Pertemuan malam itu ditutup dengan Abraham dan Wijaya yang pulang lebih dulu, membiarkan Nesha dan William di ruangan itu lebih lama, untuk bisa lebih mengenal satu sama lain sebelum menikah.
Sekitar lima belas menit pun berlalu. Tak ada diantara mereka yang berbicara. William malah sibuk dengan ponselnya, dan Nesha terdiam di hadapannya. Entah sudah berapa kali ia menghela nafas seakan mengasihani nasibnya yang kini berada di ujung jalan buntu.
Gadis malang itu merasa nelangsa. Baru saja ia memiliki keberanian untuk memperjuangkan perasaannya, tapi tiba-tiba ia harus menikahi seorang pria arogan seperti William Hart. Ditambah, cerita dibalik perjodohannya dengan William benar-benar membuat Nesha tak bisa berbuat apapun.
Ia bertanya-tanya, kenapa ibunya harus membuat perjanjian seperti itu? Jika beliau tidak bisa bersatu dengan Abraham, mengapa kini harus dirinya yang bersatu dengan anak dari mantan kekasihnya tersebut?
Sungguh tidak adil! Pekik Nesha dalam hati.
William sendiri tak punya pilihan lain, namun ia harus menyetujui semua ini. Jika tidak, ia akan kehilangan kesempatan dan kerja kerasnya selama ini sebagai pewaris Hart Group. Pribadi William yang tak suka ambil pusing, membuatnya akhirnya menerima saja apa yang sudah direncanakan sang ayah.
Selalu ada kesempatan dalam kesempitan. Begitu pikirnya.
Jika sang ayah ingin ia menikah, ia akan menerimanya. Namun dalam hati, ia tak berniat untuk berhenti berpetualang mencari perempuan cantik yang sudah menjadi bagian dari hidupnya.
“Gue pulang duluan…” Lirih Nesha dengan lesu seraya beranjak dari kursinya.
“Where are you going?” Tanya William.
“Kenapa? Lagian ngapain juga kita di sini. Mendingan gue pulang.” Cemberut Nesha.
“Kita diam disini sampai satu jam lagi. Kamu lihat disana?” William menunjuk ke arah pojok kiri atas dengan dagunya. “Ayahku sedang memperhatikan kita dari sana. Buatlah dia berpikir bahwa kita benar-benar melakukan pendekatan.” Kemudian perhatian William kembali tertuju pada layar ponselnya.
Nesha sudah sangat jengah. “Lo kenapa sih gak nentang perjodohan ini? Gue tahu kok lo pasti gak mau nikah sama gue, 'kan?”
“Tentu saja. Saya tidak mau menikah dengan perempuan seperti kamu. Tapi saya tidak punya pilihan lain.” Ujarnya dengan mata masih tertuju pada layar ponsel. “Saya tidak akan mendapatkan posisi wakil presiden direktur jika saya tidak menikah dengan kamu.”
“Apa? Jadi lo manfaatin gue?” Geram Nesha.
“Ya. Kita sudah terjebak dengan perjodohan bodoh yang dibuat ibumu dan juga ayahku. Jadi terima saja.” Ujarnya dengan santai. “Hanya status kita yang berubah, tapi nanti kita akan tetap hidup terpisah. Jangan khawatir, kita urusi saja hidup kita masing-masing. Lagipula ayahmu dan ayahku juga membutuh pernikahan ini hanya demi bisnis mereka saja.”
“Gue gak mau!” Teriak Nesha. “Lo kira nikah itu main-main?! Gue gak mau nikah sama cowok kayak lo! Gue ini udah ada yang punya! Gue pengen ngejar cinta gue! Please, kita harus ngebatalin pernikahan ini!”
Kedua mata tajam William menatap Nesha. “Laki-laki seperti saya? Maksudnya laki-laki seperti apa? Kamu seharusnya merasa bersyukur karena bisa menyebut saya sebagai suami kamu kelak. Kamu tidak bisa melihat? Saya begitu tampan, kaya raya, dan berkuasa.” Ujarnya dengan senyuman mematikan yang biasanya akan langsung membuat kaum hawa terhipnotis.
Mulut Nesha sontak terbuka mendengar betapa narsisnya pria di depannya ini. “Buat apa gue bersyukur punya suami modelan lo! Lo itu cuma playboy cap buaya!" Ejek Nesha.
“Ternyata kamu sudah mengetahui bahwa aku seorang playboy?” Ujar William santai, seakan bangga dengan julukan itu.
"Gue tahu dari abang gue. Terus apa coba ini, kalau lo ngerti omongan gue, ngapain lo dari tadi ngomong pakai Bahasa Inggris? Kenapa gak ngomong Bahasa Indonesia aja?”
William menatap wanita gemuk di depannya, ia menelisik. Baginya Nesha ini cukup menarik, bukan secara fisik tentunya. Baru kali ini ada perempuan yang tidak terpesona melihat ketampanannya. Bahkan dengan gamblangnya Nesha mengatakan bahwa ia memiliki seseorang yang dicintainya.
Bukankah seharusnya mendapatkan pria tampan seperti William sebagai suaminya, adalah suatu keberuntungan yang besar bagi wanita ‘buruk rupa’ seperti Nesha? Ia bisa membanggakan William yang tampan dan kaya raya kepada semua orang sebagai suaminya.
‘Perempuan ini naif sekali. Tidakkah dia melihat tubuhnya yang menggembung disana-sini? Lalu kacamata tebalnya itu? Benar-benar tidak menarik. Dan pria seperti apa yang bisa mencintai dia yang seperti ini, sehingga ia tidak terpikat padaku sama sekali? Pasti laki-laki itu orang aneh sama sepertinya. Seorang kutu buku, wibu, atau laki-laki kuper.’ William bermonolog dalam hati. ‘Lihat saja. Aku akan membuat perempuan aneh sepertimu bertekut lutut di depanku, sama seperti yang selalu dilakukan para wanita padaku.’
“Baiklah, aku akan mencoba menggunakan Bahasa Indonesia. Tapi mungkin cara bicaraku akan sedikit kaku karena kamu tahu, aku berada di Australia sejak umur 15 tahun, sejak saat itu aku jarang sekali menggunakan Bahasa Indonesia.”
Nesha berdecak mendengar betapa angkuhnya kata-kata William. “Abang gue juga di Inggris delapan tahun. Tapi Bahasa Indonesianya tetep jago. Lo aja itu mah yang gengsi kalo ngomong pakai Bahasa Indonesia.”
William kembali menunjukkan senyuman mautnya, dan menatap Nesha lekat beberapa saat. “Kamu perempuan yang menarik.”
Seketika tubuh Nesha bereaksi. Pipinya merona merah. Jarang sekali ia mendapatkan pujian seperti itu dari seorang pria. Maka dari itu pujian kecil dari William, mampu membuat Nesha yang polos menjadi salah tingkah.
‘Kak Bryan. Kak Bryan. Kak Bryan.’ Sebut Nesha dalam hati, tak ingin membiarkan dirinya terhanyut pada pesona sang playboy di hadapannya itu.
William terkekeh gemas seraya meraih cincin perjodohan yang masih tergeletak di atas meja. Ia meraih tangan kiri Nesha. Nesha sontak menarik tangannya yang diraih William, namun William menggenggamnya lebih erat.
“Kamu tenang saja. Walaupun kita menikah, kamu tetap bisa berhubungan dengan kekasihmu itu. Begitu juga aku, akan melanjutkan petualangan cintaku.”
Kata-kata William kembali membuat Nesha tak bisa berkata-kata. Bagi William pernikahan itu apa? Hanya permainan?
“Kita harus menikah, Nesha. Kita tidak memiliki kekuatan untuk melawan ayahku. Jadi, lebih baik, kita ikuti permainan ayah-ayah kita, dan melanjutkan hidup kita seperti biasa.”
William memasukkan cincin itu ke jari manis Nesha. “Ups, sepertinya kamu harus menggunakan cincinku agar muat di jarimu yang menggemaskan ini.” William menatap cincin yang tidak bisa masuk lebih dalam di jari manis Nesha karena ukuran cincin yang terlalu kecil di jarinya yang gemuk.
William meraih cincin yang lebih besar dan memasangkannya ke jari manis Nesha. Kali ini cincin itu masuk dengan sempurna. William tersenyum kembali. “Nesha Putri Rauf, menikahlah denganku.”
Nesha tidak tahu harus kesal atau salah tingkah di posisi ini.
‘Kenapa hidup gue jadi kayak gini?!’ Jerit Nesha dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Mega Wati
kurg seru crtanya krn cweknya cupu bgt
2024-09-06
0
Erni Fitriana
🤣🤣🤣🤣🤣🤣lamaran terpaksa y nes...twnang ness...nanti kamu dibikin cantik sama author👌
2024-06-23
0
Regita Regita
huhuhu,, lamaran yg gak ad romantis romantis nya
2023-11-22
1