William masuk ke dalam ruangan hotelnya melewati Nesha begitu saja, membuat Nesha keheranan sendiri. Bukankah tadi William sudah berpamitan dengannya?
“Will.” Nesha masuk mengikuti William yang kini duduk di sofa ruang tengah sambil memakan makanan yang tersedia di meja. “Lo, kenapa balik lagi kesini?”
“Tak bisakah kamu membiarkan aku makan dulu?” Bentaknya.
Nesha tertegun dibuatnya. ‘Ini anak kenapa tiba-tiba marah-marah, sih?’ Tanya Nesha dalam hati.
William memasukkan berbagai makanan ke dalam mulutnya dengan kesal. Nesha yang memang sedang makan tadi, kini bergabung dengan William. Ia sedikit kecewa, tadinya 'kan ia akan menghabiskan semua makanan itu. Tapi kini ia harus berbagi dengan William.
Tiba-tiba ponsel William berbunyi, ia pun mengangkatnya. Ia mengubah panggilannya menjadi video.
“See? Aku bersama istriku di kamar hotel!” Teriaknya pada sang ayah.
“Baguslah. Daddy lega sekali melihat kalian bersama. Habiskanlah waktu bersama. Minggu depan kamu akan mulai bekerja. Jadi nikmati waktu honeymoon kalian.” Ucap Abraham. “Nesha, bagaimana kamar hotelnya?”
Mendengar namanya disebut oleh ayah mertuanya, ia segera menyahut. “Nyaman sekali…Dad. Terimakasih untuk semuanya.” Ucap Nesha belum terbiasa menyebut Abraham dengan sebutan Daddy.
“Sama-sama, Nak. Tadinya Daddy ingin kalian berbulan madu di pulau pribadi milik Daddy. Tapi ternyata Will menolaknya dengan keras. Maka dari itu Daddy pesankan penthouse room itu. Disana hanya memiliki satu kamar. Jadi, Daddy harap kalian akan segera memulai ‘usaha kalian’ mulai dari sekarang agar Daddy segera memiliki cucu.”
Sontak Will yang sedang minum, menyemburkan air putih yang baru saja akan ditelannya. “Cucu? Daddy ingin aku melakukannya dengan…” William menatap Nesha dengan tatapan jijik. “Perempuan yang mirip dengan panda ini?!”
Kata-kata olokan Will sukses membuat mulut Nesha menganga. ‘Panda?! Gue disamain sama Panda?!’ Gerutunya dalam hati.
“Will, tidak baik kamu mengatakan itu pada istrimu sendiri.” Tegur Abraham.
“Aku benar-benar tak mengerti! Daddy blokir semua kartuku, melarang pihak hotel memberikan sewa kamar untukku, juga memblacklist namaku di semua klub malam di Bali?! Dan sekarang Daddy ingin aku berhubungan dengan seekor panda?! Lebih baik Daddy biarkan aku mati saja!” Teriaknya frustasi.
Nesha masih berusaha menahan emosinya. Jika telepon dengan ayah mertuanya itu sudah terputus. Ia akan pastikan William meminta maaf padanya karena sudah mengatainya panda.
“Tentu saja Daddy melakukannya. Kamu kira perjodohan ini hanya tentang bisnis? Hanya agar Daddy bisa menepati janji Daddy pada Lestari? Tidak, Will. Lebih dari itu, Daddy ingin kamu berhenti mencari wanita lain dan belajar untuk mencintai istrimu. Binalah sebuah rumah tangga yang bahagia bersama Nesha. Jangan seperti Daddy, kamu paham? Setelah itu baru Daddy akan memberikan posisi wakil presiden direktur padamu.”
‘Jadi gitu, Pak Abraham bener-bener serius ngejodohin gue sama buaya darat ini?! Kalau gitu gue juga ikut-ikutan terjebak dong. Sial banget!’ Gerutu Nesha dalam hati.
“Nesha…”
Nesha segera sadar dari lamunannya. “I-iya, Dad.”
“Daddy tahu ini juga akan sangat sulit untuk kamu. Tapi kamupun harus berusaha untuk menjalankan bahtera rumah tangga kalian dengan baik. Awalnya pasti akan sulit, tapi Daddy yakin kalian bisa menemukan kebahagiaan kalian berdua. Maka dari itu, Daddy minta tolong maafkan jika kata-kata William menyinggungmu.”
“Iya, Daddy.” Lirih Nesha tak bisa berkata-kata lagi.
Kemudian telepon pun terputus.
Nesha menatap tajam pada William. William yang menyadarinya segera menghardiknya. “Apa maksud tatapanmu itu?”
“Minta maaf, gak? Lo udah ngatain gue panda!” Ujar Nesha kesal.
“Never. Kamu memang seperti panda. Gemuk dan berkacamata.” Ejeknya dengan pongah. “Sial sekali aku harus hidup bersama perempuan yang jelek seperti kamu. Daddy benar-benar membuatku berada di neraka!” Dumelnya seraya mengusak rambutnya dengan kesal.
“Apa lo bilang?! Lo bilang gue jelek?!”
“Iya. Perlu saya bawakan kamu cermin agar kamu percaya?"
Nesha segera bangkit dari duduknya. “Lo pergi dari sini! Gue juga gak mau disini bareng sama buaya darat kayak lo!” Ia menarik tangan Will ke arah pintu keluar.
Namun William berhasil bertahan dari dorongan tangan Nesha yang memaksanya keluar dari ruangan hotel itu. “Apa kamu bilang? Buaya darat?!”
“Iya!” Nesha mendongak menghadapkan wajahnya ke arah William dengan marah. “Lo kira lo bangga bisa punya banyak cewek? Bagi gue lo gak lebih dari cowok nyebelin, arogan, sombong, manja, dan gak keren sama sekali! Gue bener-bener dikutuk karena nikah sama lo!! Sekarang lo pergi dari sini! Gue gak mau lihat lo lagi!” Teriak Nesha dengan begitu emosinya membuat William terperangah tak bisa berucap apapun.
Nesha pun mendorong tubuh William lagi dan akhirnya William berhasil berada di luar pintu. “Aku akan tidur dimana jika kamu mengusirku seperti ini, Panda?!”
“Bodo amat! Lo sendiri yang udah bilang gue bisa tinggal di kamar ini. Iya 'kan?” Teriak Nesha seraya menutup pintu dengan keras.
Nesha merasa lega sekali bisa berteriak seperti itu di depan wajah laki-laki menyebalkan itu. Ia pun terus berjalan masuk dan tidak menggubris suara gedoran pintu yang terus terdengar.
Ia pun kembali duduk di sofa sambil menikmati makanan dan drama favoritnya. Kali ini Nesha menggunakan earphone agar acara menontonnya tidak terganggu lagi.
Akhirnya sampai tengah malam, acara marathon nonton drama ia jeda. Hari yang melelahkan sebelum ia berangkat ke Bali membuat matanya tak bisa berkompromi. Ia pun memutuskan untuk tidur.
Ia mematikan TV dan juga semua lampu, lalu melangkah menuju kamar, menggosok giginya, kemudian merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
“Enak banget kasurnya. Empuk banget.” Gumamnya menikmati belaian kasur yang ia tiduri dengan mata yang semakin berat. Tak lama Nesha pun tertidur.
Di lobby hotel, William duduk di salah satu lounge. Tangannya terlipat di dada dan matanya tertutup. Ia sudah sangat mengantuk tapi tak mungkin ia tidur disana.
William begitu bimbang. Ia tak punya tempat untuk dituju. Tapi ia juga tak ingin kembali ke tempat Nesha. Ia sangat gengsi, karena tadi ialah yang meminta Nesha untuk menempati ruangan hotel itu dan mengatakan akan menyewa kamar lain.
‘Dasar Daddy benar-benar keterlaluan.' Gerutu William dalam hati. ’Sekarang aku harus bagaimana?'
Rupanya beberapa pegawai hotel sudah memperhatikan keberadaan William di lounge itu sejak ia berada disana beberapa jam yang lalu. Akhirnya seorang pegawai menghampiri William yang duduk dengan kepala tertunduk.
“Selamat malam, Pak. Apakah anda mau check in?" Tanya seorang pegawai hotel.
“Tidak.” Ucap William seraya mengusap wajahnya dengan lelah.
“Kalau begitu, maaf, anda tidak bisa berada di sini. Lounge hanya untuk tamu hotel, Pak.” Ujar pegawai itu.
William menghela nafas jengkel. Sepertinya ia tak punya pilihan lain.
“Saya sebenarnya menginap di hotel ini. Saya bertengkar dengan istri saya. Saya tidak diizinkan masuk ke kamar hotel kami. Tapi sepertinya sekarang ia sudah tidur. Boleh saya meminta access card untuk masuk ke kamar saya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Erni Fitriana
🤣🤣🤣🤣🤣🤣pinter juga lu will👌
2024-06-23
3