Saat perjalanan pulang, Elbert tampak muram dan tidak berbicara sepatah kata pun. Ia terus menatap jendela mobil, sambil menopang dagu. Banyak hal yang ada di pikirannya saat ini.
Sekarang apa yang dapat dilakukannya, untuk membebaskan ayah Vita? Bagaimana caranya ia dapat menyelidiki internal Bright Future? Elbert menyesali kepolosannya dengan berkata, bahwa ia hanya bermaksud menolong orang saja. Memang siapa yang akan percaya dengan alasan seperti itu? Terlebih Bright Future adalah perusahaan keluarga mantan, yang telah menyakiti hatinya.
Selain ayah Vita, Elbert juga memikirkan kondisi Rere. Walaupun ia membenci pengkhianatan, yang pernah dilakukan oleh mantan kekasihnya itu, Elbert tetaplah Elbert. Ia adalah pemuda yang baik dan berhati tulus. Bagaimanapun, Elbert tidak pernah mengharapkan Rere tertimpa kemalangan.
Elbert juga bukan pria licik, yang suka memanfaatkan situasi. Dahulu, ia bisa saja menekan ayah Rere, agar memberikan saham Bright Future lebih dari itu. Namun ia malahan menolak segala kompensasi yang diberikan. Bagi Elbert, kedua belah pihak sama-sama dirugikan, atas pembatalan pernikahan mereka. Dan kompensasi dari keluarga Rere, malahan akan membuatnya terus teringat dengan gadis itu.
Vita memandang Elbert. Ia mengkhawatirkan kondisi pria itu. Lalu Vita mengulurkan tangannya, dan melambai-lambaikannya di depan wajah Elbert.
"Elbert, apakah kamu baik-baik saja?" tanyanya.
Pria itu tidak menjawab, dan terus menatap jendela dengan tatapan kosong. Melihat kondisi pasiennya, Vita tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu, agar Elbert bisa tersenyum kembali.
Kemudian Vita menyuruh sopir untuk pergi ke suatu tempat. Ternyata, Vita membeli tiga buah es krim cone untuk mereka semua.
"Elbert, lihat yang aku bawa!" seru Vita ceria. "Aku membelikan ini untukmu!"
Vita menyerahkan es krim itu di hadapan Elbert. Namun pria itu tidak merespon Vita.
"Elbert ..., Elbert ..., yuhuu Elbeeeert ...," kata Vita seraya mengeraskan suaranya ke telinga Elbert.
Elbert tetap diam. Saat ini, ia hanya menginginkan ketenangan, dan tidak ingin dihibur.
Melihat reaksi Elbert, Vita menjadi sebal. Dengan sengaja, ia menempelkan es krim itu ke pipi Elbert.
Pria itu terkejut dan mengomelinya, "Vita, ini dingin!"
"Tentu saja. Aku sengaja melakukannya, agar kamu tidak terus menerus menjadi patung," balas Vita sambil menyerahkan selembar tisu, agar Elbert bisa membersihkan wajahnya.
Elbert menjawab, "Bukankah kita sudah makan sangat banyak di restoran? Kenapa kamu masih saja memberiku es krim? Apakah kamu masih belum kenyang juga?"
Vita beralasan, bahwa es krim dapat meningkatkan suasana hati. Sehingga orang yang memakannya, dapat merasa nyaman dan bahagia.
"Kalau kamu tidak mau, tidak apa-apa. Aku yang akan memakannya," ujar Vita.
Elbert segera mengambil es krim itu dari tangan Vita, "Kalau kamu makan terlalu banyak, kamu akan sakit perut. Kamu sudah membelikannya untukku. Berarti ini milikku!" Setelah berkata demikian, Elbert segera menyantapnya.
Vita bertanya, "Bagaimana rasanya? Apakah kamu suka?"
"Lumayan enak. Namun, kurasa aku dapat membuat es krim yang lebih enak dari ini," ucap Elbert.
Vita tidak menyangka bahwa Elbert dapat membuat bermacam-macam makanan. "Benarkah? Kamu bisa membuat es krim juga?"
Elbert mengangguk. "Bagaimana kalau hari ini, kamu mengantarku untuk berbelanja? Aku akan membuatkan es krim yang enak untukmu!"
"Wah benarkah? Terima kasih Elbert!" seru Vita senang.
Lalu mereka berdua pergi ke supermarket terbesar di kota Semarang, untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan.
. --o0o--
Saat sibuk memilih bahan, tiba-tiba ada seorang anak kecil yang mendekat ke arah Elbert. Ia tertarik dengan kerangka robotik, yang dipasang di sisi kanan dan kiri kaki Elbert.
"Apa ini, Paman? Mengapa Paman memakai seperti ini?" tanyanya sambil memegang kerangka robotik itu.
Mendengar pertanyaan yang diontarkan anak kecil itu, sejenak Elbert merasa sedih. Ia juga bingung, bagaimana cara menjelaskan kepadanya? Apakah ia harus mengatakan bahwa dirinya lumpuh, sehingga perlu dibantu dengan mesin, agar dapat berjalan dengan baik?
Melihat kejadian yang tampak canggung, Vita tidak tinggal diam. Ia berjongkok agar memiliki tinggi yang sama dengan anak itu, dan membisikinya. "Apakah kamu tahu tentang Iron Man? Paman ini adalah seorang Iron Man!"
Anak itu terkejut, sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. Elbert memandang mereka berdua dan berpikir, apa yang telah dikatakan oleh Vita?
Vita berbisik lagi, "Tapi kamu jangan bilang kepada siapa-siapa. Ini adalah rahasia kita berdua!"
Anak itu mengangguk dengan penuh semangat dan kembali. Baru berjalan beberapa meter dari mereka, anak itu melihat ibunya dari kejauhan. Ia segera berlari secepat kilat ke arah ibunya, dan berteriak dengan keras.
"Ma ..., Mama!!! Aku bertemu dengan Iron Man di sini! Mama, aku mau foto bersama Iron Man!"
Mendengar apa yang diteriakkan oleh anak itu, beberapa anak kecil lainnya menjadi heboh. Mereka bertanya padanya, dan anak itu menunjuk ke arah Elbert. Lalu mereka semua berlari ke arah Elbert, dan mengerumuninya.
"Mampuslah aku! Mengapa aku begitu bodoh!" batin Vita sambil menepuk dahinya. Ia sampai tidak berani menoleh ke belakang, untuk melihat wajah Elbert.
"Kalian mau menyentuhnya? Tentu saja boleh," ucap Elbert sambil tersenyum ramah.
"Wah, kamu ingin berfoto bersamaku? Ayo kita foto bersama," ujar Elbert sambil bergaya ala Iron Man dengan beberapa anak.
Mendengar respon Elbert, dengan hati-hati Vita menoleh ke belakang. Ternyata Elbert tidak marah. Ia malahan menyambut anak-anak itu, dengan penuh suka cita. Bahkan Elbert juga menggendong seorang anak kecil dengan gembira.
Vita memandang Elbert. Ada perasaan kagum, tatkala ia melihat keakraban pria itu, dengan beberapa anak kecil. Vita merasa Elbert begitu dewasa dan mempesona. Ia terus menatap Elbert tanpa berkedip.
Salah seorang anak kecil mendekati Vita dan berkata, "Kamu pasti Pepper Potts, istri Iron Man. Karena kamu bersamanya."
Vita terkejut. Namun ia mengiyakan saja kata-kata anak itu. Kemudian anak itu berkata, kalau ia juga ingin berfoto bersama Iron Man dan Pepper Potts.
Ternyata ibu anak itu lupa membawa ponsel. Sehingga mereka bertiga berfoto bersama, menggunakan ponsel Elbert. Lalu Elbert mengirimkan fotonya ke ponsel ibu itu, dan juga ponsel Vita.
Saat melihat foto yang dikirimkan oleh Elbert, wajah Vita menjadi memerah. Mereka terlihat seperti sebuah keluarga kecil yang bahagia.
"Ada apa?" tanya Elbert, setelah selesai melayani sesi foto dadakan. Ia melihat Vita menjadi lebih diam.
Vita beralasan, "Kukira kamu akan marah. Ternyata responmu di luar dugaanku. Kamu bisa membaur akrab dengan anak kecil."
"Aku memang menyukai anak kecil," ucap Elbert. "Apakah kamu tahu? Saat Nico kecil, aku bahkan pernah membantu mamaku untuk mengganti popoknya, serta menyuapinya makan. Dan sekarang aku juga tidak sabar, untuk menantikan kelahiran anak Nico."
Vita menatap wajah Elbert. "Hari ini aku melihat sisi lain dalam dirimu. Kamu ..., kamu begitu mempesona," ungkapnya jujur.
Elbert tersipu mendengar kata-kata dari Vita. Ia tidak menyangka bahwa gadis itu akan berkata demikian. Elbert tersenyum dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri Vita, yang sedang memegang troli belanja.
"Ayo kita cari bahan-bahan yang dibutuhkan. Aku akan membuat es krim terenak di dunia untukmu."
Vita membalas senyum Elbert, dan meletakkan tangan kanannya ke tangan kanan Elbert. "Ayo!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments