Setelah berbelanja dan sampai di rumah, Elbert segera bersiap untuk membuat es krim. Vita mengingatkan pria itu, untuk memperhatikan kesehatannya, karena otot-otot tangan Elbert baru saja pulih.
"Elbert, kamu tidak perlu membuatnya sekarang," pinta Vita.
Pria itu tetap bersikeras untuk membuatnya. "Aku sangat bersemangat sekali! Apabila aku tidak membuatnya hari ini, aku tidak dapat tidur nyenyak nanti malam."
Akhirnya Vita mengalah, dan membantu Elbert untuk membuat es krim. Mereka sangat menikmati kebersamaan ini. Setelah beberapa lama, akhirnya es krim buatan mereka selesai.
Elbert menarik kursi untuk Vita, dan mempersilahkannya duduk. Kemudian ia mengambil sendok, dan menyuapkan es krim itu ke mulut Vita.
"Bagaimana rasanya? Apakah kamu suka?" tanya pria itu.
Vita menganggukkan kepalanya. "Es krim buatanmu benar-benar enak!" serunya senang.
"Kalau kamu menyukainya, aku akan membuatkannya setiap hari untukmu," kata Elbert.
Vita langsung tertawa. Elbert bertanya kepadanya, apa yang dianggap lucu oleh perawatnya itu?
"Setiap kali aku bilang enak, kamu akan membuatkannya setiap hari untukku. Lihatlah, setiap pagi kamu telah membuatkan steak untukku. Dan sekarang, kamu akan membuatkanku es krim setiap hari," jawab Vita.
Elbert bertanya lebih lanjut, "Apakah kamu merasa bosan? Kalau begitu, aku akan memasakkan makanan dan kudapan, yang selalu berbeda setiap harinya."
"Bukan itu maksudku. Hanya saja, aku tidak ingin merepotkanmu," ucap Vita memberi alasan.
"Aku tidak merasa direpotkan olehmu. Apalagi memasak dapat melatih otot-otot tanganku juga," elak Elbert. "Kamu buat saja daftar makanan yang kamu sukai, aku akan memasakkannya untukmu."
Vita semakin tertawa geli. Lalu Elbert mengambil ponselnya, dan membuka aplikasi catatan. Ia meminta Vita untuk menyebutkan makanan yang disukainya, dan ia akan mencatatnya.
Sebelum tidur malam, Vita kembali merenungkan pengalamannya bersama Elbert hari ini. Ia merasa bahagia.
"Nyonya Carissa memang benar. Selama emosional Elbert terkendali, ia adalah pria yang baik dan menyenangkan," batinnya.
Lalu Vita membayangkan, seandainya ia berjodoh dengan Elbert, betapa menyenangkannya. Pria itu baik dan pandai memasak. Terlebih Elbert merupakan kakak laki-laki Nico. Apabila ia kelak menikah dengan Elbert, maka Ella akan menjadi adik iparnya.
Namun Vita buru-buru menyadarkan dirinya. "Astaga Vita, apa yang telah kamu pikirkan? Apakah kamu terlalu lama lajang, sehingga langsung berpikir terlalu jauh? Sadar, sadar, sadarlah Vita! Elbert adalah pasienmu. Bekerjalah dengan profesional!"
Setelah mengucapkannya, Vita langsung menutup tubuhnya dengan selimut. Tidak lama kemudian, Vita pun tertidur.
. --o0o--
Sementara itu, Elbert masih teringat dengan kegagalannya, dalam membeli saham Bright Future. Namun ia tidak ingin menyerah. Elbert berusaha mencari informasi sebanyak mungkin melalui internet.
Dari penelusurannya, Elbert mengetahui mengenai peranan ayah Vita di Bright Future. Agung Setiabudi, adalah orang yang bertanggung jawab dalam kasus sengketa tanah.
Membaca banyak informasi yang simpang siur di dunia maya, Elbert ingin memastikan kebenarannya. Ia segera menelepon anak buahnya, untuk mencari informasi lebih lanjut. Siapa saja pihak yang terlibat? Dan bagaimana kelanjutan kasus ini?
Setelah menelepon anak buahnya, Elbert merebahkan tubuhnya di kursi. Ia teringat dengan percakapannya dengan Adit.
"Apakah kamu tahu di mana Rere sekarang? Saat ini ia berada di rumah sakit jiwa, dan terus menerus mengkonsumsi obat penenang! Aku tahu kamu juga mengalami musibah. Tapi kini, kamu dapat berjalan dan bekerja kembali. Sedangkan Rere? Apa yang telah dialami Rere, itu jauh lebih buruk dari pada yang pernah kamu alami!"
Elbert tersentak. Ia kembali menelepon anak buahnya, untuk mencari informasi terkini mengenai Rere. Termasuk di mana gadis itu berada.
Setelah menutup telepon, Elbert menghela napas panjang. Apakah ia yakin, bahwa dirinya telah siap untuk bertemu dengan Rere kembali?
Kemudian Elbert duduk di ranjang, dan mengambil salah satu buku, yang berada di atas mejanya. Saat ia terpuruk pasca mengalami kecelakaan, banyak keluarga dan sahabat, yang memberikannya buku mengenai motivasi hidup.
Elbert membaca buku yang diambilnya itu. Ada sebuah kalimat yang menarik perhatiannya, dan ia membacanya perlahan.
"Ketika kamu memaafkan seseorang, pada awalnya kamu akan mengira, bahwa kamu telah membebaskan orang yang menyakitimu itu, dari 'penjara kegelapan'. Namun setelah kamu melakukannya, kamu akan menyadari, bahwa orang yang berada dalam 'penjara kegelapan' itu, sebenarnya adalah dirimu sendiri."
Lalu Elbert membacanya kalimat selanjutnya, "Kebencian akan menghilangkan sinar kedamaian dalam hatimu. Pada saat kamu memaafkan orang yang telah menyakiti hatimu, kamu telah melepaskan rasa sakit dalam dirimu, dan membuatmu menemukan kedamaian dalam hidupmu kembali."
Setelah membaca tulisan itu, Elbert termenung. Untuk apa ia terus menerus merasa terluka karena Rere? Gadis itu juga telah mendapatkan balasannya.
Elbert menyandarkan kepalanya di dinding. Air mata mengalir dari kedua matanya. Ia menyadari, sejatinya orang yang kuat, bukanlah orang yang tidak pernah menangis, ataupun orang yang sanggup untuk memindahkan gunung. Tetapi orang yang kuat itu, adalah orang yang mampu untuk memaafkan kesalahan orang lain.
. --o0o--
Keesokan harinya, Elbert memutuskan untuk tidak bekerja. Ia mengajak Vita untuk menemaninya ke suatu tempat.
"Kita mau kemana?" tanya gadis itu.
Elbert menjawab, "Kamu akan tahu sendiri."
Ternyata, Elbert mengajak Vita ke sebuah rumah sakit jiwa. Rupanya tadi pagi, Elbert mendapatkan informasi dari anak buahnya, lokasi di mana Rere dirawat.
"Kamu tidak merasa takut berada di sini?" tanya Elbert, ketika mereka mulai memasuki rumah sakit jiwa.
Vita menggeleng.
Elbert berkata, "Baguslah. Karena sejujurnya, aku merasa sangat takut."
Kemudian langkah Elbert terhenti, di depan pintu salah satu kamar. Dari balik pintu, terdengarlah teriakan seorang gadis. Mendengar teriakan itu, Vita menjadi teringat pengalamannya, saat ia pertama kali datang ke rumah Elbert. Ia memandang Elbert, yang tampak ragu untuk mengetuk pintunya.
"Siapa yang akan kita temui?" tanya Vita.
Elbert menjawab, "Rere, mantan kekasihku."
Mata Vita terbelalak. Ia pun mengkhawatirkan kondisi emosional pria itu. Vita tahu, setiap kali teringat dengan Rere, Elbert akan hilang kendali.
"Elbert, kalau kamu merasa tidak siap, kita coba lain kali saja ya," pinta Vita.
Namun Elbert berujar, "Seperti kataku dahulu, kita tidak akan pernah merasa benar-benar siap, untuk bertemu dengan mantan. Semakin cepat bertemu dengannya, itu malahan semakin baik."
Kata-kata Elbert malahan membuat Vita semakin cemas. Ia berusaha mencegahnya, agar kejadian kemarin tidak terulang kembali. Namun Elbert malahan mengetuk pintu itu, dan salah seorang perawat membukakan pintu untuk mereka.
Ruangan yang mereka datangi, sepertinya adalah kamar pasien VVIP. Kamar itu berukuran cukup luas dengan banyak fasilitas pribadi, memiliki kamar mandi dalam, dan hanya diisi oleh satu orang saja.
Dari depan pintu, Elbert dan Vita dapat melihat, bahwa ada seorang gadis yang sedang berusaha ditenangkan oleh dua orang perawat. Dan gadis itu adalah Rere.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments