Sementara itu di tempat yang berbeda, gadis yang dimaksud oleh Dareen sedang menikmati semangkuk bakso di kantin sekolah bersama dengan kekasihnya. Livia Afni Gautama, gadis yang menabrak Dareen itu memang masih duduk di kelas tiga SMA. Beberapa bulan lagi ia akan menghadapi ujian dan lulus dari sekolah menengah atas itu.
" Jangan banyak-banyak tambah sambalnya, Via " ucap seorang pemuda yang tidak lain dan tidak bukan adalah kekasih dari Livia.
Zidan juga adalah pemuda yang sama yang memanggil Livia setelah menabrak Dareen kemarin.
" Iya Zi, ini gak banyak-banyak kok " jawab Livia menambahkan dua sendok sambal ke dalam baksonya.
Zidan tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Kekasihnya itu memang sangat suka pedas tetapi terkadang perutnya yang tidak tahan dan akhirnya ia salah satu orang yang akan disusahkan jika sudah sakit perut. Walaupun begitu ia tetap menyayangi gadis yang sudah menjadi kekasihnya selama satu tahun terakhir ini.
" Kamu kenapa malah senyum-senyum? Itu dimakan baksonya, nanti malah keburu dingin " ucap Livia dengan mulut yang masih penuh.
Zidan menggelengkan kepalanya. " Enggak papa, ini juga mau aku makan " jawab Zidan.
Setelah itu mereka berdua segera memakan bakso di mangkuk masing-masing dan segera menghabiskannya sebelum bel masuk berbunyi.
" Masuk gih, sebentar lagi bel masuk bunyi " ucap Zidan saat sudah berada di depan kelas Livia.
Ini adalah saat yang paling Livia benci karena ia harus berpisah dengan Zidan. Apalagi mereka tidak bebas bertemu dengan kekasihnya itu di luar sekolah karena ia sendiri dilarang ayahnya untuk berpacaran.
" Tapi aku masih mau sama kamu, Zi " rengek Livia tidak ingin melepaskan genggaman tangan mereka.
" Nanti pulang sekolah kan kita masih bisa ketemu sebentar, Via. Sekarang masuk kelas dulu ya, nanti keburu guru dateng " ucap Zidan membujuk Livia.
Teng, teng, teng.
Terdengar suara bel masuk berbunyi dan mau tidak mau Livia harus segera masuk ke kelasnya.
" Nanti pulang sekolah aku tunggu di taman belakang, jangan lupa ya " ucap Livia sebelum masuk ke dalam kelasnya.
" Iya, Pacar Aku " jawab Zidan mencubit pelan hidung Livia.
Livia tersenyum dan segera masuk ke dalam kelasnya. Begitu juga dengan Zidan yang harus segera pergi ke kelasnya yang berjarak cukup jauh dari sana.
***
Sepertinya yang sudah ia katakan tadi, saat jam pulang sekolah Livia menunggu Zidan di taman belakang sekolah. Itu yang hampir setiap hari lakukan agar bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Zidan memang sudah berniat untuk meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk berpacaran dengannya, tetapi ia melarangnya. Ia takut sang ayah malah melarangnya untuk bertemu dengan Zidan. Untuk saat ini biarlah mereka menjalin hubungan backstreet seperti ini sampai ia mendapatkan izin untuk berpacaran.
" Hey, kenapa melamun? " ucap Zidan lalu duduk di samping Livia.
" Eh, enggak papa kok " jawab Livia yang baru tersadar lalu tersenyum.
Zidan pun menganggukkan kepalanya.
" Hari ini aku anterin pulang ya " ucap Zidan pada Livia.
" Em, jangan dulu ya Zi. Aku takut Papa aku tahu dan marah nanti " tolak Livia dan selalu dengan alasan yang sama.
Helaan napas terdengar dari Zidan karena mendapatkan penolakan dari Livia. Setahun sudah ia berpacaran dengan Livia tetapi masih saja mereka harus menyembunyikan hubungan mereka dari orang tua Livia.
" Sampai kapan kita jalanin hubungan backstreet ini, Via? Kita sudah setahun pacaran tapi kamu masih gak mau aku anterin pulang " ucap Zidan ingin memiliki hubungan seperti temannya yang lain.
Livia menundukkan kepalanya. " Maaf Zi, tapi aku belum dapat izin buat pacaran dari Papa " ucap Livia merasa bersalah.
Mungkin ia harus lebih mengerti dan sabar lagi karena ia pun tidak bisa memaksa Livia.
" Ya udah, gak papa. Aku ngerti kok " jawab Zidan tersenyum.
Walaupun ada sedikit perasaan bersalah, tetapi Livia sangat beruntung karena Zidan selalu mengerti dirinya. Bahkan Zidan bersedia menjalani hubungan backstreet itu dengan dirinya.
" Sekarang kita pulang ya, nanti kamu di cariin Papa Mama kamu karena belum pulang juga " ucap Zidan pada Livia.
Hari sudah semakin sore dan pastinya kedua orang tua Livia akan khawatir jika anak kesayangan mereka itu tidak kunjung pulang.
" Iya Zi " jawab Livia.
Livia dan Zidan pun segera beranjak dari taman itu dan keluar dari area sekolah. Zidan memesankan sebuah taksi online yang akan mengantar Livia sampai rumah.
" Aku pulang ya. Kamu hati-hati di jalan dan jangan ngebut-ngebut bawa motornya " ucap Livia sebelum benar-benar pergi.
" Iya, tenang aja " jawab Zidan tersenyum.
Kemudian Livia segera masuk ke dalam taksi online itu dan pergi meninggalkanku area sekolah.
" Sampai kapan Papa gak izinin aku buat pacaran. Kasian Zidan, dia pasti mau jalanin hubungan kayak yang lainnya " batin Livia sembari melihat ke arah jendela mobil.
Livia sebenarnya sangat paham apa alasan ayahnya melarang dirinya berpacaran, yaitu untuk menjaga dirinya dan juga sangat menyayanginya. Tetapi ia juga tidak bisa menutupi perasaannya yang sudah menyukai Zidan sejak lama. Ia sangat bahagia saat mengetahui jika Zidan juga menyukai dan menyatakan perasaannya.
" Maafin Via, Pa. Via gak maksud buat bohongin Papa, tapi Via juga sayang sama Zidan " ucap Livia dalam hati.
Jujur saja beberapa kali ia merasa bersalah dan berdosa karena membohongi kedua orang tuanya untuk bertemu dengan Zidan.
Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit, akhirnya Livia sudah sampai di rumahnya. Livia segera turun dari taksi online itu dan masuk ke dalam rumah.
" Sayang, kok pulang telat hari ini? " tanya Papa Agra yang merupakan ayah dari Livia.
Livia cukup terkejut saat melihat sang ayah sudah berada di rumah karena biasanya Papa Agra akan tiba di rumah sekitar lima belas menit lagi.
" Tadi susah cari taksinya, Pa " bohong Livia sekali lagi.
Livia menghampiri sang ayah dan mencium tangannya dengan hati yang dipenuhi rasa bersalah.
" Maaf, Via bohong lagi, Pa " ucap Livia dalam hati.
" Ya sudah, kalau begitu kamu cepat masuk ke kamar dan mandi " ucap Papa Agra pada Livia.
" Iya Pa " jawab Livia.
Sebelum benar-benar pergi ke kamarnya, Livia menemui sang ibu yang sedang bersantai di ruang keluarga.
" Akhirnya kamui pulang juga, Papa kamu sudah khawatir dari tadi " ucap Mama Maya setelah sang putri mencium tangannya.
" Papa aja yang terlalu khawatir, Ma. Padahal kan aku cuma telat sedikit " jawab Livia.
Setelah itu, Livia segera pergi ke kamarnya karena ia sangat lelah dan ingin segera membersihkan tubuhnya.
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow ig saya @tyaningrum_05 dan akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Anita Jenius
5 like mendarat buatmu. salam kenal kak.
mari saling mendukung. thanks
2024-05-15
1
Qaisaa Nazarudin
Apa papanya sudah menjodohkan Livia dgn pria lain,Makanya gak di ijinin Via pacaran,untuk menjaga hati Via sendiri nantinya,Biasanya kan gitu..
2024-03-01
1
Qaisaa Nazarudin
Waahh Dareen akan jadi Pecarnor=Perebut pacar orang..🤣🤣
2024-03-01
1