Nesha segera menghempaskan tangan William dari mulutnya dan mendorongnya menjauh. "Apaan sih lo!" Lalu Nesha menatap Abraham dan ayahnya. Nyalinya sedikit menciut saat melihat sang ayah yang menatapnya dingin.
Namun Nesha tak bisa lagi menahannya. Ia ingin mengatakan semuanya.
"Saya tidak bisa melanjutkan pernikahan ini." Dengan lantang ia mengatakannya.
Membuat William kebakaran jenggot. "Sayang, kamu ngomong apa? Dad, ini gak seperti..."
"Udah deh, lo biasa juga ngatain gue panda. Gak usah bilang 'sayang' segala." Ujar Nesha jengah.
"Apa maksudnya, Will? Kamu masih mengatai istrimu sendiri dengan sebutan Panda?" Kata-kata Abraham menusuk walaupun dengan nada yang tenang.
"Itu panggilan kesayangan aku untuk istriku, Dad. Kami tadi bertengkar, dia gak sungguh-sungguh ingin bercerai. Iya 'kan, Sayang?" William mengelak.
"Nesha, apa maksud kamu! Jangan buat Papa malu!" Wijaya membentaknya, membuat Nesha tertunduk tak mampu menatap sang ayah.
"Aku gak bisa jadi istri William! Aku gak akan cocok, Pah!" Teriaknya masih dengan kepala tertunduk.
"Will, ingat apa yang sudah Daddy katakan? Kamu harus bisa membuat Nesha nyaman bersamamu. Kamu tahu konsekuensi apa yang akan kamu dapatkan jika Nesha meminta kamu untuk bercerai." Abraham kembali menunjukkan nada dingin menusuknya.
"Aku..."
"Enggak, Daddy." Nesha segera memotong ucapan William. "Ini bukan salah William sepenuhnya. Dia emang nyebelin tapi aku udah gak bisa jadi menantu Daddy. Aku gak akan cocok. Aku gak bisa. Aku gak akan mampu, Daddy. Sekalipun aku anak dari seorang presdir, tapi aku bukan perempuan yang menerima pendidikan layaknya perempuan dari kalangan atas. Aku dibesarkan sebagai gadis dari kalangan biasa. Aku tak pernah mengenal kemewahan dan orang-orang kalangan atas. Di saat semua orang makan siang di restoran terbaik, aku hanya makan di warteg. Saat semua orang menggunakan mobil mewah mereka, aku hanya pakai motor matic yang aku miliki sejak aku sekolah di SMA negeri. Daddy salah mencari menantu. Aku tidak akan cocok menjadi menantu Daddy dan mendampingi putra Daddy yang adalah pewaris Daddy. Aku...aku gak bisa..." Ucapnya panjang lebar, diakhiri dengan isak tangis.
"Nesha, untuk apa kamu menceritakan itu semua?!" Wijaya terlihat gelagapan, merasa malu karena perlakuannya terhadap sang putri harus didengar oleh besannya sendiri.
Nathan pun menghampiri sang adik. "Kenapa, Pah? Itu 'kan kehidupan yang Papa kasih buat Nesha selama ini? Sekarang Papa malah memanfaatkan Nesha karena mendapat lamaran dari Hart Group. Udah cukup, aku gak akan membiarkan Nesha menjalani hidup yang gak buat dia nyaman."
Ia sudah tahu bahwa pernikahan ini bukanlah ide yang bagus. Terbukti dengan pernikahan sang adik yang baru berlangsung selama seminggu, sudah membuat adiknya ingin bercerai.
"Daddy minta maaf, Nesha, telah memaksa kamu untuk menikah dengan putra Daddy yang kurang ajar ini." Ditatapnya William dengan marah. William hanya bisa terdiam pasrah.
"Saya juga minta maaf pada kamu Nathan. Saya tahu kamu sangat menyayangi adik kamu, tapi saya benar-benar ingin Nesha menjadi menantu saya. Apa adanya Nesha, adalah hal yang saya inginkan untuk menjadi menantu saya."
"Tapi, Pak Abraham..." Nathan ingin mengatakan bahwa sang adik tidak menginginkan pernikahan ini, tapi Abraham memotongnya.
"Sekarang, Daddy ingin bertanya pada Nesha. Apa yang membuatmu tidak nyaman dengan pernikahan ini, Nak? Apa William berbuat sesuatu yang tidak kamu sukai?" Tanya Abraham dengan lembut.
Nesha tidak mengerti kenapa Abraham begitu lembut padanya. Tapi ia menyadari perlakuannya itu membuatnya merasa nyaman untuk mengutarakan semua hal yang mengganjal hatinya. "Aku tidak akan bisa bersama dengan William. Kami terlalu berbeda. Terus rumah ini, aku tidak bisa menerimanya. Aku tidak mau hidupku berubah. Aku ingin hidup seperti sebelum menikah."
"Lalu dimana kamu ingin hidup setelah menikah, Nak?" Tanya Abraham dengan sabarnya.
"Aku hanya ingin hidup di apartemenku seperti sebelumnya." Cicit Nesha.
"Kamu akan membiarkan William tinggal di apartemen kecil itu?! Kamu..."
"Tidak apa-apa, Pak Wijaya." Potong Abraham. "Maafkan saya karena terlalu memaksakan kehendak saya. Saya tidak tahu jika Nesha akan merasa tidak nyaman dengan rumah yang saya sediakan." Kemudian Abraham menatap Nesha. "Baiklah, Nak. Kamu bisa tinggal di apartemen lamamu. Tapi Daddy mohon, kamu harus mencoba mempertahankan pernikahan ini. Kamu harus mencoba untuk mencintai William dan menjadikannya bagian dari kehidupan kamu. Jika kamu sudah mencoba dan kamu tetap bisa, maka kamu bisa mengajukan perceraian ini lagi."
***
William berjalan ke beranda luar mansion dengan marah. Dibukanya sekaleng beer dan menenggaknya.
"Yang benar saja. Aku harus tinggal di apartemen kecil?!"
"Kenapa? Masalah untuk anda?" Nathan menghampiri William. William menoleh sekilas ke belakang dan tak menggubris kakak iparnya itu.
Nathan kini berdiri di samping William yang masih menenggak minuman itu. "Saya memperingatkan anda, jangan sakiti adik saya seujung rambutpun. Jika itu terjadi, maka saya akan membuat anda membayarnya kelak."
"Anda tahu, saya yang dibuat menderita selama bulan madu. Kenapa malah saua yang diberi peringatan." Gerutu William tak terima.
"Saya tahu anda laki-laki seperti apa. Tapi adik saya adalah perempuan yang berbeda dengan perempuan yang ada di sekitar anda."
William keheranan sendiri melihat sikap protektif Nathan terhadap sang adik. "Kenapa anda begitu protektif terhadap adik anda?"
"Bagi saya, dia akan selalu menjadi adik kecil saya. Almarhumah ibu saya menitipkan Nesha pada saya yang masih berusia 5 tahun sebelum beliau meninggal. Dan amanat itu akan saya jalankan bahkan setelah Nesha dewasa."
"Anda lebih protektif dari ayahnya sendiri." Timpal William.
"Ayah kami justru sangat membencinya. Hanya saya yang menyayanginya. Kamu sendiri mendengar bagaimana kehidupan Nesha selama ini, itu adalah kehendak dari Ayah kami. Bahkan sejak SMA Nesha pindah ke apartemen kecil dan tinggal disana seorang diri. Hanya sesekali ia boleh menginap di rumah kami. Saya sangat kesal dengan semuanya karena tak ada yang bisa saya lakukan selain menguatkan Nesha. Meyakinkannya masih ada saya yang menyayanginya walaupun ayah kami seperti itu. Meyakinkannya masih ada saya yang melindunginya walaupun dia di rundung di sekolahnya dulu."
"Dirundung? Panda mengalami perundungan?"
"Iya. Waktu SMP dan SMA, tapi saya baru mengetahuinya waktu SMA." Nathan menoleh pada William dengan tatapan memperingatkan. "Maka dari itu, jika anda membuatnya merasakan hal yang sama dengan yang dialaminya waktu SMA, membuat adik kesayangan saya menangis dan tidak nyaman dengan kehadiran anda di sisinya, saya tidak akan segan untuk membantu Nesha lepas dari anda, sekalipun saya harus menentang keinginan Pak Abraham. Saya juga tidak peduli jika anda kehilangan kesempatan anda menjadi wakil presiden direktur."
William sedikitnya merasa terancam karena sikap Nathan yang begitu mengintimidasinya. Wibawa dan caranya berbicara kakak iparnya itu membuat William menyadari Nathan bukan orang yang bisa diabaikannya.
Nathan berjalan kembali menuju dalam rumah. Ia berhenti sejenak dan menoleh kembali pada William. "Saya sudah lepaskan kekasih saya. Tapi bukan berarti anda bisa bermain api di belakang Nesha."
"Kekasih anda...?"
"Jangan pura-pura tidak tahu. Sebelum pesta pernikahanmu dengan adik saya, kamu menggodanya dan menciumnya."
"Nathan, saya..."
"Tidak perlu menjelaskan apapun, saya tak heran anda melakukannya karena anda memang laki-laki brengseek. Cukup ingat kata-kata saya tadi saja. Saya tidak pernah main-main dengan apa yang saya katakan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Erni Fitriana
nathan😘😘😘😘😘😘😘😘
2024-06-23
1