Vita diajak oleh Carissa ke taman belakang rumah. Di sana ada sebuah kursi panjang yang terbuat dari baja, dan Carissa mempersilahkan Vita untuk duduk di sana. Setelah mereka berdua duduk, mama Elbert itu meminta salah satu asisten rumah tangganya, untuk membuatkan mereka minuman.
Sambil menunggu minuman di hidangkan, Carissa mengajak Vita berbincang. "Taman ini adalah tempat favorit saya. Saya sangat suka menghabiskan waktu berada di sini."
Vita melihat ke kiri dan kanannya. Taman ini memang sangat indah dan terawat. Apalagi malam hari seperti sekarang, dan diterangi dengan banyak lampu hias.
Di tengah taman ada sebuah kolam dengan air terjun kecil, dengan belasan ikan koi berukuran jumbo. Di pojok kanan taman terdapat beberapa pohon palem. Di sisi sebelah kiri yang dekat dengan tembok, ada beberapa pohon bonsai yang tertata rapi. Dan di sekitar mereka duduk, ada banyak sekali tanaman bunga warna-warni.
"Sepertinya nyonya Carissa adalah pecinta bunga," batin Vita. "Ada bunga mawar, anggek, anthurium, melati, sampai bunga telangpun ada."
Tiba-tiba Vita tersentak. "Tunggu, aku tidak salah lihat, bukan?" guman Vita di dalam hati. Lalu ia memperhatikan bunga berwarna biru itu dengan seksama. "I-itu benar bunga telang! Ternyata ada bunga telang di taman rumah ini!"
"Ada apa Vita? Apakah kamu suka dengan taman ini?" tanya Carissa.
Vita menjawab, "Su-suka, Nyonya. Saya suka, sangat suka."
Carissa tersenyum. Dan tidak lama kemudian, seorang asisten rumah tangga datang sambil menyuguhkan minuman. Vita lebih terkejut lagi, karena minuman yang disajikan adalah minuman bunga telang!
Vita kembali berguman dalam hati, "Astaga, betapa bodohnya diriku! Mengapa aku tidak terlebih dahulu bertanya, apakah ada bunga telang di rumah ini?"
"Konon bunga telang dapat mengurangi gejala kecemasan dan depresi," kata Carissa sambil mempersilahkan Vita untuk minum. "Cobalah, rasanya enak. Elbert juga suka minum minuman ini."
Vita semakin menyesali kebodohannya. "Pantas saja Elbert berkata kalau ia ingin bunga telang yang masih segar, dan baru dipetik dari tanamannya. Awalnya kukira ia sengaja mengerjaiku. Tapi ternyata, aku yang salah paham dengannya. Sekarang aku maklum, kalau Elbert kesal karena menungguku terlalu lama."
"Elbert memiliki lidah yang cukup peka. Ia mampu membedakan, mana minuman yang berasal dari bunga segar, atau bunga yang dikeringkan," ujar Carissa sambil menyeruput minumannya.
Mendengar nama Elbert disebut, Vita menjadi semakin merasa bersalah terhadapnya. Melihat Vita yang tampak diam dari tadi, Carissa pun bertanya, "Apa yang kamu pikirkan?"
"Tidak ada apa-apa, Nyonya," jawab Vita sambil tersipu malu.
Carissa meletakkan cangkirnya di meja dan berbicara, "Tampaknya Elbert membuatmu marah hari ini. Namun percayalah, sebenarnya Elbert adalah anak yang sangat baik, suka menolong, dan penurut."
"Walau kali ini aku yang salah, aku tidak yakin dengan kata-kata nyonya Carissa. Karena setiap ibu pasti akan membela anaknya," ujar Vita dalam hati.
Carissa menatap Vita yang tampak diam seribu bahasa. Ia berusaha meyakinkan Vita. Dirinya sudah lelah berkali-kali mengganti perawat, dan berharap Vita dapat bertahan cukup lama di sini."
"Aku tidak berbohong padamu. Kecelakaan dan berbagai masalah yang terjadi padanya, membuatnya berubah 180 derajat," ucap Carissa.
Vita teringat kenangannya saat bertemu dengan Elbert di pernikahan Ella dan Nico. Saat itu, Elbert tampak baik dan sopan. Jiwa penasaran gadis itu muncul. Terlebih, Elbert adalah kakak ipar dari sahabatnya sendiri. Ia pun bertanya, "Apakah saya boleh tahu, masalah apa yang membuat Elbert berubah?"
Carissa terdiam selama beberapa saat. Vita baru pertama kali bekerja di tempat ini. Apakah gadis itu dapat dipercaya?
Vita tidak menyerah untuk mendapatkan informasi mengenai Elbert. Ia mencoba merayu Carissa untuk bercerita. Mula-mula ia memperkenalkan dirinya, sebagai mahasiswa koas kedokteran, yang bercita-cita menjadi seorang psikiater handal.
Kemudian Vita menceritakan permasalahan yang sedang ia hadapi, dan juga permasalahan-permasalahan umum yang terjadi dalam sebuah keluarga. Vita menyadari, agar seseorang dapat membuka diri terhadapnya, maka ia harus terlebih dahulu membuka diri terhadap orang itu.
Usaha Vita membuahkan hasil, ia akhirnya dapat membuat Carissa bercerita tentang masa lalu Elbert. Selain itu, Carissa juga menyadari, bahwa dirinya membutuhkan seseorang untuk berbagi. Ia juga berharap, penjelasan tentang masa lalu Elbert, dapat membuat Vita dapat memaklumi kondisi putranya tersebut.
Carissa bercerita, bahwa Elbert adalah anak yang terlalu baik, sehingga kebaikannya sering dimanfaatkan oleh orang-orang. Karena itulah, Carissa dan suaminya sangat mengatur setiap keputusan, yang diambil oleh Elbert. Terlebih Elbert adalah anak tertua, yang dianggap sebagai penerus keluarga.
Mama Elbert itu terkadang prihatin dengan kondisi putranya. Elbert kurang menyukai dunia bisnis, dan lebih suka memasak. Namun Alec, papa dari Elbert, memaksanya untuk mengambil kuliah jurusan bisnis, dan menjalankan perusahaan keluarga. Dan malangnya, Elbert dianggap kurang cakap dalam mengurus perusahaan, sehingga kerap kali dimarahi habis-habisan oleh papanya.
Hal sama juga terjadi dalam kisah percintaan Elbert. Carissa merasa, semua mantan yang pernah dipacari oleh putranya, hanya memanfaatkannya demi uang saja. Sehingga Carissa berinisiatif untuk menjodohkannya dengan anak dari salah satu sahabatnya.
Namun malang, gadis pilihan Carissa itu diam-diam berselingkuh di belakang Elbert. Akhirnya mereka putus, dan rencana pernikahan yang telah dipersiapkan, terpaksa dibatalkan.
Puncaknya, Elbert mengalami kecelakaan mobil, saat hendak bertemu dengan klien di luar kota. Sebenarnya, Nicolah yang akan bertemu dengan klien itu. Namun Elbert memahami posisi Nico, yang baru saja menikah. Ia sengaja memberikan kesempatan kepada adiknya, untuk menikmati kebersamaan sebagai pengantin baru dengan Ella. Sehingga selama beberapa waktu, Elbert yang lebih banyak mengunjungi klien di luar kota. Namun niat baiknya itu malahan berakhir dengan kecelakaan, yang menyebabkan kedua kaki Elbert lumpuh.
"Selama bertahun-tahun, Elbert selalu berusaha untuk membahagiakan orang lain. Namun yang terjadi padanya, malahan kekecewaan dan musibah yang datang silih berganti," ucap Carissa pelan.
Vita terdiam. Ia sekarang memahami, mengapa Elbert menjadi seperti ini. Bagaimanapun manusia itu terbatas. Kekecewaan dan rasa sakit hati Elbert telah memuncak, sehingga berakhir seperti sekarang ini.
Carissa memandang Vita yang tampak termenung. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan topik lain. "Bagaimana dengan hari pertamamu bekerja?" tanyanya.
Kemudian Vita menceritakan tentang kesalah pahaman mengenai bunga telang kepada Carissa. Bagaimana ia sampai mencarinya di taman rumah sakit, dan beberapa penjual tanaman.
"Saya tidak menyangka kalau ada tanaman bunga telang di rumah ini. Saya memang bodoh, karena tidak bertanya sejak awal," kata Vita.
Carissa bertanya, "Di mana tanaman itu sekarang?"
"Saya hanya membeli bunga telangnya saja. Karena saya pikir, saya akan kerepotan saat membawa tanamannya kemari," jawab Vita.
"Apakah harga bunga telangnya saja, itu setara dengan harga satu pot tanamannya?" tebak Carissa.
Vita mengangguk. Carissa merasa iba dengan perawat anaknya itu. Lalu ia berkata, segala biaya yang berhubungan dengan Elbert, akan ditanggung olehnya.
"Terima kasih, Nyonya. Maaf kalau saya merepotkan Anda," ujar Vita.
Sesudah itu, Carissa mengajak Vita untuk beristirahat karena hari sudah malam. Saat berada di kamarnya, Vita termenung. Ia merasa prihatin dengan Elbert. Gadis itu berjanji akan berusaha lebih sabar dan berempati padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments