“Nes, maaf ya. Kakak gak bisa ikut ke pertemuan kamu sama Abraham Hart dan anaknya. Papa sengaja kirim Kakak ke luar kota supaya Kakak gak bisa ikut pertemuan itu.” Terdengar suara Nathan yang sedih di telepon.
Nesha hanya bisa menghela nafas pasrah. "Mau gimana lagi." Lirihnya. “Terus kabar Kak Bryan gimana?”
“Gak ada kabar, Nes. Dia gak bisa dihubungi. Kata sekretarisnya dia lagi ke New York. Ada perjalanan bisnis gitu. Kamu juga belum berhasil hubungin dia?"
“Belum…” Lirih Nesha lagi.
Sejak kepulangannya ke Australia, Bryan tak bisa Nesha hubungi. Nesha sudah berusaha menghubungi melalui Whatsapp, Facebook, Instagram, juga Email, namun Bryan tetap tak bisa dihubungi.
Karena kejadian di pesta Felisha waktu itu, perasaan Nesha terhadap Bryan semakin tumbuh. Ia yakin bahwa Bryan memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Bahkan setelah Bryan kembali ke Australia, dengan berani dan tanpa banyak berpikir Nesha menghubunginya. Bertanya Bryan dimana, dan mengapa mengabaikannya.
Jika biasanya Nesha hanya akan menyukainya dalam diam, kali ini ia berani untuk menyukai Bryan secara terbuka. Namun, entah mengapa Bryan tak pernah merespon, dan itu membuat Nesha bimbang.
‘Kak Bryan, Kakak kemana sih? Kakak emangnya rela aku nikah sama cowok lain?’ Keluhnya dalam hati.
Kini Nesha sudah berada di sebuah ruangan VIP hotel berbintang. Setelah selesai menerima telepon dari sang Kakak, Nesha kembali ke ruangan, dan duduk di samping sang ayah.
“Darimana kamu, lama sekali ke toiletnya?” Tanya Wijaya seperti biasa, dengan nada yang dingin.
“Tadi nerima telepon dulu, Pah.” Ujarnya memberi penjelasan.
“Dengarkan, kamu harus menyetujui pinangan dari putra Abraham Hart. Mengerti?” Tegas Wijaya pada sang putri.
“Tapi Pah, aku dan Kak Bryan…”
“Kamu masih berpikir Bryan menaruh rasa pada kamu? Tentu Papa tidak akan menolak jika Bryan mau meminang kamu juga. Perusahaan milik keluarga Bryan tidak kalah besar dengan Hart Group. Tapi kita perlu realistis. Ada kesempatan yang berada tepat di depan mata kita, kenapa harus mencari kesempatan yang lain yang masih belum tentu bisa kita dapatkan atau tidak?"
Sontak Nesha menatap sang ayah tak percaya. Bagi sang ayah, perjodohan ini adalah demi kepentingan bisnisnya semata. Ia sama sekali tidak memikirkan perasaan sang putri. Sungguh Nesha merasa kecewa, namun ia tak heran. Ini adalah ayahnya, yang sejak kelahirannya pun seperti tak pernah sama sekali menganggapnya ada.
Tak lama terdengar pintu dibuka oleh para pelayan. Masuklah seorang pria yang masih terlihat gagah berwibawa sekalipun rambutnya sudah mulai memutih. Ia berjalan mendekat pada meja, tempat Nesha dan Wijaya berada.
“Pak Wijaya, maaf saya terlambat.” Ucap Abraham seraya menjabat tangan calon besan dan calon menantunya tersebut.
Nesha dan Abraham segera beranjak dari duduknya dan menyambut jabatan tangan yang ramah itu.
“Tidak apa-apa, Pak. Saya tahu anda sangat sibuk.” Ucap Wijaya penuh pengertian. “Anda sendirian? Dimana putra anda?”
Mereka pun mulai menduduki kembali kursinya masing-masing, dimana Abraham duduk di hadapan Wijaya.
“Will akan datang sebentar lagi. Mohon maaf anak itu memang harus banyak belajar mengenai banyak hal. Termasuk mengenai ketepatan waktu.” Ujar Abraham memohon maklum dari keduanya.
Tak lama pintu ruangan itu kembali terbuka. Sontak ketiga orang yang sedang mengobrol santai itu menoleh ke arah pintu. Berjalanlah William dengan setelan formalnya mendekat ke arah mereka bertiga.
Mata Nesha membulat sempurna. ‘Jadi itu yang namanya William Hart? Calon suami gue? Yang katanya playboy kelas kakap?' Gumam Nesha dalam hati.
Beberapa detik, Nesha tak bisa mengalihkan pandangannya dari pria tinggi dan tampan itu. Jujur, Nesha cukup terpesona karena pria itu memang amat sangat tampan. Namun saat pria itu sudah berdiri tepat di hadapannya, sosok Bryan muncul di benaknya. Seketika Nesha sadar, mungkin saja William ini setampan itu hingga Nesha begitu terpesona, tapi pesona William tak cukup kuat untuk menelusup masuk ke dalam hati Nesha. Di dalam hati Nesha sudah terlanjur penuh sesak oleh sosok Bryan yang dicintainya sejak bertahun-tahun yang lalu.
“Baiklah, Pak Wijaya, ini putra saya, William Hart.” Abraham memperkenalkan sang putra, dan begitu juga sebaliknya. “Will, ini adalah Pak Wijaya, calon mertua kamu. Dan ini adalah Nesha, calon istri kamu.”
Sontak kedua mata tajam William tertuju pada Nesha.
“Are you kidding, Dad? Dia perempuan yang kamu pilihkan untuk jadi istriku?” Seloroh William dengan tatapan tak percaya, melihat ke arah Nesha dari ujung kaki ke ujung kepala.
Sontak Wijaya dan juga Nesha tercengang. Kata-kata pertama yang keluar dari mulut pria tampan itu benar-benar menggambarkan apa yang sudah Nathan katakan sebelumnya tentang pria bernama William Hart ini.
Pria ini bukan pria baik-baik. Lebih dari itu, arogan, sombong, tidak punya sopan santun, dan menyebalkan.
“Will!” Tegur Abraham merasa tidak enak.
Wijaya menanggapinya dengan tawa. “Tidak apa-apa, Pak Abraham. Saya juga tidak berpikir bahwa putra anda yang gagah dan tampan ini bisa langsung menerima putri saya yang seperti ini.” Kembali kata-kata Wijaya seperti mengiris hati Nesha. Bukannya membela sang putri, ia malah ikut merendahkannya. “Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Mari kita duduk dan membicarakan semuanya.”
Kedua mata tajam William yang dihiasi alis tebal sempurna, masih menatap ke arah Nesha dengan benci.
Nesha hanya bisa tertunduk menatap kedua tangannya dan terus menghela nafas menghilangkan rasa kesalnya. ‘Kak Bryan, tolong aku!’
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Erni Fitriana
kebayang hati nesya retakkkkkkkkkkk😔😔😔
2024-06-23
0