Setelah rapat selesai, Elbert segera kembali ke rumahnya. Dirinya merasa sangat lelah, sehingga ia memutuskan untuk beristirahat lebih awal.
Namun Elbert tetap terjaga di atas tempat tidurnya. Walaupun ia berusaha mengalihkan pikirannya, dengan melipat belasan bangau kertas, pembicaraannya dengan Adit terus menerus terngiang di kepalanya.
"Apakah kamu ingin terlibat dalam internal perusahaanku, untuk mencari informasi mengenai Agung Setiabudi? Aku tahu kedekatanmu dengan perawat pribadimu, yang merupakan anak dari Agung," ucap Adit.
Elbert bukanlah pria yang pandai berbohong. Akhirnya ia mengaku pada Adit, kalau dirinya memang ingin menolong ayah Vita.
"Agung telah melakukan kesalahan fatal. Sudah sepatutnya ia menerima hukumannya," ujar Adit.
Elbert berusaha membela ayah Vita. Ia pun membalas perkataan Adit. "Apakah benar semuanya ini murni kesalahan dari Pak Agung? Bukan ia dijadikan kambing hitam, untuk kasus sengketa tanah?"
"Bagaimanapun dalam kasus ini, ia tetap bersalah. Karena proyek itu berada di bawah kepemimpinannya," kata Adit. "Sebenarnya Agung dapat menolak, dengan tetap berjalan lurus mengikuti kebenaran. Namun ia memilih jalan pintas yang jauh lebih cepat. Tidak ada yang menyangka, kalau kasus itu akan terbuka, dan menjadi viral di media sosial."
Adit terdiam sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "Media sosial, betapa aku begitu membencinya. Pertama putriku Rere, yang terkena kasus video intim. Yang kedua, kasus sengketa tanah Bright Future. Sejak kasus-kasus itu menjadi viral, hidupku tidak lagi merasa damai. Setiap kali kaki tuaku ini melangkah, aku selalu merasa orang-orang menatapku dengan penuh kebencian."
Elbert tertegun. Sekarang ia mengerti, mengapa Adit selalu ditemani oleh beberapa pengawal. Saat kasus video Rere tersebar, dirinya juga sempat mengurung diri selama beberapa hari di rumah. Orang-orang mencari tahu tentang dirinya, dan menjulukinya sebagai pria menyedihkan. Elbert menduga, kalau kasus sengketa tanah bisa semakin viral, karena ada orang yang mencari tahu lebih dalam mengenai keluarga Rere, dan menggoreng informasi itu.
Pria itu menjadi prihatin dengan kondisi keluarga Rere. Ia dapat membayangkan, bagaimana rasanya berada dalam posisi itu. Kini Elbert juga paham, mengapa Adit tidak pernah sekalipun menjenguk putrinya di Rumah Sakit Jiwa. Dan ia juga menyadari, dalam kondisi seperti ini, akan sangat sulit untuk dapat membebaskan ayah Vita.
"Karena itu, aku mengajukan penawaran padamu," ucap Adit yang memecahkan keheningan di antara mereka. "Apakah kamu pernah mendengar ungkapan, mata diganti mata, gigi diganti gigi? Demikian juga, viral diganti viral, dan nama baik diganti dengan nama baik."
Elbert menjadi was-was. "Penawaran apa yang kamu ajukan padaku?"
Sambil tersenyum Adit berujar, "Sebenarnya wajah Rere dalam video itu, tidak terlihat jelas. Namun karena kamu telah mengakhiri rencana pernikahan kalian, orang-orang menjadi berpikir, kalau memang Rere lah pelakunya. Aku berpikir, kalau kamu adalah orang yang dapat memperbaiki semuanya ini."
Elbert tersentak mendengar penjelasan Adit. Ia mencemaskan arah pembicaraan mereka.
"Kembalilah dengan Rere, dan katakan di media sosial, bahwa putriku itu bukanlah pelakunya. Maka orang-orang akan percaya, bahwa pemeran wanita di video itu, hanyalah orang yang mirip dengan Rere. Apabila kamu berhasil melakukannya dengan baik, aku berjanji untuk membebaskan Agung secara diam-diam," kata Adit.
Setelah selesai mengingat pembicaraannya dengan Adit, Elbert menghela napas panjang. Haruskah ia menerima tawaran dari Adit ini? Apakah dirinya memang benar-benar berjodoh dengan Rere, sehingga pada akhirnya, ia tetap saja bersama dengan gadis itu?
Bukannya Elbert tidak mau memberikan kesempatan kedua bagi Rere. Ia tahu, bahwa setiap orang layak memiliki masa depan yang lebih baik. Elbert juga pribadi yang senang membantu orang lain. Namun saat ini, perasaannya untuk mantan kekasihnya itu telah berubah. Ada Vita, seorang gadis ceria dan penuh semangat, yang telah berhasil mencuri hatinya.
Elbert teringat hubungan Vita dengan dokter Arif. Ia juga mengingat kriteria pria idaman Vita. Elbert merasa, dokter Arif memiliki semua yang Vita dambakan.
"Vita pasti akan jauh lebih bahagia, apabila ia bersama dengan dokter Arif," guman Elbert.
Tiba-tiba Elbert teringat sesuatu! Dalam percakapannya dengan Vita, dokter Arif pernah menanyakan, apakah Vita tidak ingin melanjutkan kuliahnya kembali?
"Bagaimana aku bisa melupakan hal ini?" batin Elbert.
Pria itu menyadari, kalau Vita harus menyelesaikan kontrak kerjanya, maka gadis itu akan kembali terlambat untuk menyelesaikan kuliahnya. Namun Elbert juga tahu, bahwa Vita juga membutuhkan uang, karena ia adalah tulang punggung keluarga.
. --o0o--
Selama dua minggu, Vita merasakan perubahan pada diri Elbert. Pasiennya itu lebih banyak mengunci diri di kamar, selepas ia pulang bekerja. Bahkan pada hari Minggu pun, Elbert tetap memilih untuk bekerja.
Elbert juga tidak pernah mengajaknya ke kantor lagi. Sehingga dalam kesehariannya, Vita lebih banyak berada di rumah Elbert untuk membantu pekerjaan rumah, atau mengobrol bersama Carissa.
Vita merasa bersalah. Apakah pertengkarannya dengan Tessa, membuat Elbert tidak pernah mengajaknya lagi? Terkadang Vita lebih memilih untuk dimarahi oleh Elbert, daripada pria itu membiarkannya saja.
Gadis itu pernah meminta maaf, dan bertanya mengenai hal yang mengganjal perasaannya. Namun Elbert beralasan, seperti inilah kehidupannya sebelum ia mengalami kecelakaan. Dirinya disibukkan dengan berbagai pekerjaan kantor, dan hanya ingin beristirahat begitu ia telah tiba di rumah.
Hingga suatu hari, Carissa memanggil Vita untuk berbicara di taman belakang. Dan pembicaraan kali ini, bukanlah obrolan biasa seperti hari-hari sebelumnya.
"Vita, saya mengucapkan banyak terima kasih atas kerja kerasmu selama ini. Baik kondisi fisik maupun emosional Elbert, semuanya sudah membaik. Putraku juga telah beraktivitas dengan normal, seperti sedia kala," ucap Carissa.
Vita menjawab, "Elbert memiliki semangat yang kuat untuk sembuh, Nyonya. Inilah yang membuatnya menjadi cepat pulih."
"Tidak perlu merendah. Kamu memang telah berhasil melakukan tugasmu dengan baik, Vita!" puji Carissa.
Kemudian Carissa menatap Vita cukup lama. Hatinya terasa berat, untuk mengungkapkan hal yang akan disampaikannya. "Vita, saya harap kamu tidak merasa tersinggung."
"Ada apa, Nyonya?" tanya Vita.
Carissa menghela napasnya sejenak sebelum berkata, "Melihat perkembangan Elbert yang cukup bagus, sepertinya putraku sudah tidak memerlukan perawatan khusus lagi."
Vita terpana. Ia sadar, bahwa pasiennya itu telah pulih. Dan selama dua minggu terakhir, Vita sudah tidak lagi melakukan tugasnya sebagai perawat Elbert.
Carissa berusaha memberi pengertian. "Vita, saya tidak bermaksud untuk membiarkanmu pergi. Namun kurasa, kamu akan jauh lebih berkembang, apabila berada di tempat lain."
Vita terdiam. Kata-kata Carissa memang benar. Ada beberapa asisten rumah tangga di rumah Elbert, sehingga tidak banyak yang dapat dilakukannya di sini. Vita menyadari, bahwa dirinya sudah tidak dibutuhkan lagi, untuk bekerja di tempat ini.
"Saya mengerti, Nyonya," jawab Vita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments