“Aku gak akan merestui pernikahan Nesha, Pah!” Tolak Nathan dengan tegas.
“Papa tidak memerlukan restu kamu agar Nesha menikah.” Sahut Wijaya dengan sangat arogannya.
Nathan beranjak dari duduknya. Ia begitu emosi dengan keputusan sang ayah. “Selama ini cuma aku yang sayang sama Nesha. Papa gak pernah sekalipun peduli sama anak bungsu Papa! Sekarang tiba-tiba Papa mau nikahin Nesha sama orang yang bahkan gak Nesha kenal! Jangan bilang ini cuma demi bisnis, Pah!"
“Nesha tetap anak papa! Papa punya hak untuk menentukan masa depan dia! Kamu tahu Nathan, adik kamu ini harus menikah. Agar dia tidak terus menerus menjadi beban keluarga! Setidaknya menikah dengan pewaris perusahaan sebesar Hart Group, bisa membuat Nesha sekali saja membuat Papa bangga padanya!” Cetus Wijaya.
“Beban?” Ulang Nathan. “Berhenti ngomong gitu! Nesha gak pernah sekalipun menyusahkan Papa selama ini!”
Walaupun terdengar menyakitkan, tapi bagi Nesha kata-kata kasar dari sang ayah sudah tak lagi terasa menyakitkan. Ia sudah sangat terbiasa. Yang ia rasakan sekarang adalah bingung dan syok, sehingga ia hanya bisa terdiam. Apalagi jika sang ayah sudah mengambil keputusan seperti ini, Nesha tak punya pilihan kecuali menyetujuinya.
“Ini keputusan akhir Papa, Papa tidak akan berubah pikiran.” Ucapnya teguh pada keputusannya.
“Aku setuju Nesha menikah tapi bukan dengan anaknya Abraham Hart! Papa tahu seperti apa putranya itu? Dia bukan laki-laki yang baik! Nesha gak akan bahagia sama dia, Pah. Tolong sekali ini aja, dengerin aku. Aku akan carikan laki-laki yang tepat untuk Nesha.” Nathan mencoba bernegosiasi.
‘Abraham Hart?’ Tanya Nesha dalam hati.
“Ini bukan keinginan Papa. Abraham sendiri yang meminta Nesha menjadi menantunya.” Ujar Wijaya.
“Apa, Pah? Pak Abraham sendiri yang mau Nesha nikah sama anaknya?” Tanya Nesha tak percaya.
“Kamu kenal dengan Abraham Hart, Nes?” Tanya Nathan keheranan.
Nesha menangguk. “Aku…”
“Bagi Papa ini seperti sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.” Potong Wijaya dengan seringainya. “Hart Group perusahaan yang sangat besar, pernikahan ini akan sangat menguntungkan bagi perusahaan kita. Entah apa yang Abraham pikirkan sehingga ia ingin menjadikan Nesha menjadi menantunya. Yang jelas ini juga kesempatan untuk kamu berbakti pada Papa, Nesha.” Wijaya menatap tajam pada sang putri. “Buat diri kamu berguna, dan ini waktunya. Setujui pernikahan itu!”
***
Beberapa hari sebelumnya…
Nesha sedang mengeluarkan motor maticnya dari dalam garasi.
“Mau kemana kamu, Nes?” Tanya Nathan yang baru saja memasuki garasi juga.
“Biasa, ke panti.” Jawab Nesha seraya menggunakan helmnya.
“Pakai mobil aja biar nyaman.” Nathan menawarkan. “Kamu mau pakai yang mana? Bebas. Kakak gak akan bilang sama Papa.” Nathan mengedarkan tangannya mempersilahkan sang adik memilih salah satu dari belasan mobil yang ada di garasi megah itu.
“Gak apa-apa, Kak. Aku pakai motor aja. Lagian pakai mobil itu macet. Males, Kak.”
Nathan menatap iba ke arah motor matic yang kini ditunggangi oleh sang adik. “Kamu 'kan bisa sama supir, di mobil kamu bisa sambil tidur atau istirahat. Pakai motor kamu kepanasan, bau asap knalpot lagi."
“Yang ada aku makin gemuk kalau tidur melulu. Terus nanti Papa pulang aku dikomentarin lagi, kenapa badannya makin gede. Bla..bla..bla…” Ujar Nesha dengan sedikit candaan, membuat Nathan semakin merasa sedih karena perlakukan sang ayah terhadapnya dan juga terhadap Nesha memang sangatlah berbeda.
Namun Nathan lega, karena semakin dewasa, Nesha semakin kuat. Kini kata-kata sang ayah seperti sudah tak terlalu didengar oleh Nesha. Tak hanya tubuhnya yang besar, tapi semakin hari hatinya juga semakin ‘membesar’ dan luas. Penuh maaf dan keikhlasan.
Itulah yang membuatnya semakin bangga pada sang adik. Hanya rasa percaya diri yang masih bersembunyi di sudut hati Nesha yang paling dalam, membuat Nesha lebih suka menarik diri dari keramaian.
Setelah itu Nesha pun mengendarai motornya ke arah sebuah panti asuhan di pinggiran kota. Tempat itu selalu ia datangi, paling tidak sebulan sekali.
Saat dia datang, anak-anak panti langsung menyambutnya. “Kak Nesha dateng! Asyik kita bakal dimasakin makanan enak lagi!” Pekik salah satu dari mereka melihat kedua tangan Nesha sibuk menjinjing beberapa keresek besar berisi bahan masakan.
Langsung saja Nesha dibantu oleh beberapa orang anak yang sudah remaja dan ibu panti, mengolah bahan-bahan tersebut di dapur.
“Mbak Nes, makasih ya, sudah datang lagi kesini. Anak-anak seneng banget loh kalau Mbak Nes dateng dan masakin macam-macam masakan.” Ucap Bu Candra, salah satu pengelola panti.
“Sama-sama, Bu. Saya juga seneng banget bisa masakin buat anak-anak lagi.” Sahut Nesha dengan semangatnya meracik bahan-bahan untuk dibuat macaroni schotel.
“Hari ini juga ada yang mau datang loh, Mbak Nes. Presdir perusahaan besar. Anak-anak langsung pada semangat gitu beresin kamar dan semua ruangan." Ujar Bu Candra dengan hebohnya.
“Oh iya? Pantesan tadi saya lihat anak-anak lagi pada sibuk. Kapan datengnya, Bu?”
“Sebentar lagi katanya. Gak apa-apa 'kan Mbak Nes, kalau makanannya nanti disuguhkan juga untuk beliau?”
“Boleh dong, Bu. Saya bikin banyak kok ini. Emang presdir perusahaan mana, Bu?" Nesha sedikit penasaran karena sedikitnya ia tahu beberapa presiden direktur yang adalah rekan kerja Nathan dan juga Wijaya.
“Presdir Hart Group, Mbak Nes. Abraham Hart.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Erni Fitriana
ohhhh...pak abraham liat n tau nesya di panti ini langsung ngejodohin nesya-william yah
2024-06-23
0
Regita Regita
lanjuttt nyimak thor
2023-11-20
1