli " ucap Livia meminta izin pada kedua orang tuanya.
Papa Agra sedang menonton televisi bersama dengan Mama Maya di ruang keluarga.
" Iya Sayang, tapi jangan lama-lama ya " jawab Mama Maya memberikan izin.
Livia pun menganggukkan kepalanya.
" Papa antar ya " ucap Papa Agra khawatir putrinya pergi sendiri malam-malam begini.
" Gak usah, Pa. Lagian aku cuma ke minimarket depan kok dan aku mau naik sepeda aja sekalian jalan-jalan " tolak Livia tidak ingin diantar oleh Papa Agra.
" Ya sudah, kamu hati-hati ya " ucap Papa Agra pada Livia.
" Iya Pa " jawab Livia.
Setelah itu Livia segera pergi keluar dari rumah dan mengambil sepeda miliknya dari dalam garasi. Livia mengancingkan cardigan yang ia gunakan karena ia hanya memakai piyama, lalu ia segera mengayuh sepedanya menuju minimarket.
Sesampainya di minimarket di depan kompleks rumahnya, Livia langsung turun dari sepedanya dan memarkirkannya. Livia memasuki minimarket itu dan menuju ke tempat dimana skincare berada.
" Ambil yang besar aja deh, biar lebih awet " ucap Livia mengambil sabun wajah yang berukuran besar.
Livia juga mengambil pelembab dan serum wajah yang kebetulan juga sedang habis. Lalu setelah menemukan semua yang ia butuhkan, Livia segera pergi kasir untuk membayarnya.
" Makan es krim kayaknya enak deh " ucap Livia lalu mengambil satu cup es krim.
Setelah selesai membayar skincare dan es krim yang di belinya, Livia segera keluar dari minimarket itu dan menuju sepedanya.
" Ke taman dulu deh, lagian belum terlalu malam " ucap Livia memutuskan untuk pergi ke taman yang tidak jauh dari sana.
Livia memang cukup sering pergi ke taman itu untuk sekedar jalan-jalan sore tetapi akhir-akhir ini cukup jarang karena ia sedang cukup banyak tugas sekolah.
" Tumben sepi banget " ucap Livia setelah sampai di taman dan turun dari sepedanya.
Biasanya di taman itu selalu ramai dengan anak-anak remaja yang bersepeda di malam hari.
Livia mengambil kantong plastik berisi barang belanjaannya dan menuju sebuah bangku yang ada di taman itu. Tapi, tanpa sengaja ia menabrak seseorang yang tiba-tiba melintas di depannya.
" Aw " pekik Livia karena dahinya membentur dada orang itu yang merupakan seorang pria.
Livia mengusap dahinya yang terasa sedikit sakit lalu mendongakkan kepalanya untuk melihat orang yang bertabrakan dengannya.
" Om? " ucap Livia karena ternyata pria yang tabraknya itu ternyata pria yang sama seperti di cafe saat itu.
Ya, pria yang ditabrak oleh Livia itu adalah Dareen.
" Kamu? " ucap Dareen cukup terkejut lalu menarik kedua sudut bibirnya.
Deg, deg, deg.
Dan sekali lagi Dareen rasakan jantungnya berdetak lebih kencang saat melihat wajah cantik Livia.
" Fiks, aku jatuh cinta. Aku merasakan ini lagi saat melihat gadis ini. Pertemuan ini juga pertanda jika aku dan dia berjodoh " ucap Dareen di dalam hati.
" Maaf ya, Om. Aku gak sengaja lagi, soalnya Om tiba-tiba muncul di depan aku " ucap Livia pada Dareen.
" Eh iya, gak papa. Lagian saya juga gak liat-liat tadi " jawab Dareen karena kali ini dirinya juga salah.
Livia pun menganggukkan kepalanya dengan tangan yang masih mengusap dahinya.
" Sakit ya? " tanya Dareen melihat sepertinya Livia kesakitan.
" Enggak juga kok, Om " jawab Livia menurunkan tangannya.
Tapi Dareen tidak percaya begitu karena dari wajahnya terlihat sakit. Dareen mendekatkan wajahnya agar bisa melihat dahi Livia dengan jelas. Livia yang terkejut langsung memundurkan wajahnya yang terlalu dekat dengan Dareen.
" Maaf ya, gara-gara saya dahi kamu jadi sakit " ucap Dareen merasa sedikit bersalah.
" Gak papa kok, Om. Gak terlalu sakit kok " jawab Livia tersenyum.
Lagi-lagi senyum dari bibir Livia itu membuat Dareen terpesona dan hatinya berdebar-debar.
" Kamu sedang apa malam-malam di sini? " tanya Dareen karena tidak ada orang lain di taman itu, kecuali mereka berdua.
" Cuma cari angin aja, sekalian mau makan es krim " jawab Livia menunjukkan es krim di plastik di tangannya.
" Om sendiri? " tanya balik Livia pada Dareen.
" Sama seperti kamu, saya juga cari angin. Suntuk habis seharian kerja " jawab Dareen.
Dareen memang sengaja mampir ke taman itu setelah melihat keadaan taman itu yang sedang sepi untuk menghilangkan rasa suntuk.
Livia menganggukkan kepalanya lalu ia menuju ke sebuah bangku dan duduk di sana. Dareen mengikuti Livia dan duduk di sampingnya.
Dareen menatap wajah gadis yang mampu membuat jantungnya tidak normal dan merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Entah mengapa juga Dareen sangat tertarik, memang benar pesona daun muda tidak bisa dihindari.
" Oh iya, nama kamu siapa? " tanya Dareen walaupun sebenarnya sudah mengetahui nama gadis di sampingnya itu.
" Livia Afni Gautama, tapi Om bisa panggil aku Livia " jawab Livia memberitahu namanya.
" Kenalkan nama saya, Dareen " ucap Dareen mengulurkan tangannya.
Livia pun langsung membalas uluran tangan dari Dareen.
" Rumah Om Dareen deket sini juga ya? Tapi kok aku gak pernah liat Om di sekitar sini sebelumnya? " tanya Livia karena baru dua kali bertemu dengan Dareen.
" Enggak, rumah saya jauh dari sini. Kebetulan lewat aja, jadi mampir " jawab Dareen.
" Oh iya Livia, tolong jangan panggil saya Om. Saya belum setua itu untuk menjadi Om kamu " ucap Dareen pada Livia.
Jujur saja Dareen cukup terganggu dengan panggilan itu karena ia merasa dirinya masih muda.
" Terus panggil apa? Soalnya Om kelihatan sudah dewasa terus ngomongnya terlalu formal, kayak teman-teman Papa aku " ucap Livia bingung hendak memanggil Dareen apa.
" Panggil apa saja, yang terpenting jangan itu lagi. Mulai sekarang gak akan bicara formal lagi deh " jawab Dareen.
" Bingung mau panggil apa yang cocok " ucap Livia belum kepikiran memanggil Dareen apa.
" Mungkin bisa Kakak, Mas, atau Sayang juga boleh " ucap Dareen lalu mengedipkan sebelah matanya.
Livia pun langsung menggelengkan kepalanya. " Kakak aja deh " jawab Livia akhirnya.
Kemudian Livia melihat jam di pergelangan tangannya dan sudah cukup lama ia pergi, pasti Papa Agra akan mencarinya. Bahkan Livia belum memakan es krim yang dibelinya karena mengobrol dengan Dareen.
" Ya ampun, aku harus pulang sekarang. Papa pasti udah nyariin aku di rumah " ucap Livia setelah melihat jam tangannya.
Livia harus bergegas pulang sebelum sang ayah mencarinya dan melihatnya bersama dengan Dareen. Itu tentu saja akan sangat bahaya dan Papa Agra pasti akan lebih posesif terhadap dirinya.
" Kak, aku pulang duluan ya " pamit Livia berdiri dari duduknya.
" Mau aku antar? " tawar Dareen ikut berdiri.
Dareen sedikit khawatir Livia pulang sendiri walaupun hari belum terlalu malam sebenarnya.
" Gak usah, rumah aku deket kok dari sini " tolak Livia cepat.
Tidak ada ia biarkan Dareen mengantarnya pulang karena pasti akan kena marah Papa Agra. Bahkan Zidan yang merupakan kekasihnya saja ia tidak berani, apalagi Dareen yang baru ia kenal.
" Aku duluan ya, Kak. Bye " ucap Livia lalu pergi menuju sepedanya.
Dareen hanya tersenyum melihat Livia yang semakin menjauh dari penglihatannya.
" Aku harus membuat Livia jadi milikku " ucap Dareen ingin memiliki Livia.
Livia merupakan wanita pertama yang membuatnya jatuh cinta dan tentu saja ia tidak akan melepaskannya begitu saja. Ia harus menjadikan Livia sebagai miliknya dan juga jatuh cinta kepada dirinya apapun caranya.
Setelah itu, Dareen juga memutuskan untuk segera pulang. Ia juga harus segera memikirkan cara untuk mendekati Livia dan membuatnya jatuh cinta.
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow ig saya @tyaningrum_05 dan akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments