Satu bulan sejak pertemuan itu, pernikahanpun dilangsungkan. Atas permintaan Nesha dan William, pesta pernikahan diadakan secara tertutup dan dihadiri kerabat dekat saja.
Nesha bisa membayangkan jika acara pernikahannya diadakan secara terbuka, ia pasti akan menjadi perbincangan dan dihujat. Maka dari itu semua orang yang hadir pada pesta pernikahan tidak diperbolehkan memotret di ruangan privat tempat diadakannya acara pernikahan itu. Ponsel setiap tamu undangan diperiksa satu persatu dan ditutup kamera depan dan belakangnya untuk mencegah kebocoran.
Iya, Nesha sampai meminta hal seperti itu saking tidak maunya foto pernikahannya bocor ke publik dan terjadi perundungan terhadapnya.
Setelah pesta pernikahan itu selesai dilaksanakan, Nesha dan William bertolak ke Bali untuk berbulan madu. Mereka menginap di sebuah hotel untuk beberapa hari. Abraham yang memaksa keduanya melakukan kegiatan yang biasa dilakukan para pengantin baru itu. Padahal baik Nesha ataupun William sama sekali tak mau pergi berbulan madu.
Saat tiba di kamar tipe penthouse yang sangat mewah itu, Nesha menatap ke sekeliling dengan terperangah karena dekorasi ala pengantin baru menghiasi setiap sudut ruangan.
Ia menghela nafas. 'Buat apa coba Pak Abraham sampai nyiapin ini semua?'
Nesha berjalan menuju jendela dan melihat pantai dan laut yang luas di luar sana. Rasanya pasti akan menyenangkan berjalan di tepi pantai itu jika bersama Bryan, pikir Nesha.
“Baiklah. Kamu bisa memakai kamar ini. Aku akan menyewa kamar lain. Nanti kamu pulanglah sendiri." Ucapnya seraya membawa kopernya dan berjalan kembali menuju pintu keluar. “Sampai bertemu lagi di Jakarta, istriku.” Pamitnya seraya mengedipkan sebelah matanya pada Nesha. Lalu sosoknya pun menghilang.
Nesha berdecak kesal. "Istriku? Gampang banget sih dia ngomong kata-kata kayak gitu? Dasar playboy."
Nesha merebahkan dirinya di sofa. Tubuhnya lelah sekali. Ia kebingungan, akan melakukan apa dia sekarang. Di Bali, sendirian pula. Walaupun ia sama sekali tidak keberatan dengan kepergian William yang meninggalkannya begitu saja, tapi tetap saja ia merasa ini menyedihkan.
Lalu ia mulai terpikirkan, lebih baik ia menikmati segala fasilitas yang sudah disiapkan ini daripada harus terus menerus murung. Tak ada gunanya ia terus memikirkan pernikahan ini. Toh, William sendiri sudah menjamin kehidupan mereka tak akan berbeda walaupun pernikahan ini terjadi.
Setelah duduk beberapa saat ia pun segera membersihkan tubuhnya, memanjakan diri di bathtub berisi kelopak bunga mawar, dan berganti pakaian dengan kaos dan celana pendek favoritnya.
Peralatan makan untuk candle light dinner sudah dipersiapkan di meja makan, di balkon ruangan penthouse room itu. Beberapa saat kemudian seorang pelayan datang untuk mempersiapkan makanan. Ia datang dengan seorang pianis.
“Ini tip untuk anda.” Nesha menyerahkan sejumlah uang kepada pianis itu.
“Tapi saya belum memainkan satu lagu pun.” Sahut pria itu menerima uang dari Nesha.
“Gak apa-apa. Makasih ya.” Usir Nesha dengan halus, lalu pianis itu pun pergi.
Nesha menghampiri pelayan yang sedang mempersiapkan makanan pembuka di balkon. “Mbak, siapin aja makanan utama dan juga dessertnya dari sekarang. Terus simpen di ruang tengah aja, jangan di luar. Terus gak perlu dihias-hias ya.”
Pelayan itu pun menuruti keinginan Nesha. Dan seperti pianis tadi, setelah Nesha memberikan uang tip, ia pun pergi.
Nesha tersenyum sumringah melihat meja di ruang tengah sudah penuh dengan makanan. “Sekarang waktunya marathon drama korea!” Pekiknya dengan riang.
Ia pun mulai menikmati semua makanan itu sendirian sambil menonton drama favoritnya. Bagi Nesha ini adalah waktu yang sangat menyenangkan, hanya ada dirinya, netflix dan makanan.
Dering telepon menginterupsi Nesha yang sedang sibuk menonton dengan mulut yang sibuk mengunyah. Nama Nathan muncul di layarnya.
“Iya, Kak.” Sapanya.
“Kamu udah nyampe di hotel?”
“Udah, Kak. Ini lagi makan sambil marathon drama.” Ujar Nesha dengan mulutnya yang sibuk mengunyah.
“Nonton? William ada disana nonton bareng kamu?” Tanya Nathan merasa tak mungkin William akan melakukan aktivitas favorit Nesha itu.
“Ya enggak dong. Dia pergi sewa kamar lain. Dia udah pamit juga, katanya sampai ketemu lagi di Jakarta.”
“Kok kamu ngebiarin itu? Dia jatohnya jadi nelantarin kamu dong. Apalagi kamu disana 'kan masih beberapa hari lagi.” Nathan mulai emosi.
“Kak, kakak emangnya baru ya kenal sama aku? Berhari-hari diem di kamar cuma dengan TV dan makanan, itu adalah surga buat aku.” Ucap Nesha dengan santainya.
“Tapi pernikahan harusnya gak kayak gitu. William pasti lagi seneng-seneng sama cewek lain sekarang. Dasar gak ada tanggung jawabnya sama sekali jadi laki-laki.”
“Malah aku berharapnya kayak gini aja, dia gak ada disini. Aku gak peduli dia mau ngapain juga, Kak. Malah, aneh banget rasanya kalau tiba-tiba di deket aku ada orang lain. Apalagi deket cowok kayak William.” Nesha sampai bergidik sendiri membayangkan jika ia harus melakukan segala hal dan ada William di dekatnya.
“Terus..." Nathan terdiam beberapa saat. "Jadinya kamu udah nyerah soal Bryan?”
Seketika hati Nesha berdenyut nyeri. Tentu saja ia masih sangat mencintai laki-laki itu, tapi kini harapannya sudah kandas. Ia memilih untuk merelakannya. Bahkan beberapa hari setelah dilamar William, Nesha terus menangis saking sedih, bingung, dan tak tahu harus bagaimana.
Namun ia juga mulai berpikir realisitis bahwa Bryan sepertinya memang tak ada rasa terhadapnya.
“Udah, Kak. Kemarin kayaknya aku terlalu halu aja. Gak mungkin juga Kak Bryan suka sama aku. Kalau dia ada rasa sama aku, dia gak mungkin nyuekin aku pas aku kasih tahu aku mau nikah. Malah aku malu rasanya sekarang udah ngerecokin dia dengan chat-chat yang sebanyak itu.” Ujar Nesha sedih.
“Kakak sebenarnya penasaran, kamu kok bisa tiba-tiba mikir Bryan suka sama kamu?”
Sontak Nesha teringat saat Bryan mencumbunya dengan liar, dan membiarkan tangannya menjelajahi tubuhnya. “Gak ada apa-apa, kok. Cuma tiba-tiba kepikiran aja, Kak.” Elaknya.
“Oh gitu.” Lirih Nathan dengan sangat menyesal. “Maaf kakak gak bisa bantu kamu menggagalkan pernikahan kamu dan William. Kakak tahu kamu pasti akan bahagia suatu hari nanti.”
“Gak apa-apa, Kak. Lagian ini semua 'kan kepengen Mama. Ya udah, mungkin jalan hidup aku harus kayak gini.” Lirih Nesha seraya air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya, mengasihani dirinya sendiri.
“Nes…”
“Gak apa-apa, Kak. Beneran. Makasih ya, Kakak selama ini selalu jagain dan peduli sama aku. Bahkan, kakak tetep dukung aku saat aku bilang aku mau nyoba perjuangkan hubungan aku sama Kak Bryan. Padahal Kakak tahu, kak Bryan gak mungkin suka sama aku.”
“Nes, Bryan itu suka sama kamu, kok.”
“Iya mungkin suka, tapi rasa sukanya Kak Bryan itu sama kayak rasa sukanya Kakak sama aku, 'kan? Kak Bryan suka sama aku sebagai adik.”
Tak terdengar sahutan dari Nathan, menandakan ia mengiyakan yang Nesha katakan.
Lalu terdengar suara pintu kamar diketuk.
“Kak, udah dulu ya. Nanti aku telepon lagi.” Pamitnya seraya mematikan telepon.
Segera Nesha melangkah ke arah pintu dan membukanya.
“Loh? Ngapain lo kesini lagi?” Tanya Nesha saat sosok William berdiri di depan pintu dengan wajah yang masam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Erni Fitriana
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣ketangkep basah sama pak abraham yahhhhhhhh
2024-06-23
0
Regita Regita
William kena di kerjain papah nya biar mau honey moon sama Nesha
2023-11-22
1