Setelah itu, Elbert langsung menuju ke dapur. Hatinya sangat senang, dan ia hendak membuatkan sarapan untuk semua orang di rumahnya. Dengan dibantu oleh beberapa asisten rumah tangga, Elbert sibuk meracik saus, mengolah bumbu daging, hingga memasak steak dengan kematangan yang pas.
Bau harum steak itu memenuhi seisi rumah, dan menggugah selera Vita. Gadis itu langsung merasa lapar, dan segera menuju ke dapur.
"Dari aromanya, sepertinya steak buatanmu sangat enak," kata Vita sambil berkali-kali menghirup harum steak yang sedang dipanggang.
Elbert tersenyum. "Duduklah dahulu di ruang makan, sebentar lagi steaknya matang."
Vita menurut dan ia langsung duduk manis di kursi makan. Beberapa saat kemudian, Elbert menyajikan steak itu kepada Vita.
"Cobalah! Mudah-mudahan kamu suka," ucap Elbert sambil menuangkan saus di atas steak itu.
Vita memotong steak itu dan memakannya. "Enak sekali steak buatanmu!" puji Vita. "Kematangannya pas, perpaduan saus dan dagingnya juga sangat enak."
"Kamu suka? Kalau kamu suka, setiap pagi aku akan masakkannya khusus untukmu," ujar Elbert.
Vita memandang Elbert tidak percaya. "Khusus untukku?" tanyanya.
Elbert menjadi salah tingkah. "Ehm itu, maksudku .... Begini maksudku, kamu adalah perawat, sekaligus pelatih fisioterapiku. Kupikir memasak dapat berguna, sebagai sarana untuk melatih otot-otot tanganku. Jadi kamu dapat menilai mengenai keberhasilan terapiku, melalui masakan yang telah kubuat," kata Elbert beralasan.
Vita mengangguk-anggukkan kepalanya. Alasan Elbert masuk akal. Apabila dilakukan melalui aktivitas yang disukai, persentase keberhasilan terapi menjadi lebih besar, karena pasien lebih termotivasi.
Kemudian Vita teringat, kalau siang hari ini ia memiliki janji dengan dokter Arif. Maka Vita meminta izin kepada Elbert, untuk diperbolehkan keluar sejenak. Elbert pun mengizinkannya.
. --o0o--
Saat Vita pergi menemui dokter Arif, Elbert sibuk mencari informasi mengenai pekerjaan ayah Vita. Ia mendapat informasi dari Nico, bahwa ayah Vita bernama Agung Setiabudi. Namun Nico tidak memberi tahu, di mana ayah Vita itu bekerja.
Elbert menjadi penasaran. Ia membuka laptopnya, untuk mencari tahu lebih lanjut. Berdasarkan penelusuran melalui internet, Elbert mengetahui bahwa ayah Vita adalah seorang direktur, di sebuah perusahaan properti yang bernama Bright Future.
Melihat tulisan Bright Future, Elbert sangat terkejut. Bright Future adalah nama perusahaan milik keluarga Rere, yang merupakan mantan kekasih Elbert.
Mau tak mau, Elbert pun kembali teringat dengan wanita itu. Rere merupakan adik kelas Elbert, saat keduanya menempuh pendidikan di Australia. Saat mengetahui bahwa Elbert berteman dengan Rere, Carissa berinisiatif untuk menjodohkan keduanya. Terlebih Rere adalah anak dari sahabatnya.
Orang tua Rere setuju dengan rencana Carissa, dan memaksa Rere untuk menerima perjodohan itu. Mereka tidak peduli, bahwa Rere telah memiliki kekasih bernama Rio, yang berada di Indonesia. Kedua orang tua Rere merasa, bahwa pernikahan dengan keluarga Elbert, akan lebih menguntungkan mereka secara bisnis.
Berbeda dengan Rere, walaupun merupakan hasil dari perjodohan, Elbert sungguh-sungguh mencintai Rere. Dan tanpa Elbert sadari, Rere masih menjalin hubungan dengan Rio secara diam-diam.
Dua bulan sebelum mereka menikah, Nico menunjukkan bukti perselingkuhan antara Rere dengan Rio. Elbert marah dan membatalkan rencana pernikahan mereka.
Penderitaan Elbert tidak hanya sampai di situ. Suatu hari, video intim antara Rere dengan Rio tersebar di internet. Dengan status Elbert yang hampir menjadi suami Rere, ia pun ikut terkena imbasnya. Sebagian orang mengasihaninya, dan sebagian lagi menjadikannya bahan olok-olok di media sosial.
Elbert menghela napas panjang dan menutup kedua matanya. Ia menjadi ragu, apakah dirinya perlu mencari tahu lebih lanjut, mengenai kasus yang menimpa ayah Vita? Apabila ia meneruskan penyelidikannya, dirinya akan kembali berhubungan dengan keluarga Rere. Dan mungkin saja, ia dapat berhubungan dengan Rere kembali.
Tiba-tiba saja, bayangan wajah Rere muncul di kepala Elbert. Seorang wanita yang cantik, terpelajar, dan cukup perhatian. Elbert teringat, bagaimana dahulu ia melamar Rere.
Walaupun mereka dijodohkan, Elbert ingin menyakinkan Rere, bahwa ia benar-benar mencintai gadis itu dengan segenap hati. Elbert mengajak Rere untuk rekreasi di alam bersama. Ia memasakkan makan malam untuknya, dan melamarnya di bawah bintang-bintang. Namun segala kebaikan dan ketulusan hati Elbert, ternyata belum dapat menggeser posisi Rio di hati Rere.
Kemudian bayangan Rio terbesit di kepalanya, beserta video intim antara pria itu dengan Rere. Darah Elbert menjadi mendidih. Jantungnya pun turut berdegup kencang, dan sekarang kepalanya menjadi sangat pusing.
"Arrgghh!!! Sialan kau, Rere! Sialan kau, Rio! Sialan kalian berdua!!!" teriaknya sambil menutup kedua telinganya.
Lalu Elbert membanting laptopnya, dan semua barang-barang yang ada di meja kerjanya. Ia merasa sangat marah.
. --o0o--
Sementara itu, Vita bertemu dengan dokter Arif di sebuah kafe. Dokter Arif bertanya, mengapa Vita mengembalikan uang pemberiannya. Vita berkata, kalau selama ia mampu, ia akan mengusahakannya sendiri.
Dokter Arif memberikan nasehat, "Vita, lebih baik kamu menyimpannya. Kamu dapat menggunakannya kelak, sebagai biaya perkuliahanmu."
Vita hanya diam saja.
"Jangan menolak rezeki. Atau setidaknya, hargailah usaha orang yang ingin menolongmu," pinta dokter Arif.
Vita menatap dokter Arif. Kata-kata pria itu benar. Akhirnya Vita menerima uang pemberian dokter Arif, dan mengucapkan banyak terima kasih kepadanya.
Tidak lama kemudian, hidangan keduanya datang. Vita memesan sepiring nasi goreng, sedangkan dokter Arif memesan seporsi steak. Dokter Arif memotong steak itu, dan menyodorkannya ke mulut Vita.
"Apakah kamu mau mencobanya? Steak ini berasal dari daging wagyu, yang diolah secara khusus," ujar dokter Arif.
Vita mengangguk dan membuka mulutnya. Saat mengunyah steak itu, ia malahan teringat dengan steak buatan Elbert tadi pagi. Vita merasa, steak buatan Elbert itu jauh lebih enak, daripada steak yang diberikan oleh dokter Arif.
Tiba-tiba ponsel Vita berdering, ia pun segera mengangkatnya. Gadis itu mendengar, bahwa Elbert kembali mengalami ledakan emosi, dan membanting barang-barang. Vita pun bergegas kembali, dan berpamitan dengan dokter Arif.
"Dokter Arif, terima kasih untuk hari ini. Namun aku harus segera kembali bekerja. Elbert tiba-tiba marah, dan membanting barang-barang," kata Vita.
Sesampainya di rumah Elbert, Vita melihat banyak sekali barang yang berceceran di lantai. Beberapa asisten rumah tangga tampak membereskan pecahan-pecahan barang. Vita mencari Elbert, dan melihat pria itu sedang duduk terdiam di kursi rodanya.
Vita mendekati Elbert dan bertanya dengan lembut, "Elbert, apa yang membuatmu marah seperti ini?"
"A- Aku teringat dengan Rere, mantan kekasihku dulu," jawab Elbert terbata-bata.
Kemudian Vita mengambil sehelai kertas, dan melipatnya menjadi seekor burung bangau. Ia meletakkan bangau kertas itu di tangan Elbert.
"Lihatlah burung bangau ini, apabila kamu merasa emosi. Jangan terus menoleh ke belakang, tetapi lihatlah ke depan. Fokuslah terhadap mimpimu, dan apa yang ingin kamu capai," ucap Vita.
Elbert melihat bangau kertas itu, dan menatap ke arah Vita. Ia menyadari, saat ini ada Vita yang berada di sampingnya. Ia pun menganggukkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments