Sontak Nesha menatap Bu Candra dengan tercengang.
“Hart Group yang punya supermarket dan stasiun TV itu, Bu?” Tanyanya memastikan.
“Iya. Bukan cuma itu, Hart Group juga punya beberapa dealer mobil yang baru ngeluarin mobil listrik yang langsung viral itu loh. Biasanya beliau berdonasi lewat karyawannya aja, tapi kali ini dia sampai datang kesini. Bener-bener orang yang dermawan Pak Abraham itu.”
Nesha mengangguk setuju. Hart Group adalah salah satu perusahaan yang bergerak di tiga sektor besar, ritel, media, dan otomotif. Sepertinya orang awam pun akan mengetahui mengenai siapa itu Hart Group. Ritelnya ada di hampir setiap sudut kota besar. Stasiun TV dan aplikasi digital yang dimilikinya selalu menemani masyarakat Indonesia setiap waktu dengan sajian berbagai acara di layar kaca. Dan yang terakhir, salah satu merk dagang dari perusahaan mobil yang banyak digunakan masyarakat saat ini, dipasarkan oleh perusahaannya.
Dengan perusahaan sebesar itu, ternyata presiden direkturnya sangatlah dermawan. Bahkan Nesha sendiri yakin Abraham Hart memiliki jadwal yang sangat sibuk setiap harinya. Namun ia tetap menyempatkan untuk berbagi seperti ini. Sungguh hal yang mungkin jarang dilakukan pimpinan perusahaan lain. Bahkan Wijaya sendiri, setahu Nesha jarang melakukan hal seperti ini. Padahal, perusahaan sang ayah yang bergerak di bidang produsen makanan dan minuman, tak sebesar Hart Group.
Obrolan Nesha dan Bu Candra berlanjut ke beberapa topik hingga tanpa terasa makanan berbahan dasar makaroni itu akhirnya selesai dibuat. Tepat saat itu tamu yang ditunggu-tunggu pun datang.
Abraham Hart datang bersama iring-iringan beberapa mobil. Kedatangannya langsung disambut oleh anak-anak panti. Aku ikut serta membantu saat tiba waktunya menyajikan makanan, setelah pria paruh baya itu membagikan bingkisan kepada semua anak panti.
Abraham menerima makanan itu dengan hangat. Membuat Nesha berdebar sendiri karena makanan buatannya akan diicip oleh seorang pimpinan besar sepertinya. Saat suapan pertama ia tertegun. Lalu ia mengambil beberapa suap lagi.
“Bu, siapa yang membuat macaroni schotel ini?” Tanya Abraham.
“Ini buatan Mbak Nes, Pak Abraham.” Bu Candra menunjuk ke arahku dengan sopan. “Enak toh, Pak? Calon chef loh ini yang buat, Pak.”
Nesha tertawa canggung, gugup sekali saat Abraham kini melihat ke arahnya.
Pria paruh baya itu tersenyum ramah. “Enak sekali macaroni buatan kamu. Apa kamu memasukkan jamur ke dalamnya?”
“Betul, Pak.” Sahut Nesha terheran, padahal biasanya orang awan tidak akan menyadarinya karena jamur itu ia cincang sangat halus sehingga orang tak akan menyadarinya.
“Boleh saya tahu mengapa kamu menggunakan jamur?” Tanyanya yang terlihat masih penasaran.
“Sebenarnya ini resep rahasia keluarga saya, Pak. Saya diberitahukan oleh ART di rumah saya, dan ternyata…” Nesha terdiam sejenak. “Itu adalah resep dari Almarhumah ibu saya.”
“Saya tidak menyangka ada cerita seperti itu. Maaf jika pertanyaan saya kurang pantas.” Ujarnya merasa tak enak.
Nesha segera menggeleng. “Tidak sama sekali, Pak. Saya sendiri tidak merasa sedih atau bagaimana jika mengingat mengenai ibu saya, karena jujur, saya belum pernah bertemu dengannya. Beliau meninggal sesaat setelah melahirkan saya. Jadi saya tidak memiliki kenangan bersama beliau.”
Abraham yang akan memasukkan sesuap macaroni ke dalam mulutnya pun menghentikan tangannya. “Jika boleh saya tahu, siapa nama ibu kamu?”
“Lestari, Pak.” Sahut Nesha dengan bingung.
Wajah Abraham terlihat terkejut. “Lestari…?”
Nesha mengangguk ragu.
“Apa kamu putri dari Wijaya Rauf, pemilik PT. Rauf Jaya Food?"
“Iya, betul Pak." Nesha semakin merasa aneh.
Abraham bangkit dari duduknya dan menghampiri Nesha. Diusapnya puncak kepala Nesha dan menatap Nesha lekat.
“Kamu memiliki bibir ibumu, Nak.”
***
Setelah Wijaya pergi
“Jadi kamu kenal sama Abraham Hart di panti asuhan itu?” Tanya Nathan.
“Iya. Pak Abraham sempet nanya-nanya tentang banyak hal sama aku. Dan tahu gak, ternyata Pak Abraham itu kenal sama Almarhumah Mama loh, Kak.”
Dahi Nathan mengerut. “Masa sih?”
“Iya. Dia bilang bibir aku mirip sama Mama. Berarti dia pernah ketemu sama Mama 'kan?”
“Aneh juga.” Nathan terdiam sejenak. “Terus dia nanya apa aja?”
“Nanya aku sekolah dimana dari aku SD sampai kuliah, terus umur aku berapa, punya pacar atau enggak, kegiatan sehari-hari aku apa aja. Yang gitu-gitu, Kak. Awalnya aku ngerasa aneh, tapi sekarang aku ngerti kenapa dia nanyain semua itu sama aku.” Wajah Nesha berubah frustasi. “Aku gak nyangka kalau Pak Abraham malah ngejodohin aku sama anaknya lewat papa. Aku harus gimana, Kak? Aku gak mau nikah!”
“Kamu harus nikah. Tapi kali ini Kakak juga gak setuju kalau kamu nikahnya sama anaknya Abraham Hart.” Nathan berpikir dengan serius, ia sedang memikirkan cara bagaimana membatalkan perjodohan itu.
“Anaknya Abraham Hart itu siapa, Kak? Orangnya gimana?" Nesha cukup penasaran juga karena Nathan begitu menentang perjodohan ini.
“Dia playboy kelas kakap, Nes. Pokoknya Kakak gak mau kamu nikah sama cowok yang nganggep cewek itu barang sekali pakai terus dibuang.”
“Beda banget sama Kak Bryan.” Gumam Nesha tanpa sadar. Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya. “Kak, aku tahu gimana caranya supaya perjodohannya batal.”
“Gimana?” Sontak Nathan penasaran.
“Aku bakal nikahin Kak Bryan.” Mendengar ide itu Nathan terdiam mematung. “Kakak setuju 'kan?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Erni Fitriana
🤣🤣🤣🤣🤣itu mah emang mau kamu nessss...nikah sama bryan
2024-06-23
0