Bab 3: Pewaris Hart Group

Sebuah mobil premium berhenti di depan sebuah lobi gedung perkantoran. Seorang petugas keamanan dengan seragam serba hitam membukakan pintu mobil tersebut. William melangkahkan kakinya yang berbalut sepatu kulit mahal. Setelah sepenuhnya keluar dari mobil, ia menengadah dan kedua matanya menyapu ke arah sekitar di balik kacamata hitamnya. Kemudian ia mulai memasuki gedung itu.

Beberapa pasang mata, baik wanita ataupun pria, langsung saja dibuat terpaku menatap sosok setinggi 186 cm itu. Bagaimana tidak, wajahnya nyaris sempurna. Rambutnya hitam legam, kulitnya seputih pualam, mulus tanpa cela. Lehernya jenjang, tubuhnya tegap, berdada bidang, dan kakinya jenjang. Perpaduan wajah kaukasoid dan juga mongoloid nampak menyempurnakan penampilannya.

Sungguh penggambaran sempurna seorang pria.

Di sisi lain, seorang pria paruh baya, dengan rambut yang mulai memutih tengah sibuk dengan beberapa dokumen di mejanya. Keningnya mengerut, menandakan ia sedang berpikir keras mengenai pekerjaannya.

Tiba-tiba terdengar benda kotak di sisi mejanya berbunyi. "Mohon maaf Pak Abraham, putra anda sudah tiba." Terdengar suara seorang perempuan yang adalah sekretarisnya.

Abraham menekan sebuah tombol. "Suruh dia masuk." Titahnya.

Ia beranjak dari kursi kebesarannya, dan tepat saat itu, pintu kantornya terbuka.

"Hi, Dad." Sapa William pada sang ayah.

Abraham tak menyahut dan berwajah dingin. Ia duduk di sofa dan William mengikutinya dengan duduk di hadapan Abraham.

"Kapan kamu tiba?" Tanya Abraham.

"Baru saja. Aku langsung kesini, supir Daddy sudah jemput aku 'kan." Sahut William dengan berbahasa Inggris, seraya melepaskan kacamata hitamnya.

"Kamu di Indonesia sekarang, berbicaralah bahasa Indonesia."

"Dad, Daddy tahu aku tak begitu pintar berbahasa Indonesia. Lagipula aku akan terus berada di Melbourne. So..."

"Kamu tidak akan kembali ke sana. Kuliah kamu sudah selesai. Maka kamu akan mulai tinggal disini dan belajar mengelola perusahaan."

William terlihat berpikir sejenak. "Fine. Aku akan tinggal di sini. Tapi aku ingin sebuah penthouse paling nyaman, dengan helikopter di atas atapku. Agar aku tak perlu mengalami kemacetan kota Jakarta seperti tadi. Lalu aku ingin kantorku di desain ulang, interiornya sudah sangat membosankan, Dad." Ia manatap ke arah sekeliling kantor sang ayah. "Sedangkan lihat kantormu ini, sangat modern dan dilengkapi teknologi smart office. Aku ingin yang sama seperti ini." Ucapnya angkuh.

Abraham terkekeh. "Kamu tidak akan mendapatkan semua fasilitas yang sama dengan Daddy. Daddy adalah presiden direktur. Sedangkan kamu, masih calon pewaris perusahaan."

"Calon? Daddy selalu mengatakan bahwa aku adalah pewaris Daddy! Aku akan menjadi wakil presiden direktur. Itu yang Daddy katakan saat aku masuk kuliah." Ucapnya tercengang.

"Iya, memang benar Daddy mengatakan itu. Tapi sekarang kamu harus melihat realitasnya. Perusahaan Daddy adalah perusahaan yang sudah sangat besar. Kamu harus melewati serangkaian tes untuk bisa mencapai posisi wakil presiden direktur. Daddy tidak ingin mengambil resiko dengan memberikan tanggung jawab yang besar ini pada kamu yang masih belum siap."

William bangkit dari duduknya dengan geram. "Tes? Daddy ingin mengetes apa lagi? Tidakkah Daddy melihat bagaimana prestasiku selama kuliah? Aku sudah lebih dari siap! Daddy juga sering membawa aku ke beberapa rapat penting, Daddy mengatakan aku sudah cukup layak! Lalu Daddy ingin tes seperti apa lagi?!"

Abraham menopangkan kakinya dengan santai, membiarkan sang putra meluapkan emosinya. "Kamu kira selama ini Daddy tidak tahu apa yang kamu lakukan? Berfoya-foya, berpesta setiap saat. Kamu selalu hidup nyaman dan tak pernah berusaha keras akan sesuatu. Dan juga..." Abraham menatap sang putra dengan lekat. "Perempuan-perempuan yang kamu pacari itu, tak terhitung berapa jumlahnya."

"Tapi, Dad..."

"Menikahlah." Abraham segera memotong ucapan William dengan kata-kata yang membuat Willian benar-benar tercengang.

William mengulangi. "Menikah? Aku? Tidak akan pernah, Dad! Aku tak akan menikah seumur hidupku!" William mendekat pada sang ayah, duduk di sampingnya. "Daddy tahu, wanita adalah hidupku. Aku tidak bisa hidup hanya bersama satu wanita. Sama seperti Daddy dulu, 'kan?"

Abraham berdeham mendengar masa lalunya disinggung oleh sang putra. "Kamu tahu, Nak. Menikah akan membuat kamu belajar tentang tanggung jawab. Kamu juga akan bahagia. Kamu tidak perlu banyak wanita. Cukup satu, tapi kamu cintai dia dengan sepenuh hati kamu, maka kamu akan mendapat kebahagiaan jauh lebih besar dari kehidupan kamu sekarang."

William memijit keningnya yang tiba-tiba berdenyut nyeri. "Daddy benar-benar sudah gila." Gumamnya.

Abraham bangkit dari duduknya dan melangkah menuju meja kerjanya lagi. "Menikah, atau kamu akan melihat perusahaan Daddy dikelola oleh managemen profesional."

"Dad!" Protesnya.

Abraham menatap sang putra dengan tajam, keputusannya sudah final dan tidak bisa diganggu gugat. "Menikah, atau kamu buang jauh-jauh pemikiran kamu untuk duduk di posisi Daddy."

William Hart

Terpopuler

Comments

Nur Azizah

Nur Azizah

masih terus nyimak karyamu kakak ,,,,

2025-02-25

1

Srimul Dyata

Srimul Dyata

Sangat tampan tapi suka ganti2 pasangan

2024-08-25

1

Erni Fitriana

Erni Fitriana

ulala..jet set...visual abraham thor..pasti macho

2024-06-23

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Kakak dan Adik yang Berbeda
2 Bab 2: Tubuh yang Besar
3 Bab 3: Pewaris Hart Group
4 Bab 4: Pesta Felisha
5 Bab 5: Kak Bryan
6 Bab 6: Mimpi yang Jadi Nyata?
7 Bab 7: Perintah untuk Menikah
8 Bab 8: Bertemu Calon Ayah Mertua
9 Bab 9: Calon Suami Menyebalkan
10 Bab 10: Perjodohan
11 Bab 11: Dilamar William Hart
12 Bab 12: Honeymoon Seorang Diri
13 Bab 13: Panda dan Buaya
14 Bab 14: Kulit bertemu Kulit
15 Bab 15: Introvert dan Ekstrovert
16 Bab 16: Mulai Mengenal
17 Bab 17: Ingin Bercerai
18 Bab 18: Panda yang Malang
19 Bab 19: Demi Posisi Wakil Presdir
20 Bab 20: Hari Pertama Bekerja
21 Bab 21: Dua Kenyataan
22 Bab 22: Buaya dan Rubah Betina
23 Bab 23: Perempuan Seindah Berlian
24 Bab 24: Terbiasa Bersama Panda
25 Bab 25: Mengabaikan
26 Bab 26: Buaya Jatuh Sakit
27 Bab 27: Kasmaran
28 Bab 28: Salah Paham
29 Bab 29: Tempat untuk Pulang
30 Bab 30: Ternyata Kamu Suka
31 Bab 31: Dunia yang Sempit
32 Bab 32: Jangan Menangis
33 Bab 33: Bukalah Hatimu
34 Bab 34: Manis
35 Bab 35: Pesta Pengukuhan
36 Bab 36: Bertengkar
37 Bab 37: Jiwa yang Terbangun
38 Bab 38: Kehilangan
39 Bab 39: Lebih dari Sakit
40 Bab 40: Pergi
41 Bab 41: Mengais Bahagia dari Masa Lalu
42 Bab 42: Merelakan? Tidak Akan Pernah!
43 Bab 43: Menemukan Panda
44 Bab 44: Bercerai
45 Bab 45: Selamat Tinggal
46 Bab 46: Pria Dingin
47 Bab 47: Berubah
48 Bab 48: Bertemu Kembali
49 Bab 49: Tak Semudah Itu
50 Bab 50: Pelajaran untuk William
51 Bab 51: Seseorang dari Masa Lalu
52 Bab 52: Pandaku Tak Akan Kembali
53 Bab 53: Menanggalkan Nama 'Rauf'
54 Bab 54: Kejutan
55 Bab 55: Kesempatan Terakhir(end)
56 Ekstra 1: Lestari
57 Ekstra 2: Perasaan yang Tak Seharusnya
58 Ekstra 3: Marry Me, Dev
59 Ekstra 4: Single Mom
60 Ekstra 5: Miss Rania, I Love You
61 Ekstra 6: Selingkuh itu Indah
62 Ekstra 7: The Bad Boy and His Nanny
63 Ekstra 8: Mengejar Cinta Nabila
64 Ekstra 9: Wanita Rahasia Daddy Zach
65 Ekstra 10: Jodohkah Kita?
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1: Kakak dan Adik yang Berbeda
2
Bab 2: Tubuh yang Besar
3
Bab 3: Pewaris Hart Group
4
Bab 4: Pesta Felisha
5
Bab 5: Kak Bryan
6
Bab 6: Mimpi yang Jadi Nyata?
7
Bab 7: Perintah untuk Menikah
8
Bab 8: Bertemu Calon Ayah Mertua
9
Bab 9: Calon Suami Menyebalkan
10
Bab 10: Perjodohan
11
Bab 11: Dilamar William Hart
12
Bab 12: Honeymoon Seorang Diri
13
Bab 13: Panda dan Buaya
14
Bab 14: Kulit bertemu Kulit
15
Bab 15: Introvert dan Ekstrovert
16
Bab 16: Mulai Mengenal
17
Bab 17: Ingin Bercerai
18
Bab 18: Panda yang Malang
19
Bab 19: Demi Posisi Wakil Presdir
20
Bab 20: Hari Pertama Bekerja
21
Bab 21: Dua Kenyataan
22
Bab 22: Buaya dan Rubah Betina
23
Bab 23: Perempuan Seindah Berlian
24
Bab 24: Terbiasa Bersama Panda
25
Bab 25: Mengabaikan
26
Bab 26: Buaya Jatuh Sakit
27
Bab 27: Kasmaran
28
Bab 28: Salah Paham
29
Bab 29: Tempat untuk Pulang
30
Bab 30: Ternyata Kamu Suka
31
Bab 31: Dunia yang Sempit
32
Bab 32: Jangan Menangis
33
Bab 33: Bukalah Hatimu
34
Bab 34: Manis
35
Bab 35: Pesta Pengukuhan
36
Bab 36: Bertengkar
37
Bab 37: Jiwa yang Terbangun
38
Bab 38: Kehilangan
39
Bab 39: Lebih dari Sakit
40
Bab 40: Pergi
41
Bab 41: Mengais Bahagia dari Masa Lalu
42
Bab 42: Merelakan? Tidak Akan Pernah!
43
Bab 43: Menemukan Panda
44
Bab 44: Bercerai
45
Bab 45: Selamat Tinggal
46
Bab 46: Pria Dingin
47
Bab 47: Berubah
48
Bab 48: Bertemu Kembali
49
Bab 49: Tak Semudah Itu
50
Bab 50: Pelajaran untuk William
51
Bab 51: Seseorang dari Masa Lalu
52
Bab 52: Pandaku Tak Akan Kembali
53
Bab 53: Menanggalkan Nama 'Rauf'
54
Bab 54: Kejutan
55
Bab 55: Kesempatan Terakhir(end)
56
Ekstra 1: Lestari
57
Ekstra 2: Perasaan yang Tak Seharusnya
58
Ekstra 3: Marry Me, Dev
59
Ekstra 4: Single Mom
60
Ekstra 5: Miss Rania, I Love You
61
Ekstra 6: Selingkuh itu Indah
62
Ekstra 7: The Bad Boy and His Nanny
63
Ekstra 8: Mengejar Cinta Nabila
64
Ekstra 9: Wanita Rahasia Daddy Zach
65
Ekstra 10: Jodohkah Kita?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!