Pagi hari, datang beberapa orang untuk mengambil alih rumah, mobil, dan segala harta benda milik keluarga Vita. Melihat segala jerih payah milik keluarganya diambil, seketika Ratna langsung pingsan. Vita segera membawa mamanya ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan.
Vita termenung sambil menjaga mamanya di rumah sakit. Berbeda dengan Vita. Ratna dan Vera adalah wanita yang sangat perasa. Vita dapat memahami mengapa mamanya sampai jatuh pingsan. Ratna telah mendampingi papanya berjuang dari nol. Merintis karir dari bawah. Berhemat dan menabung selama belasan tahun, untuk dapat membeli rumah, mobil, dan semua harta benda. Namun sekarang, semuanya tiba-tiba hilang dalam sekejap di hadapannya.
Sebenarnya Vita telah melarang Ratna, untuk melihat proses penyerahan harta benda keluarganya. Namun mamanya itu bersikeras berada di sana. Dan akhirnya kekhawatiran Vita terbukti.
Keesokan harinya, tiba-tiba pintu kamar rumah sakit terbuka. Tampak Vera datang dengan air mata yang berderai. Vita terkejut dengan kedatangannya. Seharusnya adiknya itu masih berada di Jakarta untuk Karya Wisata. Namun ia kembali lebih cepat.
"Mama!!!" seru Vera sambil memeluk Ratna yang masih terbaring di atas tempat tidur.
Ratna yang semula tidur menjadi terbangun. Melihat kedatangan putri bungsunya itu, ia tidak dapat menahan air matanya dan kemudian menangis. Kedua wanita itu saling berpelukan dan menangis tersedu-sedu.
"Mengapa kakak tidak menceritakan semuanya pada Vera? Mengapa Vera harus tahu kalau mama sakit, dan kejadian beberapa hari ini dari orang lain?" seru Vera kesal dengan mata memerah.
Vita hanya terdiam. Cepat atau lambat, Vera pasti akan mengetahuinya. Namun ia berpikir akan memberi tahu adiknya, saat kondisi sudah lebih tenang. Bukan seperti sekarang ini. Vita menduga, salah seorang tetangganya yang telah memberi tahu semuanya kepada Vera.
Gadis itu teringat, bagaimana proses pengosongan rumahnya kemarin. Awalnya, hanya beberapa tetangga saja yang melihat hal itu. Namun karena Ratna pingsan, salah seorang tetangga menjadi heboh dan berteriak-teriak meminta pertolongan. Akibatnya, banyak orang berkerumun, dan mereka akhirnya tahu tentang masalah di keluarganya.
"Mengapa kakak diam saja?" amuk Vera yang membuyarkan lamunan Vita.
Ratna berusaha untuk menenangkan Vera. Ia berkata bahwa Vita berbuat seperti itu, demi kebaikan adiknya. Melihat mamanya yang masih tampak lemah, gadis itu tidak lagi memarahi kakaknya. Lalu ia kembali memeluk mamanya sambil menangis.
Vita menghela napas panjang sambil menatap mama dan adik perempuannya. Saat ini, ia harus tetap tenang. Masih banyak permasalahan di depan yang harus mereka hadapi.
Setelah memastikan Vera dapat menjaga mamanya di rumah sakit, Vita memilih untuk meninggalkan mereka berdua. Ada banyak hal yang harus ia urus. Kemarin dirinya telah membuat daftar, apa saja yang harus dilakukannya saat ini.
Setalah menjenguk papanya di penjara, Vita menuju ke bank, untuk mengurus keuangan milik keluarganya. Gadis itu bersyukur, karena hanya uang di rekening milik papa dan mamanya saja yang dibekukan. Sehingga tabungan miliknya masih dapat dipakai, untuk mereka bertahan hidup.
Namun uang itu hanya cukup untuk mereka bertahan selama tiga bulan saja. Apalagi Vera bersekolah di SMA swasta, yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Vita sempat berpikir untuk memindahkan sekolah Vera ke SMA negeri, atau SMA swasta lain yang jauh lebih murah. Namun ia menyadari, bahwa adiknya itu adalah anak yang sulit beradaptasi. Sehingga Vita tidak sampai hati untuk memindahkan Vera ke sekolah lain.
Selain itu, Vita juga mencoba untuk mengajukan beasiswa kuliah, karena ia termasuk anak yang cukup berprestasi di kampus. Namun sayangnya, pengajuan beasiswanya ditolak. Konon, donatur terbesar di kampus Vita, adalah pemilik perusahaan tempat papa Vita dulu bekerja. Sehingga catatan hitam mengenai papa Vita menjadi pertimbangan, sehingga ia tidak diloloskan untuk menerima beasiswa.
Vita merasa kecewa, karena akhirnya ia tidak dapat melanjutkan kuliah. Padahal tidak sampai setahun lagi, ia akan lulus dan menjadi seorang dokter. Sebuah cita-cita yang diidam-idamkannya sejak kecil. Namun kini impiannya harus terhenti.
Gadis itu juga berandai-andai. Seandainya musibah ini terjadi tahun depan saja, saat ia sudah lulus. Namun, memang siapa yang dapat memilih musibah itu kapan datang?
Dengan berbesar hati, akhirnya Vita mengurus administrasi untuk mengambil cuti kuliah. Ia masih berharap, kelak dirinya tetap dapat menjadi seorang dokter. Vita menghibur dan menyemangati dirinya sendiri. Ini bukanlah akhir, namun hanyalah mimpi yang tertunda. Ia akan bekerja keras untuk mengumpulkan uang. Dan setelah Vera lulus, dirinya akan melanjutkan perkuliahannya lagi.
Kemudian Vita mencoba melamar kerja. Walaupun belum lulus profesi dokter, ia masih memiliki ijazah sarjana kedokteran, yang dapat ia pakai untuk bekerja. Suatu hari, ia mendapat panggilan untuk bekerja di salah satu klinik terapi di Semarang.
Pada awalnya, Vita melamar sebagai asisten dokter di sana. Namun pada saat proses wawancara, dokter Arif malahan menawari Vita untuk bekerja sebagai perawat pribadi, untuk salah satu kliennya.
Dokter Arif merupakan kakak kelas Vita, dan ia mendengar mengenai permasalahan yang terjadi di keluarga adik kelasnya itu. Sehingga ia berinisiatif, untuk mencarikan pekerjaan yang bergaji tinggi untuknya.
"Ada salah satu klienku yang mencari perawat, untuk anaknya yang lumpuh karena kecelakaan. Anaknya itu selalu marah apabila dibawa ke rumah sakit atau klinik terapi. Sekarang klienku mencari perawat pribadi di rumah. Dia berharap, perawat pribadi anaknya itu, bukan sekedar bisa merawat, namun sekaligus bisa melakukan terapi," terang dokter Arif.
Lalu dokter Arif melanjutkan, "Gaji yang ditawarkan cukup besar. Ia juga menyediakan akomodasi seperti makan dan tempat tinggal di sana. Bagaimana, apakah kamu mau menerima pekerjaan ini?"
Vita terdiam. Ia tidak pernah terpikir untuk menjadi perawat orang lumpuh. Namun saat ini, dirinya sedang membutuhkan banyak uang. Ia tidak boleh termakan oleh gengsi semata. Lagipula, pekerjaan perawat juga memiliki hubungan dengan perkuliahannya dahulu. Akhirnya Vita menerima tawaran itu.
Sebelum bekerja sebagai perawat pribadi, Vita menjalani pelatihan keperawatan dan beberapa pelatihan tambahan, yang dibutuhkan untuk melakukan terapi. Dua minggu kemudian, Vita mulai bekerja di rumah nyonya Carissa, untuk merawat putranya yang lumpuh.
Vita menuju ke sebuah rumah, yang sebelumnya telah diinfokan oleh dokter Arif. Saat memasuki halaman, ia merasa rumah itu tidak terasa asing baginya. Rumah mewah dengan pilar-pilar tinggi menjulang, dan taman yang terawat di sisi kanan dan kiri bangunan.
Baru saja Vita melangkah masuk ke dalam rumah, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara vas bunga yang dipecahkan ke lantai. Dan kemudian ia mendengar suara orang yang berteriak dan mengumpat dengan kasar. Lebih terkejut lagi, saat Vita melihat dinding ruang tamu, ia melihat foto pernikahan Nico dan Ella terpajang di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments