Nesha masuk ke kamar mandi. Sambil terus menangis ia mencuci bibirnya dengan air. Ia tak percaya, ia membiarkan dirinya berciuman dengan laki-laki yang menganggap berciuman hanyalah pertemuan kulit dan kulit saja. Ia juga tak menyangka, bagi seorang William sedangkal itu makna berciuman.
Bagi Nesha, makna ciuman lebih dari itu. Itu adalah ungkapan dari rasa cinta dan hanya dilakukan bersama dengan orang yang dicintai. Bukan hal yang bisa dilakukan dengan sembarang orang seperti apa yang William katakan. Walaupun Nesha menyadari dia sendiri yang pertama menciumnya, seharusnya William menghindar. Apalagi setelah ia mengetahui Nesha menganggap William sebagai Bryan, seharusnya William tak membiarkannya Nesha menciumnya.
Kejadian itu sukses membuat Nesha semakin membenci pria tampan bernama William itu.
Di luar kamar, William segera membersihkan dirinya dari tumpahan jus jeruk yang ditumpahkan oleh Nesha. Sambil mengguyur dirinya di bawah rintik air shower, ia terus mengumpat pada Nesha.
"Sial sekali. Bukankah dia yang menciumku lebih dulu? Kenapa malah seperti aku yang salah?" Gerutunya seraya mencuci tubuhnya dengan sabun.
Beberapa saat kemudian ia keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe. Ia membuka gagang pintu kamar dan ternyata masih terkunci. Sambil menghela nafas menahan kesal ia mengetuk pintu.
"Panda, buka pintu! Aku ingin mengganti bajuku!" Teriaknya.
Di dalam kamar, Nesha masih menangis sambil berbaring di tempat tidurnya. Mendengar ketukan pintu dari William, ia bangkit dan membawa koper milik William. Ia membuka pintu dan mendapati William berdiri dengan rambut yang basah dan menggunakan bathrobe.
"Nih! Jangan sekali-kali lagi lo masuk kamar gue lagi!" Didorongnya koper berroda itu ke arah William dengan cukup keras dan kemudian menutup pintu kembali.
Namun saat pintu akan tertutup, tangan William berhasil menahannya.
"Lepasin!" Teriak Nesha.
William tercengang melihat mata Nesha yang sudah membengkak akibat menangis. "Kamu kenapa harus menangis sampai seperti itu?"
"Gue jijik udah ciuman sama lo!" Teriak Nesha penuh benci.
"Apa? Jijik kamu bilang?" William kembali tercengang. Ia sama sekali tak mengerti kenapa Nesha harus semarah itu padanya hanya karena 'ciuman' itu. Juga, baru kali ini ada perempuan yang semarah ini setelah berciuman dengannya. Biasanya perempuan akan bahagia dan berbunga-bunga menerima ciuman darinya.
"Iya! Bagi lo mungkin ciuman cuma kulit ketemu kulit, tapi bagi gue itu tuh spesial dan bakal gue lakuin sama orang yang bener-bener gue sayang. Bukan sama buaya darat kayak lo! Gue pengen cerai! Gue gak mau kenal sama lo lagi!" Isak Nesha.
"Kamu kira aku ingin menikah dengan perempuan gemuk yang tidak pernah berdandan dan hanya peduli dengan dirinya sendiri seperti kamu?! Tapi kita bisa apa? Daddy..."
"Lo butuh nikahin gue karena kalau enggak lo gak akan dapetin posisi wakil presiden direktur. Tapi gue? Gue gak butuh apapun dari pernikahan ini! Gue bakal bilang sama Pak Abraham kalau gue gak bisa lagi hidup sama lo!" Nesha merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya. Namun Tangan William segera mencengahnya.
"Jangan! Tolong jangan hubungi Daddy. Please, kamu harus ingat pernikahan ini adalah keinginan almarhumah ibumu juga 'kan? Kamu ingin ibumu yang sudah tenang di alam sana merasa kecewa?"
"Biarin..." Isaknya. "Nyokap gue udah gak ada! Dia juga pasti gak mau anaknya nikah sama cowok yang nganggep cewek itu cuma mainan doang! Nyokap gue pasti ngerti kenapa gue gak bisa hidup sama lo lagi."
"Panda, kamu harus tenang." William tidak menyangka Nesha akan sehisteris ini hanya karena satu ciuman itu.
Akhirnya karena ambisinya untuk mendapatkan posisi wakil presiden direktur, ia pun mengalah. "Kamu tidak tahu bagaimana berkuasanya daddy? Kita tidak akan bisa mengubah keputusannya. Baiklah aku minta maaf atas kejadian semalam. Kita harus menjaga pernikahan ini tetap berjalan. Okay?"
Nesha tak menyahut ia masih saja terisak. Ia pun menyadari betapa kuasa Abraham sangat besar. Ia tahu tak akan semudah itu bercerai dari William. Ayah mertuanya yang sangat berkuasa itu, tak akan semudah itu membiarkannya.
"Aku akan tidur di sofa selama bulan madu ini. Bagaimana?" William menawarkan.
"Awas kalau lo berani masuk kamar gue lagi!" Ucap Nesha seraya membanting pintu.
"Perempuan yang merepotkan." Gumam William. "Apa perempuan jelek selalu seperti itu? Selama ini aku selalu bersama wanita cantik. Jadi aku tak mengerti jalan pikiran perempuan sepertimu, Panda."
Di dalam kamar Nesha bisa mendengar gumaman William itu. Kata-kata itu menghujam hati Nesha. Namun ia sudah terbiasa mendengar kata-kata menyakitkan seperti itu. Dikatakan jelek, dikatakan gemuk.
Nesha sudah sangat terbiasa.
Namun kali ini terasa lebih menyakitkan karena yang mengatakannya adalah suaminya sendiri. Walaupun William juga terpaksa menikahinya, tapi layakkah ia mengatakan itu? Apalagi, setelah apa yang William lakukan tadi malam. Membuat Nesha merasa semakin merasa direndahkan. Dimanfaatkan.
Akhirnya selama beberapa hari bulan madu itu, Nesha benar-benar tidak keluar dari kamar hotelnya. Jika makan, ia selalu memesan room service. Keluar kamar hanya untuk mengambil makanannya dan kemudian masuk lagi ke dalam kamar. Sama sekali menganggap William tidak ada.
William sendiri semakin hari semakin jengah. Ia bosan luar biasa. Setiap hari ia berada di ruang tengah. Jika keluar ia hanya bisa berenang dan fitnes di gym hotel. Pernah ia akan melakukan spa, tapi petugas spa mengatakan hanya boleh dilakukan jika William datang bersama istri. Lagi-lagi ini pesan dari Abraham.
Lalu pernah juga, sekali ia pergi meninggalkan hotel menuju sebuah restoran, tapi anak buah dari sang ayah segera melaporkannya.
"Aku keluar untuk membelikan makanan untuk Nesha, Dad. Daddy tahu, dia sangat suka berada di kamar. Dia tidak suka berjalan-jalan. Jadi aku yang membelikannya makanan di restoran ini." Ujar William saat Abraham menelponnya setelah mendapat laporan dari anak buahnya yang memantau gerak-geriknya.
Alhasil, William benar-benar terpenjara selama sisa bulan madu itu.
Di hari terakhir, saking tak ada pekerjaan yang bisa dilakukan ia mengetuk pintu kamar Nesha. "Panda, apa kamu masih hidup?"
Tak lama pintu terbuka sedikit, muncul kepala Nesha. "Masih. Kenapa?"
"Apa kamu tidak merasa bosan di dalam berhari-hari?"
"Enggak." Kemudian Nesha kembali menutup pintu.
"Hey, setidaknya kita bisa mengobrol. Kita manusia adalah makhluk sosial, butuh berinteraksi. Sampai kapan kamu akan mengunci diri di kamar seperti ini?" Tak terdengar sahutan dari dalam. "Panda! Aku bisa mati kebosanan. Aku butuh seseorang untuk mengobrol."
Pintu kembali terbuka. "Lo 'kan bisa telepon pacar-pacar lo itu. Ngapain juga lo harus ngerecokin gue? Pokoknya kalau lo masih pengen nikah sama gue, jangan pernah ajak gue ngobrol lagi!" Setelah itu Nesha menutup pintu kembali.
Saking kesalnya, William mengepalkan tangannya. "Dasar panda introvert menyebalkan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Erni Fitriana
ayo buaya-panda adu kekuatan siapa yg menang?????🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-06-23
0
Regita Regita
si Will di jegal, gak bisa ngapa ngapain dia. kasihaaaaaan😄
2023-11-22
1