Deserve Love
"Akhirnya sampai rumah juga!" seru seorang gadis berperawakan tinggi dan agak gemuk, sambil mengangkat kedua tangannya.
Gadis itu bernama Vita. Seorang mahasiswi yang tengah menempuh koas kedokteran, di salah satu universitas di Semarang. Sudah selama sebulan ini, ia berada di luar pulau, untuk menjalankan praktek kerja di salah satu puskesmas.
Dengan penuh semangat, Vita segera membuka pagar rumahnya. Begitu memasuki halaman rumah, ia tertegun. Mobil papanya terparkir rapi di sana. Siang hari seperti saat ini, seharusnya papa Vita masih berada di kantor.
"Apakah papa sedang sakit, sehingga ia tidak bekerja?" guman Vita.
Lokasi praktek kerja gadis itu, memang berada di daerah terpencil yang sulit mendapatkan sinyal. Terlebih puskesmas tempat ia bekerja cukup ramai, yang mengakibatkan Vita cukup kesulitan untuk menghubungi keluarganya. Ia pun tidak mengetahui, kejadian apa yang terjadi di keluarganya akhir-akhir ini.
Begitu Vita masuk ke dalam rumahnya, ia segera mencari papa dan mamanya di lantai satu. Menyadari orang tuanya tidak berada di sana, ia langsung menuju ke kamar utama yang berada di lantai dua.
Tok tok tok
"Pa, Ma, apakah kalian di dalam?" tanya Vita seraya mengetok pintu.
Tidak ada jawaban dari dalam. Vita terus mengetok, sambil mendekatkan telinganya ke pintu. Dan sayup-sayup, ia mendengar tangisan mamanya.
"Ma, ini Vita. Ada apa? Ma, tolong bukakan pintu!" seru Vita yang mulai menggedor pintu kamar itu.
Lalu Vita mencoba membuka pintu kamar, dan ternyata pintu itu tidak terkunci. Vita segera masuk dan ia terkejut melihat mamanya menangis tersedu-sedu di atas kasur.
"Ma, ada apa? Mengapa Mama menangis? Di mana papa?" tanya Vita cemas.
Melihat kondisi mamanya yang tampak sangat lusuh, lemas, dan ditunjang dengan mata yang bengkak dan merah, Vita menduga bahwa mamanya sudah lama menangis. Mungkin saja mamanya itu sudah dua hari menangis sepanjang hari.
"Vita ..., papamu ..., papamu masuk penjara," ucap Ratna lirih. Dan setelah mengatakan itu, ia menangis kembali.
"Papa masuk penjara? Bagaimana mungkin? Papa adalah orang baik! Tolong ceritakan pada Vita, mengapa hal itu bisa terjadi?" kata Vita yang tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya.
Sambil menangis terisak-isak, Ratna menjawab, "Papamu dituduh melakukan penipuan di perusahaan. Lalu pemilik perusahaan menjebloskan papamu di penjara. Dan sebentar lagi, segala aset milik keluarga kita juga akan diambil untuk mengganti kerugian."
Vita langsung terguncang. Papanya telah melakukan penipuan? "Ini tidak mungkin, Ma! Pasti ada orang yang telah menjebak papa!" seru Vita geram.
Sambil menangis, Ratna berkata bahwa suaminya juga telah mengakui kesalahannya. Mendengar hal itu, Vita merasa lemas. Lalu mereka berdua menangis bersama.
Setelah tangisan keduanya mereda, Vita bertanya, "Apakah Vera sudah mengetahui hal ini?" tanyanya.
Ratna menggeleng. "Mama tidak bercerita kepada siapapun. Mama tidak ingin mengganggu koas kedokteranmu, dan acara karya wisata adikmu."
Setelah meninggalkan kamar orang tuanya, Vita segera mengambil ponsel untuk menelepon Vera. Pada awalnya, ia ingin memberi tahu adiknya. Vita ingin berbagi kesedihan dan beban yang mengganjal hatinya itu. Namun begitu mendengar suara Vera dari seberang sana, ia tidak tega. Vita hanya bertanya bagaimana kabar adiknya, dan berpesan agar ia baik-baik saja di sana.
Setelah menutup ponselnya, Vita langsung menghubungi Ella yang merupakan sahabat baiknya. Vita dan Ella sudah berteman sejak kecil. Berbeda dengan Vita yang masih kuliah, sahabatnya itu sudah menikah dan tinggal di Surabaya.
Ternyata bukan Ella yang menerima panggilan teleponnya, melainkan Nico, yang merupakan suami Ella.
"Halo Vita, ini Nico. Ada apa?" tanya pria itu.
Mengetahui bahwa Nico yang mengangkat teleponnya, perasaan Vita menjadi tidak enak. Entah kenapa ia memiliki suatu firasat yang tidak baik. "Nico, ada apa dengan Ella?" tanyanya.
"Ella sedang berada di rumah sakit," jawab Nico dengan wajah muram.
Mata Ella langsung terbelakak. "Rumah sakit? Apa yang terjadi pada Ella?" tanyanya khawatir.
"Ella mengalami pendarahan. Sekarang dokter sedang berusaha, untuk menyelamatkan janin yang dikandungnya," kata Nico cemas.
Vita sangat terkejut mendengarnya. Di satu sisi, ia senang mengetahui sahabatnya telah hamil. Namun di sisi lainnya, ia juga mengkhawatirkan keadaan Ella.
Tidak lama kemudian, dokter telah keluar dari ruangan. Dan Nico meminta izin kepada Vita untuk menutup telepon, karena ingin berbicara dengan dokter dan menemui Ella.
Sekitar dua jam kemudian, Vita kembali menelepon. Ia sengaja menunggu beberapa saat, untuk memberi waktu kepada Ella dan Nico. Jantung Vita tidak berhenti berdebar selama itu. Ia sangat mencemaskan keadaan Ella, sehingga lupa dengan tujuan awalnya menelepon.
Lagi-lagi Nico yang mengangkat telepon Vita. Pria itu berkata kalau janin Ella berhasil diselamatkan, dan sekarang Ella sedang tidur. Namun dokter memberi tahu, bahwa kandungan Ella sangat lemah. Sehingga Ella tidak boleh terlalu lelah dan terlalu banyak pikiran.
Beberapa saat kemudian, Ella terbangun. Mengetahui bahwa istrinya sudah bangun, Nico segera menghampirinya dan berkata, "Sayang, Vita meneleponmu. Apakah kamu ingin berbicara dengannya?"
Ella mengangguk. Lalu ia berbincang-bincang dengan sahabatnya itu. Mendengar suara Ella yang tampak lemah, Vita berusaha menyemangatinya.
"Selamat ya Ella, kamu akan menjadi seorang ibu!" seru Vita dengan penuh semangat.
Ella tersenyum. Kemudian Vita menggoda sahabatnya itu, agar ia menjadi ceria lagi. "Aku turut senang dengan kehamilanmu! Nico luar biasa sekali, baru sebulan menikah, kalian sudah langsung isi saja."
"Hahaha," Ella tertawa kecil. "Aku juga tidak menyangka kalau aku sudah hamil. Tadi aku hampir terjatuh, karena berusaha mengambil barang yang berada di atas lemari. Dan setelah itu, tiba-tiba perutku terasa sakit dan ada darah yang mengalir di antara kedua kakiku. Beruntung Nico dapat segera datang, dan ia langsung mengantarku ke rumah sakit."
"Kamu harus lebih berhati-hati lagi ke depannya! Jangan mengangkat barang-barang berat. Jangan makan dan minum sembarangan. Selalu konsultasikan ke dokter apabila kamu hendak mengkonsumsi obat dan vitamin," nasehat Vita.
Ella mengangguk, "Iya iya. Baik, Bu dokter." Lalu ia bertanya kepada Vita, "Kamu sendiri, bagaimana kabarmu sekarang?"
Vita terdiam untuk beberapa saat. Ia menyadari bahwa saat ini, Ella sedang membutuhkan ketenangan. Sahabatnya itu adalah seorang wanita yang berhati lembut. Apabila Vita menceritakan masalahnya, ia khawatir Ella akan menjadi sangat cemas.
"Kabarku baik-baik saja," jawab Vita sambil tersenyum. Dan setelah itu, mereka lebih banyak mengobrol tentang calon bayi Ella. Seperti wajahnya lebih mirip siapa, bagaimana kelakuannya kelak, dan lain sebagainya.
Setelah selesai menelepon, Vita menghela napas panjang. Walaupun tidak menceritakan masalahnya pada Ella, ia merasa mendapatkan semangat baru. Kemudian gadis itu berdiri sambil melihat bayangan dirinya di cermin.
"Setiap orang memiliki permasalahannya sendiri. Dan setiap masalah yang menimpa mereka, pasti sesuai dengan kapasitas yang dapat mereka tanggung," kata Vita sambil menyemangati dirinya sendiri.
Vita tahu, bahwa saat ini ia harus bangkit berdiri, dan berjuang untuk menghadapi masa depan. Dirinya harus menjadi seseorang yang tangguh, dan lebih tangguh lagi dari sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments