Bab 18. Pertengkaran Vita dan Tessa

Malam harinya, Elbert tidak dapat tidur. Ia memilih untuk melipat ratusan burung bangau dari kertas origami. Pria itu ingin menghilangkan kekecewaan yang tengah dirasakannya. Walaupun Elbert tahu bahwa ia harus berani terluka, saat mencoba kembali mencintai, namun tetap saja Elbert merasa sangat sedih.

Elbert juga merasa begitu bodoh dan terlalu percaya diri. Pria di dunia ini tidak cuma dia seorang. Bukan hanya dia saja yang tertarik dengan Vita. Walaupun nyaris 24 jam bersama dengan dirinya, namun Vita juga memiliki kehidupan sendiri, di luar pekerjaannya sebagai perawat Elbert.

Bila membaca percakapan daring antara Vita dengan dokter Arif, sepertinya mereka berdua memang belum berpacaran. Tetapi mereka tampak sangat dekat, dan saling merespon satu sama lain. Elbert khawatir. Seandainya ia berhasil mendapatkan Vita, akankah dokter Arif akan menjadi sosok orang ketiga, sama seperti pengalamannya dengan Rio dahulu?

Keesokan harinya, Elbert bangun dengan tubuh yang sangat lelah. Ia hanya tidur selama dua jam saja. Seandainya hari ini tidak ada rapat penting di kantor, Elbert akan memilih untuk beristirahat di rumah.

Saat rapat berlangsung, Elbert duduk di samping Tessa, yang merupakan sekretarisnya. Sedangkan Vita memilih untuk berdiri di dekat pintu masuk ruang pertemuan. Gadis itu menyadari, bahwa dirinya hanyalah seorang perawat. Dan tugasnya saat ini, adalah memastikan kondisi Elbert baik-baik saja.

Vita melihat Elbert tampak sangat mengantuk. Pasiennya itu terlihat menguap beberapa kali, serta menggosok kedua matanya dengan tangan. Vita pun berinisiatif untuk membuatkan kopi untuk Elbert.

Setelah Vita keluar, Elbert tampak mencarinya. Ia hendak meminta Vita untuk membuatkan secangkir kopi. Menyadari bahwa perawatnya itu tidak ada di tempat, akhirnya Elbert menyuruh Tessa untuk melakukannya.

Tak lama kemudian, Elbert mendapatkan sebuah panggilan telepon. Melihat nama yang tertera di layar ponselnya, jantung pria itu pun berdetak kencang. Seketika pula, mata Elbert langsung menjadi segar. Ia segera berpamitan untuk keluar, dan masuk ke dalam ruangan CEO, agar pembicaraan mereka tidak terdengar oleh orang lain.

"Ada apa meneleponku, Pak Adit?" tanya Elbert yang berusaha tetap tampak tenang.

Adit menjawab dari seberang sana, "Tentu saja ada hal penting, yang ingin kutawarkan padamu. Kalau tidak, aku tidak akan membuang-buang waktuku untuk meneleponmu."

. --o0o--

Sementara itu di dapur, Vita telah membuatkan secangkir kopi untuk Elbert. Melihat Tessa datang, dan hendak membuat kopi, Vita bertanya kepada sekretaris Elbert itu.

"Kopi untuk Elbert? Ini, aku sudah membuatkannya," ucap Vita.

Tessa tidak ingin kalah dari Vita. Ia pun berujar, "Pak Elbert ingin aku sendiri yang membuatkan kopi untuknya. Mungkin ia tahu, kalau kopi buatanku jauh lebih enak, daripada buatanmu."

Vita juga tidak ingin kalah dari Tessa. Ia membalas kata-kata gadis itu. "Apakah kamu yakin seperti itu? Lihat, aku yang lebih dahulu berada di tempat ini, untuk membuatkan kopi untuk Elbert. Justru karena Elbert merasa kopi buatanmu itu tidak enak, maka ia menyuruhmu ke dapur. Agar kamu dapat belajar dariku, bagaimana cara membuat kopi yang enak untuknya."

Sesudah berkata demikian, Vita mengangkat nampan yang berisi secangkir kopi, dan hendak membawanya ke hadapan Elbert. Melihat Vita yang tampak lebih unggul darinya, Tessa menjadi kesal. Dengan sengaja ia menjegal kaki Vita, sehingga gadis itu pun terjatuh. Kopi yang dibawa Vita tumpah dan mengenai bajunya.

"Apakah kamu tidak memakai matamu saat berjalan?" cemooh Tessa.

Vita menjadi marah. "Hey! Aku tidak akan terjatuh, kalau kamu tidak menjegal kakiku!"

"Memang ada buktinya kalau aku menjegal kakimu? Ruangan dapur ini memang terlalu sempit, untuk dilewati gadis gemuk sepertimu," ejek Tessa.

Kemudian Tessa melangkahi tubuh Vita, untuk mengantarkan kopi untuk Elbert. Vita membalas Tessa, dengan memegangi kakinya. Tubuh Tessa menjadi tidak seimbang. Dan akhirnya, kopi yang dibawanya juga terjatuh.

Tessa menjadi marah dengan Vita. Lalu ia menjambak rambut perawat Elbert itu. "Kamu berani denganku rupanya!"

"Iya, aku memang berani!" balas Vita sambil menjambak balik rambut Tessa. Dan kedua gadis itu pun terlibat pertengkaran yang cukup hebat. Para karyawan yang mendengar keributan di dapur, segera menuju ke sana dan berusaha melerai keduanya.

Keributan itu sampai terdengar di ruangan Elbert. Setelah menutup pembicaraan dengan Adit di telepon, Elbert segera keluar dari ruangannya. Ia ingin mengetahui, apa penyebab kehebohan di kantornya ini? Pada saat Elbert keluar, baik Vita maupun Tessa telah ditenangkan oleh para staf di kantor.

"Ada apa ini?" tanya Elbert.

Salah seorang staf bercerita, kalau ia melihat Vita menjambak rambut Tessa, dan mereka berdua bertengkar.

"Vita! Masuk ke ruanganku, sekarang!" perintah Elbert.

Dengan langkah gontai, Vita berjalan mengikuti Elbert, dan masuk ke ruangan CEO. Di dalam ruangannya, Elbert memarahi Vita habis-habisan.

Elbert menumpahkan semua kekesalannya kepada Vita. Hari ini ia merasa sangat lelah, dan pembicaraannya dengan Adit barusan, membuatnya sangat emosional. Dan bisa-bisanya Vita malahan membuat ulah di kantornya.

"Mengapa kamu tidak izin terlebih dulu denganku, kalau kamu hendak keluar membuat kopi? Kalau aku tahu, aku tidak akan menyuruh Tessa, dan tidak akan ada pertengkaran konyol seperti ini!" amuk Elbert.

Vita hanya menundukkan kepalanya, dan tidak mengucapkan sepatah katapun.

"Segera pulang ke rumah! Aku akan menyuruh sopir untuk mengantarkanmu!" kata Elbert memberi perintah.

Vita terkejut. Apakah Elbert sangat marah dengannya, sehingga ia mengusirnya pergi dari kantor?

Vita berusaha membela diri, "Tapi Elbert ...."

"Tidak ada tapi-tapian!" bentak Elbert.

Vita merasa sedih. Sepertinya Elbert kembali membencinya, sehingga ia tidak ingin melihat wajahnya lagi seperti dulu. Vita segera berbalik, dan hendak keluar dari ruangan Elbert.

"Kamu mau ke mana?" seru Elbert.

Vita menjawab, "Bukankah kamu menyuruhku untuk pergi?"

"Kamu mau keluar dengan penampilan dan baju seperti itu?" omel Elbert.

Sesudah berkata demikian, Elbert segera membuka jas yang dipakainya, dan memakaikannya di tubuh Vita. "Apakah kamu ingin masuk angin? Bajumu basah, dan ruangan di kantor ini semua ber-AC."

Vita terpana mendengar perkataan Elbert. Dan ia semakin terkejut, ketika pria itu mengambil sisir dari saku celananya, dan menyisir rambutnya dengan lembut.

Gadis itu menatap wajah Elbert tanpa berkedip. Saat ini, jarak di antara mereka begitu dekat. Ia bahkan dapat menghirup aroma tubuh Elbert, yang membuatnya merasa sangat nyaman. Vita ingin bersandar di dada bidang Elbert, dan memeluknya erat. Walaupun sedang marah, namun Elbert masih begitu perhatian dengannya. Dan sikap pria itu, membuat Vita begitu terpikat.

Vita menggenggam erat jas milik Elbert. Jas itu terasa begitu hangat, seakan-akan Elbert tengah memeluknya. Ia merasa bahagia.

"Segera pulang dan berganti baju. Bajumu kotor terkena tumpahan kopi," kata Elbert setelah selesai menyisir rambut Vita.

Senyum langsung merekah dari wajah Vita. Ternyata ia salah mengira dengan perkataan pedas Elbert. Pria itu menyuruhnya pulang, agar ia bisa berganti baju, bukan karena membencinya. Elbert memang begitu baik dan perhatian.

"Baiklah kalau begitu, aku akan segera pulang!" seru Vita ceria.

Terpopuler

Comments

Siska

Siska

alahh mak... Kakak El minta di cium... yak

2024-01-03

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Masalah di Keluarga
2 Bab 2. Mencari Pekerjaan
3 Bab 3. Pertemuan Kembali
4 Bab 4. Bunga Telang
5 Bab 5. Masa Lalu Elbert
6 Bab 6. Hutang Pinjaman Online
7 Bab 7. Bonus untuk Vita
8 Bab 8. Menuliskan Harapan
9 Bab 9. Menerbangkan Impian
10 Bab 10. Kepedihan di Masa Lalu
11 Bab 11. Kembali Bekerja
12 Bab 12. Kekasih Elbert
13 Bab 13. Pertemuan dengan Bright Future
14 Bab 14. Es Krim
15 Bab 15. Berdamai dengan Masa Lalu
16 Bab 16. Pertemuan dengan Rere
17 Bab 17. Elbert dan Vita
18 Bab 18. Pertengkaran Vita dan Tessa
19 Bab 19. Penawaran Adit
20 Bab 20. Hari Terakhir Bekerja
21 Bab 21. Kesalahpahaman
22 Bab 22. Vita dan Dokter Arif
23 Bab 23. Percakapan dengan Carissa
24 Bab 24. Bekerja di Rumah Sakit Jiwa
25 Bab 25. Undangan dari Dokter Arif
26 Bab 26. Kode dari Vita
27 Bab 27. Pertemuan dengan Carissa
28 Bab 28. Percakapan dengan Vita
29 Bab 29. Masalah Baru
30 Bab 30. Vita dan Rere
31 Bab 31. Kenangan Bersama Rere
32 Bab 32. Nelson
33 Bab 33. Kenangan di Surabaya
34 Bab 34. Pengakuan Vita
35 Bab 35. Mengunjungi Rere
36 Bab 36. Kenyataan yang Tidak Terduga
37 Bab 37. Tak ingin Menunggu
38 Bab 38. Elbert dan Rere
39 Bab 39. Pelanggaran
40 Bab 40. Menyembunyikan Vita
41 Bab 41. Di Kediaman Dokter Arif
42 Bab 42. Kontrak dari Dokter Arif
43 Bab 43. Perbincangan dengan Vera
44 Bab 44. Vita dan Vera
45 Bab 45. Percakapan Elbert dan Vita
46 Bab 46. Membalik Lawan
47 Bab 47. Pertaruhan
48 Bab 48. Ancaman Rio
49 Bab 49. Tetangga Baru
50 Bab 50. Investasi ke Bright Future
51 Bab 51. Rencana Sentra Kuliner
52 Bab 52. Asisten untuk Elbert
53 53. Membantu Elbert
54 Bab 54. Sabotase
55 Bab 55. Vita dan Elbert
56 Bab 56. Melawan Rio
57 Bab 57. Melawan Rio 2
58 Bab 58. Balkon Apartemen
59 Bab 59. Akhir Rivalitas
60 Bab 60. Rere dan Riana
61 Bab 61. Pernyataan
62 Bab 62. Akhir yang Bahagia
63 Penutup
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1. Masalah di Keluarga
2
Bab 2. Mencari Pekerjaan
3
Bab 3. Pertemuan Kembali
4
Bab 4. Bunga Telang
5
Bab 5. Masa Lalu Elbert
6
Bab 6. Hutang Pinjaman Online
7
Bab 7. Bonus untuk Vita
8
Bab 8. Menuliskan Harapan
9
Bab 9. Menerbangkan Impian
10
Bab 10. Kepedihan di Masa Lalu
11
Bab 11. Kembali Bekerja
12
Bab 12. Kekasih Elbert
13
Bab 13. Pertemuan dengan Bright Future
14
Bab 14. Es Krim
15
Bab 15. Berdamai dengan Masa Lalu
16
Bab 16. Pertemuan dengan Rere
17
Bab 17. Elbert dan Vita
18
Bab 18. Pertengkaran Vita dan Tessa
19
Bab 19. Penawaran Adit
20
Bab 20. Hari Terakhir Bekerja
21
Bab 21. Kesalahpahaman
22
Bab 22. Vita dan Dokter Arif
23
Bab 23. Percakapan dengan Carissa
24
Bab 24. Bekerja di Rumah Sakit Jiwa
25
Bab 25. Undangan dari Dokter Arif
26
Bab 26. Kode dari Vita
27
Bab 27. Pertemuan dengan Carissa
28
Bab 28. Percakapan dengan Vita
29
Bab 29. Masalah Baru
30
Bab 30. Vita dan Rere
31
Bab 31. Kenangan Bersama Rere
32
Bab 32. Nelson
33
Bab 33. Kenangan di Surabaya
34
Bab 34. Pengakuan Vita
35
Bab 35. Mengunjungi Rere
36
Bab 36. Kenyataan yang Tidak Terduga
37
Bab 37. Tak ingin Menunggu
38
Bab 38. Elbert dan Rere
39
Bab 39. Pelanggaran
40
Bab 40. Menyembunyikan Vita
41
Bab 41. Di Kediaman Dokter Arif
42
Bab 42. Kontrak dari Dokter Arif
43
Bab 43. Perbincangan dengan Vera
44
Bab 44. Vita dan Vera
45
Bab 45. Percakapan Elbert dan Vita
46
Bab 46. Membalik Lawan
47
Bab 47. Pertaruhan
48
Bab 48. Ancaman Rio
49
Bab 49. Tetangga Baru
50
Bab 50. Investasi ke Bright Future
51
Bab 51. Rencana Sentra Kuliner
52
Bab 52. Asisten untuk Elbert
53
53. Membantu Elbert
54
Bab 54. Sabotase
55
Bab 55. Vita dan Elbert
56
Bab 56. Melawan Rio
57
Bab 57. Melawan Rio 2
58
Bab 58. Balkon Apartemen
59
Bab 59. Akhir Rivalitas
60
Bab 60. Rere dan Riana
61
Bab 61. Pernyataan
62
Bab 62. Akhir yang Bahagia
63
Penutup

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!