Bab 14. Es Krim

Saat perjalanan pulang, Elbert tampak muram dan tidak berbicara sepatah kata pun. Ia terus menatap jendela mobil, sambil menopang dagu. Banyak hal yang ada di pikirannya saat ini.

Sekarang apa yang dapat dilakukannya, untuk membebaskan ayah Vita? Bagaimana caranya ia dapat menyelidiki internal Bright Future? Elbert menyesali kepolosannya dengan berkata, bahwa ia hanya bermaksud menolong orang saja. Memang siapa yang akan percaya dengan alasan seperti itu? Terlebih Bright Future adalah perusahaan keluarga mantan, yang telah menyakiti hatinya.

Selain ayah Vita, Elbert juga memikirkan kondisi Rere. Walaupun ia membenci pengkhianatan, yang pernah dilakukan oleh mantan kekasihnya itu, Elbert tetaplah Elbert. Ia adalah pemuda yang baik dan berhati tulus. Bagaimanapun, Elbert tidak pernah mengharapkan Rere tertimpa kemalangan.

Elbert juga bukan pria licik, yang suka memanfaatkan situasi. Dahulu, ia bisa saja menekan ayah Rere, agar memberikan saham Bright Future lebih dari itu. Namun ia malahan menolak segala kompensasi yang diberikan. Bagi Elbert, kedua belah pihak sama-sama dirugikan, atas pembatalan pernikahan mereka. Dan kompensasi dari keluarga Rere, malahan akan membuatnya terus teringat dengan gadis itu.

Vita memandang Elbert. Ia mengkhawatirkan kondisi pria itu. Lalu Vita mengulurkan tangannya, dan melambai-lambaikannya di depan wajah Elbert.

"Elbert, apakah kamu baik-baik saja?" tanyanya.

Pria itu tidak menjawab, dan terus menatap jendela dengan tatapan kosong. Melihat kondisi pasiennya, Vita tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu, agar Elbert bisa tersenyum kembali.

Kemudian Vita menyuruh sopir untuk pergi ke suatu tempat. Ternyata, Vita membeli tiga buah es krim cone untuk mereka semua.

"Elbert, lihat yang aku bawa!" seru Vita ceria. "Aku membelikan ini untukmu!"

Vita menyerahkan es krim itu di hadapan Elbert. Namun pria itu tidak merespon Vita.

"Elbert ..., Elbert ..., yuhuu Elbeeeert ...," kata Vita seraya mengeraskan suaranya ke telinga Elbert.

Elbert tetap diam. Saat ini, ia hanya menginginkan ketenangan, dan tidak ingin dihibur.

Melihat reaksi Elbert, Vita menjadi sebal. Dengan sengaja, ia menempelkan es krim itu ke pipi Elbert.

Pria itu terkejut dan mengomelinya, "Vita, ini dingin!"

"Tentu saja. Aku sengaja melakukannya, agar kamu tidak terus menerus menjadi patung," balas Vita sambil menyerahkan selembar tisu, agar Elbert bisa membersihkan wajahnya.

Elbert menjawab, "Bukankah kita sudah makan sangat banyak di restoran? Kenapa kamu masih saja memberiku es krim? Apakah kamu masih belum kenyang juga?"

Vita beralasan, bahwa es krim dapat meningkatkan suasana hati. Sehingga orang yang memakannya, dapat merasa nyaman dan bahagia.

"Kalau kamu tidak mau, tidak apa-apa. Aku yang akan memakannya," ujar Vita.

Elbert segera mengambil es krim itu dari tangan Vita, "Kalau kamu makan terlalu banyak, kamu akan sakit perut. Kamu sudah membelikannya untukku. Berarti ini milikku!" Setelah berkata demikian, Elbert segera menyantapnya.

Vita bertanya, "Bagaimana rasanya? Apakah kamu suka?"

"Lumayan enak. Namun, kurasa aku dapat membuat es krim yang lebih enak dari ini," ucap Elbert.

Vita tidak menyangka bahwa Elbert dapat membuat bermacam-macam makanan. "Benarkah? Kamu bisa membuat es krim juga?"

Elbert mengangguk. "Bagaimana kalau hari ini, kamu mengantarku untuk berbelanja? Aku akan membuatkan es krim yang enak untukmu!"

"Wah benarkah? Terima kasih Elbert!" seru Vita senang.

Lalu mereka berdua pergi ke supermarket terbesar di kota Semarang, untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan.

. --o0o--

Saat sibuk memilih bahan, tiba-tiba ada seorang anak kecil yang mendekat ke arah Elbert. Ia tertarik dengan kerangka robotik, yang dipasang di sisi kanan dan kiri kaki Elbert.

"Apa ini, Paman? Mengapa Paman memakai seperti ini?" tanyanya sambil memegang kerangka robotik itu.

Mendengar pertanyaan yang diontarkan anak kecil itu, sejenak Elbert merasa sedih. Ia juga bingung, bagaimana cara menjelaskan kepadanya? Apakah ia harus mengatakan bahwa dirinya lumpuh, sehingga perlu dibantu dengan mesin, agar dapat berjalan dengan baik?

Melihat kejadian yang tampak canggung, Vita tidak tinggal diam. Ia berjongkok agar memiliki tinggi yang sama dengan anak itu, dan membisikinya. "Apakah kamu tahu tentang Iron Man? Paman ini adalah seorang Iron Man!"

Anak itu terkejut, sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. Elbert memandang mereka berdua dan berpikir, apa yang telah dikatakan oleh Vita?

Vita berbisik lagi, "Tapi kamu jangan bilang kepada siapa-siapa. Ini adalah rahasia kita berdua!"

Anak itu mengangguk dengan penuh semangat dan kembali. Baru berjalan beberapa meter dari mereka, anak itu melihat ibunya dari kejauhan. Ia segera berlari secepat kilat ke arah ibunya, dan berteriak dengan keras.

"Ma ..., Mama!!! Aku bertemu dengan Iron Man di sini! Mama, aku mau foto bersama Iron Man!"

Mendengar apa yang diteriakkan oleh anak itu, beberapa anak kecil lainnya menjadi heboh. Mereka bertanya padanya, dan anak itu menunjuk ke arah Elbert. Lalu mereka semua berlari ke arah Elbert, dan mengerumuninya.

"Mampuslah aku! Mengapa aku begitu bodoh!" batin Vita sambil menepuk dahinya. Ia sampai tidak berani menoleh ke belakang, untuk melihat wajah Elbert.

"Kalian mau menyentuhnya? Tentu saja boleh," ucap Elbert sambil tersenyum ramah.

"Wah, kamu ingin berfoto bersamaku? Ayo kita foto bersama," ujar Elbert sambil bergaya ala Iron Man dengan beberapa anak.

Mendengar respon Elbert, dengan hati-hati Vita menoleh ke belakang. Ternyata Elbert tidak marah. Ia malahan menyambut anak-anak itu, dengan penuh suka cita. Bahkan Elbert juga menggendong seorang anak kecil dengan gembira.

Vita memandang Elbert. Ada perasaan kagum, tatkala ia melihat keakraban pria itu, dengan beberapa anak kecil. Vita merasa Elbert begitu dewasa dan mempesona. Ia terus menatap Elbert tanpa berkedip.

Salah seorang anak kecil mendekati Vita dan berkata, "Kamu pasti Pepper Potts, istri Iron Man. Karena kamu bersamanya."

Vita terkejut. Namun ia mengiyakan saja kata-kata anak itu. Kemudian anak itu berkata, kalau ia juga ingin berfoto bersama Iron Man dan Pepper Potts.

Ternyata ibu anak itu lupa membawa ponsel. Sehingga mereka bertiga berfoto bersama, menggunakan ponsel Elbert. Lalu Elbert mengirimkan fotonya ke ponsel ibu itu, dan juga ponsel Vita.

Saat melihat foto yang dikirimkan oleh Elbert, wajah Vita menjadi memerah. Mereka terlihat seperti sebuah keluarga kecil yang bahagia.

"Ada apa?" tanya Elbert, setelah selesai melayani sesi foto dadakan. Ia melihat Vita menjadi lebih diam.

Vita beralasan, "Kukira kamu akan marah. Ternyata responmu di luar dugaanku. Kamu bisa membaur akrab dengan anak kecil."

"Aku memang menyukai anak kecil," ucap Elbert. "Apakah kamu tahu? Saat Nico kecil, aku bahkan pernah membantu mamaku untuk mengganti popoknya, serta menyuapinya makan. Dan sekarang aku juga tidak sabar, untuk menantikan kelahiran anak Nico."

Vita menatap wajah Elbert. "Hari ini aku melihat sisi lain dalam dirimu. Kamu ..., kamu begitu mempesona," ungkapnya jujur.

Elbert tersipu mendengar kata-kata dari Vita. Ia tidak menyangka bahwa gadis itu akan berkata demikian. Elbert tersenyum dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri Vita, yang sedang memegang troli belanja.

"Ayo kita cari bahan-bahan yang dibutuhkan. Aku akan membuat es krim terenak di dunia untukmu."

Vita membalas senyum Elbert, dan meletakkan tangan kanannya ke tangan kanan Elbert. "Ayo!"

Episodes
1 Bab 1. Masalah di Keluarga
2 Bab 2. Mencari Pekerjaan
3 Bab 3. Pertemuan Kembali
4 Bab 4. Bunga Telang
5 Bab 5. Masa Lalu Elbert
6 Bab 6. Hutang Pinjaman Online
7 Bab 7. Bonus untuk Vita
8 Bab 8. Menuliskan Harapan
9 Bab 9. Menerbangkan Impian
10 Bab 10. Kepedihan di Masa Lalu
11 Bab 11. Kembali Bekerja
12 Bab 12. Kekasih Elbert
13 Bab 13. Pertemuan dengan Bright Future
14 Bab 14. Es Krim
15 Bab 15. Berdamai dengan Masa Lalu
16 Bab 16. Pertemuan dengan Rere
17 Bab 17. Elbert dan Vita
18 Bab 18. Pertengkaran Vita dan Tessa
19 Bab 19. Penawaran Adit
20 Bab 20. Hari Terakhir Bekerja
21 Bab 21. Kesalahpahaman
22 Bab 22. Vita dan Dokter Arif
23 Bab 23. Percakapan dengan Carissa
24 Bab 24. Bekerja di Rumah Sakit Jiwa
25 Bab 25. Undangan dari Dokter Arif
26 Bab 26. Kode dari Vita
27 Bab 27. Pertemuan dengan Carissa
28 Bab 28. Percakapan dengan Vita
29 Bab 29. Masalah Baru
30 Bab 30. Vita dan Rere
31 Bab 31. Kenangan Bersama Rere
32 Bab 32. Nelson
33 Bab 33. Kenangan di Surabaya
34 Bab 34. Pengakuan Vita
35 Bab 35. Mengunjungi Rere
36 Bab 36. Kenyataan yang Tidak Terduga
37 Bab 37. Tak ingin Menunggu
38 Bab 38. Elbert dan Rere
39 Bab 39. Pelanggaran
40 Bab 40. Menyembunyikan Vita
41 Bab 41. Di Kediaman Dokter Arif
42 Bab 42. Kontrak dari Dokter Arif
43 Bab 43. Perbincangan dengan Vera
44 Bab 44. Vita dan Vera
45 Bab 45. Percakapan Elbert dan Vita
46 Bab 46. Membalik Lawan
47 Bab 47. Pertaruhan
48 Bab 48. Ancaman Rio
49 Bab 49. Tetangga Baru
50 Bab 50. Investasi ke Bright Future
51 Bab 51. Rencana Sentra Kuliner
52 Bab 52. Asisten untuk Elbert
53 53. Membantu Elbert
54 Bab 54. Sabotase
55 Bab 55. Vita dan Elbert
56 Bab 56. Melawan Rio
57 Bab 57. Melawan Rio 2
58 Bab 58. Balkon Apartemen
59 Bab 59. Akhir Rivalitas
60 Bab 60. Rere dan Riana
61 Bab 61. Pernyataan
62 Bab 62. Akhir yang Bahagia
63 Penutup
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1. Masalah di Keluarga
2
Bab 2. Mencari Pekerjaan
3
Bab 3. Pertemuan Kembali
4
Bab 4. Bunga Telang
5
Bab 5. Masa Lalu Elbert
6
Bab 6. Hutang Pinjaman Online
7
Bab 7. Bonus untuk Vita
8
Bab 8. Menuliskan Harapan
9
Bab 9. Menerbangkan Impian
10
Bab 10. Kepedihan di Masa Lalu
11
Bab 11. Kembali Bekerja
12
Bab 12. Kekasih Elbert
13
Bab 13. Pertemuan dengan Bright Future
14
Bab 14. Es Krim
15
Bab 15. Berdamai dengan Masa Lalu
16
Bab 16. Pertemuan dengan Rere
17
Bab 17. Elbert dan Vita
18
Bab 18. Pertengkaran Vita dan Tessa
19
Bab 19. Penawaran Adit
20
Bab 20. Hari Terakhir Bekerja
21
Bab 21. Kesalahpahaman
22
Bab 22. Vita dan Dokter Arif
23
Bab 23. Percakapan dengan Carissa
24
Bab 24. Bekerja di Rumah Sakit Jiwa
25
Bab 25. Undangan dari Dokter Arif
26
Bab 26. Kode dari Vita
27
Bab 27. Pertemuan dengan Carissa
28
Bab 28. Percakapan dengan Vita
29
Bab 29. Masalah Baru
30
Bab 30. Vita dan Rere
31
Bab 31. Kenangan Bersama Rere
32
Bab 32. Nelson
33
Bab 33. Kenangan di Surabaya
34
Bab 34. Pengakuan Vita
35
Bab 35. Mengunjungi Rere
36
Bab 36. Kenyataan yang Tidak Terduga
37
Bab 37. Tak ingin Menunggu
38
Bab 38. Elbert dan Rere
39
Bab 39. Pelanggaran
40
Bab 40. Menyembunyikan Vita
41
Bab 41. Di Kediaman Dokter Arif
42
Bab 42. Kontrak dari Dokter Arif
43
Bab 43. Perbincangan dengan Vera
44
Bab 44. Vita dan Vera
45
Bab 45. Percakapan Elbert dan Vita
46
Bab 46. Membalik Lawan
47
Bab 47. Pertaruhan
48
Bab 48. Ancaman Rio
49
Bab 49. Tetangga Baru
50
Bab 50. Investasi ke Bright Future
51
Bab 51. Rencana Sentra Kuliner
52
Bab 52. Asisten untuk Elbert
53
53. Membantu Elbert
54
Bab 54. Sabotase
55
Bab 55. Vita dan Elbert
56
Bab 56. Melawan Rio
57
Bab 57. Melawan Rio 2
58
Bab 58. Balkon Apartemen
59
Bab 59. Akhir Rivalitas
60
Bab 60. Rere dan Riana
61
Bab 61. Pernyataan
62
Bab 62. Akhir yang Bahagia
63
Penutup

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!