Keesokan paginya, Livia berlari menuruni tangga dengan penampilan yang sudah rapi mengenakan seragam sekolahnya. Ia menghampiri Papa Agra dan Mama Maya sudah sudah berada di meja makan untuk sarapan bersama.
" Mau Mama ambilkan, Sayang? " tawar Mama Maya pada putrinya yang baru saja duduk.
" Enggak usah, Ma. Aku bisa ambil sendiri " tolak Livia.
Livia segera mengambil nasi goreng dan telur ceplok masakan Mama Maya lalu memulai sarapan bersama dengan kedua orang tuanya. Mereka makan dengan tenang dan hanya terdengar suara sendok serta garpu yang beradu di atas piring.
" Pa, Ma, hari ini aku izin pulang telat ya. Soalnya aku ada janji sama teman setelah pulang sekolah " ucap Livia meminta izin pada kedua orang tuanya.
Nanti sore Livia harus pergi bertemu dengan Dareen seperti yang ia katakan tadi malam dan ia tidak ingin kedua orang tuanya khawatir jika ia sampai pulang terlambat.
" Teman siapa? Teman sekolah? " tanya Papa Agra yang sangat posesif pada putrinya itu.
" Bukan Pa, dia teman baru aku. Aku gak sengaja nabrak dia sebanyak tiga kali dan aku mau traktir dia sebagai permintaan maaf " jawab Livia jujur.
Livia meremas kedua tangannya dan ia hanya berharap kedua orang tuanya, khususnya Papa Agra memberikan ia izin.
" Biar aja Livia pergi, Pa. Lagian jarang-jarang Livia pergi sama teman-temannya, jadi sesekali izinkan aja. Kasian Livia kalau terus di rumah, kamu jangan terlalu posesif lah " ucap Mama Maya pada Papa Agra.
Papa Agra menatap Livia yang sedang menundukkan kepalanya takut dan sepertinya putrinya itu ingin pergi. Papa Agra menghela napasnya karena sadar selama ini ia terlalu mengekang Livia karena takut putrinya terjerumus pergaulan yang salah.
" Kamu boleh pergi tapi ingat, sebelum magrib harus sudah ada di rumah " ucap Papa Agra memberikan izin.
Livia mengangkat kepalanya dan tersenyum senang. Livia sangat berterima kasih pada Mama Maya yang sudah membantunya untuk mendapatkan izin dari Papa Agra.
" Iya Pa, aku pasti sudah di rumah sebelum magrib " jawab Livia senang.
Papa Agra menganggukkan kepalanya dan tersenyum, begitu juga dengan Mama Maya. Jujur saja Mama Maya tidak tega melihat Livia yang terlalu dikekang oleh sang suami, walaupun ia paham alasannya untuk kebaikan putri mereka.
Setelah selesai sarapan, Livia langsung pamit untuk pergi ke sekolah. Sepertinya biasanya, Livia akan pergi dengan menggunakan ojek online karena Papa Agra belum mengizinkan Livia mengendarai kendaraan sendiri. Papa Agra sebenarnya sudah menawarkan supir untuk putrinya itu, tapi Livia menolak dan memilih menggunakan taksi atau ojek online saja.
" Ke sekolah ya, Bang " ucap Livia setelah duduk di belakang tukang ojek itu.
" Siap, Neng " jawab tukang ojek itu.
Itu adalah tukang ojek online langganan Livia yang hampir setiap hari mengantar dan menjemput Livia sekolah dan kemana pun jika cukup jauh.
Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit, akhirnya Livia sudah sampai di sekolahnya. Livia langsung masuk ke area sekolah setelah membayar ojek online itu. Seperti biasa, Zidan sudah menunggunya di parkiran khusus siswa.
" Selamat pagi, Pacar Zidan " sapa Zidan menghampiri sang kekasih.
Livia pun tersenyum mendengar itu. " Selamat pagi, Zi " balas Livia.
" Masuk yuk " ajak Zidan pada Livia.
Livia menganggukkan kepalanya lalu mereka berjalan beriringan memasuki gedung sekolah.
" Zi, nanti setelah pulang sekolah kita gak ketemu dulu ya " ucap Livia saat mereka sudah berada di depan kelas Livia.
" Kenapa? " tanya Zidan mengerutkan keningnya.
" Aku ada janji sama teman aku sore ini " jawab Livia.
" Teman? Siapa? " tanya Zidan penasaran karena setahunya, Livia tidak memiliki teman dekat.
" Kamu gak kenal, tapi nanti aku kenalin ke kamu " jawab Livia tidak ingin kekasihnya itu cemburu karena ia bertemu dengan seorang pria.
Zidan pun menganggukkan kepalanya. Sepertinya orang tuan Livia juga sudah mengizinkan sehingga Livia bisa pergi dan ia pun tidak bisa melarangnya.
" Ya udah, tapi maaf aku gak bisa anterin kamu ya. Aku ada sedikit tugas kelompok juga sore ini " ucap Zidan pada Livia.
Zidan sebenarnya memiliki tugas kelompok yang harus ia kerjakan setelah pulang sekolah sehingga ia tidak masalah jika Livia juga pergi menemui temannya.
" Iya, gak papa kok " jawab Livia tersenyum.
Setelah itu, Livia segera masuk ke dalam kelasnya dan Zidan juga pergi menuju kelasnya karena bel masuk akan segera berbunyi.
***
Pada jam pulang sekolah, Livia segera keluar dari kelasnya. Ia harus pergi ke halte bus dekat sekolahnya itu karena di sana ia akan bertemu dengan Dareen.
Ting.
Sebuah pesan masuk saat ia sedang berjalan keluar dari gerbang sekolah dan itu adalah Dareen.
" Aku sudah berada di halte bus yang kamu katakan. Kamu dimana, Livia? " ucap Dareen dalam pesan itu.
" Aku masih di sekolah, Kak. Sebentar lagi akan sampai di sana " balas Livia dengan cepat.
Livia memasukkan kembali ponsel miliknya ke dalam saku seragam sekolahnya dan berjalan dengan cepat menuju halte bus yang sebenarnya tidak terlalu jauh.
Dari kejauhan Livia bisa melihat Dareen yang bersandar di mobilnya yang berada di depan halte bis itu. Livia berlari menghampiri Dareen karena tidak ingin membuat Dareen terlalu lama menunggu.
" Kakak sudah lama ya? " tanya Dareen saat sudah berada di hadapan Dareen.
Dareen pun langsung menegakkan tubuhnya. " Enggak juga kok " jawab Dareen tersenyum.
Sebentar Livia sempat terpesona melihat senyum Dareen tapi dengan cepat ia langsung mengalihkan pandangannya. Dareen yang sudah melepaskan jas dan dasinya serta lengan kemeja yang digulung hingga siku membuatnya terlihat sangat tampan, apalagi di usianya yang cukup matang.
" Kita pergi sekarang? " tanya Dareen pada Livia.
" Iya Kak " jawab Livia.
Dareen dan Livia pun segera masuk ke dalam mobil Dareen. Mereka harus pergi sekarang karena Livia tidak mempunyai banyak waktu karena ia harus sudah pulang sebelum waktu magrib tiba.
" Kita mau makan dimana, Kak? " tanya Livia setelah mobil itu melaju di jalanan.
" Terserah kamu aja " jawab Dareen.
Dareen tidak masalah makan dimana pun asal bersama dengan Livia.
" Kalau di warung bakso gimana? Uangku gak cukup kalau di restoran, maklum lah masih beban orang tua " ucap Livia pada Dareen.
Dareen tersenyum dan melirik Livia di sampingnya. " Boleh, sudah lama juga aku gak makan bakso " jawab Dareen.
Setelah itu, Livia menunjukkan jalan menuju warung bakso yang ia maksud pada Dareen. Dareen pun melajukan mobilnya ke warung bakso itu yang tidak terlalu jauh dari sana.
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow ig saya @tyaningrum_05 dan akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments