Malam harinya, Elbert tidak dapat tidur. Ia memilih untuk melipat ratusan burung bangau dari kertas origami. Pria itu ingin menghilangkan kekecewaan yang tengah dirasakannya. Walaupun Elbert tahu bahwa ia harus berani terluka, saat mencoba kembali mencintai, namun tetap saja Elbert merasa sangat sedih.
Elbert juga merasa begitu bodoh dan terlalu percaya diri. Pria di dunia ini tidak cuma dia seorang. Bukan hanya dia saja yang tertarik dengan Vita. Walaupun nyaris 24 jam bersama dengan dirinya, namun Vita juga memiliki kehidupan sendiri, di luar pekerjaannya sebagai perawat Elbert.
Bila membaca percakapan daring antara Vita dengan dokter Arif, sepertinya mereka berdua memang belum berpacaran. Tetapi mereka tampak sangat dekat, dan saling merespon satu sama lain. Elbert khawatir. Seandainya ia berhasil mendapatkan Vita, akankah dokter Arif akan menjadi sosok orang ketiga, sama seperti pengalamannya dengan Rio dahulu?
Keesokan harinya, Elbert bangun dengan tubuh yang sangat lelah. Ia hanya tidur selama dua jam saja. Seandainya hari ini tidak ada rapat penting di kantor, Elbert akan memilih untuk beristirahat di rumah.
Saat rapat berlangsung, Elbert duduk di samping Tessa, yang merupakan sekretarisnya. Sedangkan Vita memilih untuk berdiri di dekat pintu masuk ruang pertemuan. Gadis itu menyadari, bahwa dirinya hanyalah seorang perawat. Dan tugasnya saat ini, adalah memastikan kondisi Elbert baik-baik saja.
Vita melihat Elbert tampak sangat mengantuk. Pasiennya itu terlihat menguap beberapa kali, serta menggosok kedua matanya dengan tangan. Vita pun berinisiatif untuk membuatkan kopi untuk Elbert.
Setelah Vita keluar, Elbert tampak mencarinya. Ia hendak meminta Vita untuk membuatkan secangkir kopi. Menyadari bahwa perawatnya itu tidak ada di tempat, akhirnya Elbert menyuruh Tessa untuk melakukannya.
Tak lama kemudian, Elbert mendapatkan sebuah panggilan telepon. Melihat nama yang tertera di layar ponselnya, jantung pria itu pun berdetak kencang. Seketika pula, mata Elbert langsung menjadi segar. Ia segera berpamitan untuk keluar, dan masuk ke dalam ruangan CEO, agar pembicaraan mereka tidak terdengar oleh orang lain.
"Ada apa meneleponku, Pak Adit?" tanya Elbert yang berusaha tetap tampak tenang.
Adit menjawab dari seberang sana, "Tentu saja ada hal penting, yang ingin kutawarkan padamu. Kalau tidak, aku tidak akan membuang-buang waktuku untuk meneleponmu."
. --o0o--
Sementara itu di dapur, Vita telah membuatkan secangkir kopi untuk Elbert. Melihat Tessa datang, dan hendak membuat kopi, Vita bertanya kepada sekretaris Elbert itu.
"Kopi untuk Elbert? Ini, aku sudah membuatkannya," ucap Vita.
Tessa tidak ingin kalah dari Vita. Ia pun berujar, "Pak Elbert ingin aku sendiri yang membuatkan kopi untuknya. Mungkin ia tahu, kalau kopi buatanku jauh lebih enak, daripada buatanmu."
Vita juga tidak ingin kalah dari Tessa. Ia membalas kata-kata gadis itu. "Apakah kamu yakin seperti itu? Lihat, aku yang lebih dahulu berada di tempat ini, untuk membuatkan kopi untuk Elbert. Justru karena Elbert merasa kopi buatanmu itu tidak enak, maka ia menyuruhmu ke dapur. Agar kamu dapat belajar dariku, bagaimana cara membuat kopi yang enak untuknya."
Sesudah berkata demikian, Vita mengangkat nampan yang berisi secangkir kopi, dan hendak membawanya ke hadapan Elbert. Melihat Vita yang tampak lebih unggul darinya, Tessa menjadi kesal. Dengan sengaja ia menjegal kaki Vita, sehingga gadis itu pun terjatuh. Kopi yang dibawa Vita tumpah dan mengenai bajunya.
"Apakah kamu tidak memakai matamu saat berjalan?" cemooh Tessa.
Vita menjadi marah. "Hey! Aku tidak akan terjatuh, kalau kamu tidak menjegal kakiku!"
"Memang ada buktinya kalau aku menjegal kakimu? Ruangan dapur ini memang terlalu sempit, untuk dilewati gadis gemuk sepertimu," ejek Tessa.
Kemudian Tessa melangkahi tubuh Vita, untuk mengantarkan kopi untuk Elbert. Vita membalas Tessa, dengan memegangi kakinya. Tubuh Tessa menjadi tidak seimbang. Dan akhirnya, kopi yang dibawanya juga terjatuh.
Tessa menjadi marah dengan Vita. Lalu ia menjambak rambut perawat Elbert itu. "Kamu berani denganku rupanya!"
"Iya, aku memang berani!" balas Vita sambil menjambak balik rambut Tessa. Dan kedua gadis itu pun terlibat pertengkaran yang cukup hebat. Para karyawan yang mendengar keributan di dapur, segera menuju ke sana dan berusaha melerai keduanya.
Keributan itu sampai terdengar di ruangan Elbert. Setelah menutup pembicaraan dengan Adit di telepon, Elbert segera keluar dari ruangannya. Ia ingin mengetahui, apa penyebab kehebohan di kantornya ini? Pada saat Elbert keluar, baik Vita maupun Tessa telah ditenangkan oleh para staf di kantor.
"Ada apa ini?" tanya Elbert.
Salah seorang staf bercerita, kalau ia melihat Vita menjambak rambut Tessa, dan mereka berdua bertengkar.
"Vita! Masuk ke ruanganku, sekarang!" perintah Elbert.
Dengan langkah gontai, Vita berjalan mengikuti Elbert, dan masuk ke ruangan CEO. Di dalam ruangannya, Elbert memarahi Vita habis-habisan.
Elbert menumpahkan semua kekesalannya kepada Vita. Hari ini ia merasa sangat lelah, dan pembicaraannya dengan Adit barusan, membuatnya sangat emosional. Dan bisa-bisanya Vita malahan membuat ulah di kantornya.
"Mengapa kamu tidak izin terlebih dulu denganku, kalau kamu hendak keluar membuat kopi? Kalau aku tahu, aku tidak akan menyuruh Tessa, dan tidak akan ada pertengkaran konyol seperti ini!" amuk Elbert.
Vita hanya menundukkan kepalanya, dan tidak mengucapkan sepatah katapun.
"Segera pulang ke rumah! Aku akan menyuruh sopir untuk mengantarkanmu!" kata Elbert memberi perintah.
Vita terkejut. Apakah Elbert sangat marah dengannya, sehingga ia mengusirnya pergi dari kantor?
Vita berusaha membela diri, "Tapi Elbert ...."
"Tidak ada tapi-tapian!" bentak Elbert.
Vita merasa sedih. Sepertinya Elbert kembali membencinya, sehingga ia tidak ingin melihat wajahnya lagi seperti dulu. Vita segera berbalik, dan hendak keluar dari ruangan Elbert.
"Kamu mau ke mana?" seru Elbert.
Vita menjawab, "Bukankah kamu menyuruhku untuk pergi?"
"Kamu mau keluar dengan penampilan dan baju seperti itu?" omel Elbert.
Sesudah berkata demikian, Elbert segera membuka jas yang dipakainya, dan memakaikannya di tubuh Vita. "Apakah kamu ingin masuk angin? Bajumu basah, dan ruangan di kantor ini semua ber-AC."
Vita terpana mendengar perkataan Elbert. Dan ia semakin terkejut, ketika pria itu mengambil sisir dari saku celananya, dan menyisir rambutnya dengan lembut.
Gadis itu menatap wajah Elbert tanpa berkedip. Saat ini, jarak di antara mereka begitu dekat. Ia bahkan dapat menghirup aroma tubuh Elbert, yang membuatnya merasa sangat nyaman. Vita ingin bersandar di dada bidang Elbert, dan memeluknya erat. Walaupun sedang marah, namun Elbert masih begitu perhatian dengannya. Dan sikap pria itu, membuat Vita begitu terpikat.
Vita menggenggam erat jas milik Elbert. Jas itu terasa begitu hangat, seakan-akan Elbert tengah memeluknya. Ia merasa bahagia.
"Segera pulang dan berganti baju. Bajumu kotor terkena tumpahan kopi," kata Elbert setelah selesai menyisir rambut Vita.
Senyum langsung merekah dari wajah Vita. Ternyata ia salah mengira dengan perkataan pedas Elbert. Pria itu menyuruhnya pulang, agar ia bisa berganti baju, bukan karena membencinya. Elbert memang begitu baik dan perhatian.
"Baiklah kalau begitu, aku akan segera pulang!" seru Vita ceria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Siska
alahh mak... Kakak El minta di cium... yak
2024-01-03
2