"Iya gue lupa lo tinggal disini. Lagian kenapa lo gak nyalain alarm. Bangun sendiri harusnya." Gerutu Nesha. Sedangkan William segera masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri.
Nesha segera membuka koper William yang masih tertutup. "Bener 'kan dugaan gue, bajunya kusut. Bener-bener deh, nyusahin banget ini anak."
Nesha membawa satu stel pakaian William, segera pergi ke kamarnya dan menyetrika pakaian itu. Setelah rapi ia keluar dari kamar dan tetap saat itu William juga keluar dari kamar mandi. "Nih, baju lo."
William segera menyambarnya dan dengan terburu masuk ke kamarnya lagi.
Nesha sendiri berjalan ke dapur melanjutkan sarapannya. Sambil memakan kembali sandwichnya, ia membuat satu porsi lagi sandwich untuk William. Tak lama William keluar dari kamar dan langsung berjalan menuju pintu.
"Buaya, ini sarapan lo!"
"Tidak ada waktu. Aku sudah terlambat." William segera memakai sepatunya.
"Ini udah gue masukin ke kotak. Lo makan nanti di kantor." Nesha menyodorkan kotak makan berisi sandwich itu.
William menatap kotak itu sekilas. "Kamu kira aku anak TK?"
"Daripada lo laper. Mau gak? Kalau enggak ya udah." Nesha membalikkan tubuhnya. Namun akhirnya William menyambar kotak itu.
"Besok bangunkan aku lebih pagi." William memperingatkan seraya keluar dari apartemen itu.
"Bangun sendiri bisa 'kan?" Gerutu Nesha saat sosok William tidak terlihat lagi.
Head Office Hart Group memang sedikit lebih jauh dari apartemen itu, jadi pukul 7 pagi William harus sudah berangkat. Sedangkan tempat kerja Nesha hanya berjarak 10 menit dari apartemen.
Nesha sendiri saat sudah selesai sidang, ia diterima bekerja di sebuah hotel berbintang lima sebagai asisten chef. Dan hari ini merupakan hari pertamanya bekerja juga.
Hari itu baik Nesha dan William mengawali hari pertama bekerja mereka dengan begitu giatnya. William ingin menunjukkan pada Abraham bahwa ia memang ditakdirkan menjadi seorang penerus sang ayah. Hingga pekerjaan karyawan biasa harus bisa ia lakukan dengan baik tanpa kekurangan satu apapun. Sedangkan Nesha sendiri juga bekerja dengan baik di hari pertamanya.
Hingga sore hari pun tiba. Nesha pulang lebih dulu daripada William. Setelah membersihkan tubuhnya Nesha memasak beberapa menu makanan. Saat sedang menyiapkan bahan ia terpikirkan William.
"Buaya pulang jam berapa ya? Dia makan di rumah apa enggak ya? Gue masak segimana, nih?" Gumam Nesha.
Akhirnya Nesha memutuskan untuk mengirim chat pada William.
Di kantor, William masih melakukan pekerjaannya saat ponselnya berbunyi. Ia yang sibuk di depan PC, melirik ke arah ponsel yang tergeletak di mejanya.
"Panda mengirim chat?" William meraih ponselnya.
[Panda]: Buaya\, lo mau makan di rumah apa di kantor? Gue gak mau masak kebanyakan.
William tersenyum menerima pesan itu. Ia pun mulai mengetik balasan untuk sang istri.
[Buaya]: Iya. Aku akan pulang sebentar lagi. Tunggu aku (*emoji cium)
Diletakkannya ponselnya kembali.
[Panda]: Apaan tuh emojinya bikin merinding (*emoji mual)
William terkekeh melihat balasan dari Nesha.
[Buaya]: Kita ini suami istri. Ingat yang dikatakan Daddy? Kita harus mencoba untuk semakin dekat\, Panda.
William sedang mencoba untuk membuat Nesha takluk padanya. Namun sepertinya akan sulit, karena balasan dari Nesha malah membuatnya jengkel.
[Panda]: Berhenti ngomong yang aneh-aneh kalau lo gak mau gue tendang dari apartemen gue (*emoji marah)
"Baiklah, Panda. Sekarang kamu masih bisa menolakku, tapi aku yakin kamu akan luluh. Selama ini tidak ada yang bisa menolak pesona seorang William Hart, apalagi perempuan gemuk dan buruk rupa sepertimu. Paling lama satu bulan, kamu akan jatuh cinta padaku." Ujarnya dengan percaya diri.
***
Pintu apartemen diketuk. Saat itu Nesha baru saja selesai memasak. Di lepaskannya apron yang menggantung di lehernya dan berjalan menuju pintu. Saat pintu terbuka berdiri William disana.
"Aku pulang." Ujarnya dengan senyuman menyilaukannya.
"Lo 'kan udah gue kasih kode akses pintunya. Ngapain pakai ngetuk pintu segala."
William masuk ke dalam dan mulai membuka sepatunya. "Aku ingin kamu membukakan pintu untukku."
"Ngerepotin banget sih lo." Nesha berbalik dan berjalan menuju meja makan.
"Wangi sekali. Kamu masak apa, Panda?" Tanya William seraya duduk di hadapan Nesha.
"Lo bisa lihat sendiri kali, gak usah nanya." Sahut Nesha masih dengan nada bicara yang ketus. Namun William tidak terpengaruh, ia tetap bersikap ramah pada Nesha.
"Kamu memasak makanan favoritku. Terimakasih istriku. Kamu pengertian sekali." William membalikkan piring dihadapannya dan mulai memakan menu rumahan itu.
"Siapa juga yang masak favorit lo." Gumam Nesha.
William tak menggubrisnya dan mulai menyantap makanannya. Ia tercengang. "Panda, kamu pandai sekali memasak. Tadi pagi sandwich buatanmu juga sangat enak."
"Ya iyalah, gue ini calon chef." Ujar Nesha sekenanya.
"Calon chef? Aku tidak tahu itu. Coba ceritakan kamu kuliah dimana dan sekarang bekerja dimana."
"Lo kepo banget sih." Ujar Nesha mulai tidak nyaman karena sikap ramah Willliam padanya.
"Aku ingin tahu. Aku ini suamimu, Panda. Masa aku tidak tahu hal-hal kecil seperti ini?"
Nesha mulai merasa itu memang benar. Setidaknya hal-hal dasar mengenai mereka berdua, mereka harus saling mengetahui.
"Gue kuliah jurusan tata boga. Sekarang gue kerja di Hotel Logan Ritz, jadi asisten chef. Ini batu loncatan buat gue biar suatu hari gue bisa beneran jadi chef."
"Hotel itu hotel yang sangat bagus, Panda. Hart Group memiliki saham disana. Aku akan mengatakan pada manager hotel agar kamu bisa menjadi chef disana."
"Hah? Jangan!" Tolak Nesha.
"Kenapa? Bukankah kamu ingin menjadi seorang chef? Aku bisa membantumu."
"Gue pengen jadi chef dengan kemampuan gue sendiri. Bukan dengan cara kayak gitu. Udah deh, lo gak perlu ikut campur. Bahkan mereka juga sekarang gak tahu kalau gue anaknya Wijaya Rauf. Lo juga jangan macem-macem bilang kalau gue istri lo atau lo bilang sama bokap lo gue ini menantunya."
"Kenapa kamu harus bekerja sekeras itu, sih?" Tanya William heran. "Bukankah bagus kamu memiliki koneksi. Karirmu akan lebih mudah ke depannya."
"Gak. Seumur hidup gue, gue selalu ngelakuian semuanya dengan kemampuan gue sendiri. Lo sendiri tahu gimana perlakuan bokap gue selama ini sama gue. Gue gak pernah pakai nama keluarga gue buat dapetin sesuatu. Tapi lo tahu gak, gue sama sekali gak ngerasa nyesel. Gue malah jadi bisa tahu manisnya buah dari setiap perjuangan gue itu kayak apa. Itu bener-bener kepuasan tersendiri buat gue."
William tertegun mendengarnya. Ia tak pernah memiliki pemikiran seperti itu. Selama ini dalam hal apapun nama Hart Group selalu menjadi semacam 'kartu akses' untuk dirinya mendapat berbagai kemudahan. Tapi Nesha justru lebih memilih untuk melakukan semuanya sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri. Karena percakapan itu, rasa kagum mulai tumbuh di hati William pada istrinya tersebut.
'Kamu perempuan yang unik, Panda.' Gumamnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Erni Fitriana
awal' clue bucin y buaya
2024-06-23
0
Regita Regita
like n ngomen dulu, baca nya nanti aja nunggu senggang😁
2023-11-21
2