Keesokan harinya, Elbert mengajak Vita pergi ke suatu tempat. Pria itu merasa sangat gugup dan menghela napasnya berkali-kali.
"Apakah kamu baik-baik saja? Ceritakanlah padaku, apa yang membuatmu gelisah," ucap vita.
Elbert membatin, "Bagaimana mungkin aku menceritakannya padamu? Aku telah mempersiapkan segalanya tadi malam, karena aku ingin mengutarakan perasaanku padamu."
Melihat Elbert yang tampak diam saja, Vita menjadi bertanya-tanya. Apakah semuanya ini ada hubungannya dengan Rere lagi? Beberapa hari ini, Elbert memang banyak berhubungan dengan Rere serta keluarganya.
Vita membelai lembut bahu pasiennya itu, dan bertanya, "Elbert, ada apa? Kita hendak pergi ke mana?"
Lagi-lagi Elbert tidak menjawab pertanyaan Vita. Ia menggenggam kedua tangannya, serta mengetuk-ketukkan salah satu kakinya ke lantai mobil karena cemas.
Vita menghela napas dan tidak bertanya apa-apa lagi. Ia tidak ingin memaksa Elbert untuk bercerita, apabila pria itu memang tidak menghendakinya.
Sepanjang perjalanan, Vita mengingat kembali pengalaman mereka beberapa hari terakhir. Ia teringat dengan kata-kata Elbert, saat bertemu dengan Adit.
"Sejujurnya, sejak awal aku tidak pernah tertarik berurusan dengan dunia bisnis. Aku hanya ingin menolong orang saja," kata Elbert.
Sebelumnya Vita berpikir, bahwa Elbert ingin bertemu dengan pihak Bright Future, karena perusahaan itu masih ada kaitannya dengan Good Luck Food. Namun perkataan Elbert dengan Adit, serta sikap pria itu terhadap Rere, membuatnya berpikir kembali.
"Apakah Rere benar-benar berarti untuk Elbert? Sampai ia rela menyelamatkan perusahaan milik keluarga Rere, serta membuat Rere dapat pulih kembali?" batin Vita.
Vita merasa Rere sangat beruntung sekali. Ia menerima cinta Elbert yang begitu tulus dan dalam. Sudah ketahuan selingkuh, rencana pernikahan menjadi batal, tetap saja Elbert bersedia memulihkan gadis itu beserta keluarganya.
Bagi Vita, Elbert layak mendapatkan wanita yang jauh lebih baik daripada Rere. Mengapa harus Rere? Tidak bisakah Elbert mencari wanita lain saja? Bahkan Vita lebih rela Elbert bersanding dengan Tessa saja, daripada pria itu kembali dengan Rere.
Walaupun pria itu lumpuh, tetapi kini Elbert sudah dapat berjalan sendiri dengan kerangka robotiknya. Elbert juga pria yang sangat baik dan perhatian. Hal positif lainnya lagi, pria itu telah kembali bekerja, dan menjabat sebagai CEO Good Luck Food Semarang.
Kini Vita menjadi maklum, mengapa kedua orang tua Elbert begitu mengatur setiap keputusan putranya di masa lalu. Carissa juga pernah berkata, bahwa semua mantan yang pernah dipacari oleh putranya, hanya memanfaatkannya saja.
"Elbert benar-benar bodoh! Tidak akan kubiarkan!" seru Vita dalam hati.
Tidak lama kemudian, sampailah mereka di sebuah restoran yang berkonsep taman. Sebelumnya Elbert telah memesan seluruh restoran itu, agar mereka dapat berbincang-bincang berdua dengan nyaman, tanpa gangguan dari pihak luar.
"Mengapa kamu mengajakku ke tempat ini?" tanya Vita.
Elbert menjawab, "Ada hal yang ingin kukatakan padamu."
"Aku juga memiliki hal yang ingin kusampaikan padamu!" balas Vita.
Lalu Elbert mempersilahkan Vita untuk lebih dahulu berbicara.
"Elbert apakah kamu benar-benar mencintai Rere?" tanya Vita.
Elbert terkejut mendengar pertanyaan dari Vita. Ia sama sekali tidak menduga, kalau Vita akan menanyakan hal ini kepadanya.
"Dahulu aku mencintainya, namun sekarang aku mengasihaninya," jawab Elbert.
Vita merasa sedih. Baginya, Elbert telah mengatakan padanya, bahwa ia memang masih mencintai Rere.
"Kamu jangan bodoh! Untuk apa kamu masih memikirkan gadis itu? Apakah kamu lupa dengan apa yang telah Rere perbuat padamu?" tanya Vita ketus.
Elbert menjadi bingung. "Ada apa denganmu? Apakah kamu merasa cemburu? Dahulu kamu pernah berkata, kalau semua orang itu layak memiliki impian dan masa depan."
"Enak saja, memang siapa yang cemburu denganmu?" elak Vita.
Namun sejurus kemudian, Vita terdiam. Ia menyadari bahwa dirinya sangat terang-terangan, dan terlalu mencampuri urusan pribadi Elbert. Vita pun merasa bersalah, dan ia segera berpamitan untuk pergi ke kamar mandi.
"Dasar Vita bodoh! Mengapa kamu berkata seperti itu kepada pasienmu? Memang siapa dirimu? Ingat, kamu hanyalah perawatnya! Kamu bukan ibunya, bukan keluarganya, bukan kekasihnya! Mengapa kamu terbawa perasaan sampai seperti ini? Ini bukanlah Vita yang sesungguhnya!" ujarnya kesal sambil berkali-kali membasuh wajahnya dengan air di wastafel.
Sementara itu Elbert merenungi kejadian barusan. Sepertinya, ia harus segera mengungkapkan perasaannya, agar gadis itu tidak semakin salah paham.
Tiba-tiba ada sebuah pesan yang masuk ke ponsel Vita. Elbert tertarik untuk membacanya. Ternyata, pesan itu berasal dari dokter Arif.
Pada awalnya Elbert berpikir, bahwa pesan dari dokter Arif itu, berisi tentang perkembangan kondisi dirinya. Terlebih, Vita bekerja dengan Elbert, karena rekomendasi dari dokter Arif.
Namun ternyata, dokter Arif menanyakan pada Vita, apakah gadis itu tidak ingin melanjutkan kembali perkuliahannya yang sempat tertunda? Selain itu dokter Arif juga mengingatkan Vita, agar ia tidak terlambat makan, dan terus semangat dalam bekerja.
Elbert menjadi penasaran. Lalu ia membaca pesan-pesan sebelumnya dari dokter Arif. Dan setelah membaca pesan-pesan itu, Elbert menyadari sesuatu. Ternyata hubungan antara dokter Arif dengan Vita, bukanlah hubungan biasa antara atasan dengan anak buahnya.
Dokter Arif tampak menyukai Vita, dan gadis itu juga beberapa kali meresponnya. Mereka sering bertanya kabar, dan Vita juga pernah pergi dengan dokter Arif, untuk makan bersama.
"Ternyata saat meminta izin denganku, Vita pergi berkencan dengan dokter Arif," guman Elbert pilu.
Kemudian Elbert teringat saat ia berada di klinik terapi dokter Arif. Saat dirinya sedang berlatih berjalan dengan kerangka robotik, Vita tidak menemaninya. Gadis itu malahan asyik berbincang-bincang dengan dokter Arif. Dahulu Elbert berpikir, bahwa mereka sedang berdiskusi mengenai perkembangannya. Namun ternyata, selama ini ia salah!
Elbert merasa sedih. Ia berpikir bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan. Dan ia mengurungkan niatnya, untuk mengungkapkan perasaannya kepada Vita.
Sehingga saat Vita kembali, Elbert tidak mengatakan sepatah katapun kepada perawatnya itu. Mengetahui Elbert yang hanya terdiam, Vita merasa tidak enak. Ia meminta maaf, dan mencoba memancing pembicaraan dengannya.
"Apa yang ingin kamu katakan padaku tadi?" tanya Vita.
Elbert menggelengkan kepalanya.
"Lalu, mengapa kamu mengajakku kemari?" selidik Vita.
Elbert berbohong kepada gadis itu. "Makanan di tempat ini enak, dan cocok untuk kujadikan referensi dalam memasak. Jadi kupikir, kamu bisa mencobanya, agar bisa memberikan masukan kepadaku."
Vita menganggukkan kepalanya. Dan dengan penuh semangat, ia memberikan beberapa penilaiannya, untuk setiap masakan yang telah dipesan oleh Elbert.
Elbert hanya menatap Vita. Hatinya merasa sangat sedih. Ia telah berusaha untuk mengumpulkan keberaniannya, namun pada akhirnya ia kembali terluka.
"Apakah benar, kalau setiap orang itu layak untuk cinta? Layak untuk dicintai dan mencintai?" batin Elbert dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments