Hubungan antara Vita dengan Elbert semakin membaik dari hari ke hari. Menyadari bahwa kondisi emosional pasiennya sudah mulai membaik, Vita mencoba untuk melakukan fisioterapi sederhana untuk Elbert. Salah satu fisioterapi yang dilakukan, adalah melatih otot tangan. Seperti berlatih menggenggam, menggunakan bola terapi, serta berbagai macam aktifitas motorik halus sederhana.
Vita menyadari, bahwa salah satu faktor keberhasilan fisioterapi, adalah kemauan dari pasien itu sendiri. Dengan membantu Elbert menemukan tujuan hidup yang ingin dicapai, maka progres keberhasilan fisioterapi akan semakin cepat. Maka kali ini, Vita menemui Elbert sambil membawa sebungkus kertas origami. Ia akan mengajak Elbert untuk melipat kertas bersama-sama.
"Elbert, lihat apa yang kubawa!" seru Vita ceria.
Lalu Vita mendorong kursi roda Elbert menuju meja dan berkata, "Kali ini kita akan membuat burung bangau dari kertas origami." Setelah itu, ia mengeluarkan selembar kertas origami berwarna merah, yang berada di tumpukan paling atas, dan mengajari Elbert cara melipatnya.
Sambil melipat origami, Vita bercerita, "Apakah kamu tahu? Burung bangau merupakan simbol keberuntungan, kesetiaan, kehormatan, serta umur yang panjang. Konon, jika seseorang berhasil melipat 1.000 origami bangau, maka keinginannya dapat terkabul."
"Aku tidak percaya mitos," tolak Elbert.
Vita terdiam selama beberapa saat. Namun ia tidak ingin menyerah. "Memang benar, kita tidak boleh percaya pada mitos," ujarnya.
Kemudian Vita mengambil pulpen dan selembar kertas origami berwarna biru. "Jadi aku akan menuliskan apa yang menjadi harapanmu pada kertas ini, lalu akan melipatnya menjadi burung bangau."
"Mengapa harus dilipat? Tidak hanya ditempelkan saja pada dinding?" protes Elbert.
Vita meletakkan pulpennya dan membatin dalam hati, "Tentu saja harus dilipat. Tujuan utamaku mengajakmu melipat origami, adalah untuk melatih otot tanganmu."
"Saat kita melipat origami, diibaratkan seperti kita sedang berusaha, untuk meraih impian yang telah kita tuliskan. Ayo sebutkan apa saja harapanmu? Aku akan membantu menuliskannya untukmu," rayu Vita.
Elbert tampak tidak tertarik. "Harapan? Apa itu harapan?" tanyanya dengan ekspresi datar.
Vita memandang Elbert. Ia memahami mengapa pria itu memiliki sikap yang pesimis. Vita pun berusaha menyemangatinya.
"Apakah kamu pernah mendengar percobaan, tentang tikus yang dimasukkan ke dalam wadah berisi air?" tanya Vita.
Elbert menggeleng. Vita tersenyum dan berkata, "Aku akan menceritakannya padamu."
Lalu Vita bercerita. Pada tahun 1950an, ada seorang peneliti yang melakukan eksperimen terhadap tikus, untuk mengetahui berapa lama mereka dapat bertahan di dalam air. Peneliti itu memasukkan tikus ke dalam gelas yang sudah diisi air. Gelas itu sangat panjang dan juga besar, sehingga tikus tersebut tidak dapat melompat, untuk menyelamatkan dirinya.
Pada percobaan pertama, rata-rata tikus akan kelelahan, dan tenggelam dalam kurun waktu 15 menit. Pada percobaan kedua, peneliti itu melakukan sesuatu yang berbeda. Tepat sebelum tikus itu akan tenggelam, peneliti itu menariknya keluar, dan membiarkannya beristirahat selama beberapa menit. Kemudian, ia kembali memasukkannya ke dalam gelas yang berisi air.
"Coba tebak, berapa lama tikus itu dapat bertahan?" tanya Vita.
Elbert berpikir sejenak. "Hmm sekitar 15 menit juga," tebaknya.
"Bukan," kata Vita. "Tikus itu dapat bertahan selama 60 jam."
Elbert tersentak mendengar jawaban Vita.
"Kamu tahu mengapa tikus itu dapat berenang selama 60 jam, dari yang awalnya hanya mampu bertahan selama 15 menit saja? Itu karena tikus itu memiliki harapan. Harapan kalau dirinya akan diselamatkan," ujar Vita.
Lalu gadis itu melanjutkan ucapannya, "Suatu harapan bisa menghasilkan energi yang luar biasa. Ketika kamu bisa melihat cahaya walau hidupmu dikelilingi oleh kegelapan, itulah harapan."
Elbert masih terdiam. Vita segera mengambil pulpen dan sambil tersenyum ia berkata, "Jangan takut bermimpi, karena mimpi itu gratis."
Melihat senyum pada wajah Vita, akhirnya Elbert ikut tersenyum. Ia mulai membuka diri kepada Vita. Pria itu bercerita, kalau ia ingin menjadi koki, membuka sebuah restoran, dan bahkan suatu kawasan kuliner tersendiri. Vitapun menuliskan impian Elbert itu pada kertas origaminya.
Selain itu, Elbert juga ingin Vita menuliskan harapannya, agar kedua orang tuanya selalu sehat. Ia juga berharap agar kandungan Ella tidak mengalami masalah, sehingga Nico dapat menjadi seorang ayah.
Vita bertanya pada Elbert, "Kamu sama sekali tidak menyinggung tentang asmara. Apakah kamu tidak ingin menikah, dan membangun sebuah keluarga seperti Nico?"
"Tentu saja aku ingin," jawab Elbert.
Vita menanyakan seperti apa kriteria wanita idaman Elbert. Namun pria itu tidak mau menceritakannya. Vita tidak tinggal diam, ia berusaha memancing Elbert.
"Rata-rata pria menyukai wanita yang cantik, mungil, dan langsing. Aku akan menuliskannya!" goda Vita.
Elbert segera mencegahnya, "Vita jangan!"
"Kenapa?" tanya Vita.
Elbert memandang Vita. Gadis itu berperawakan tinggi, agak gemuk, dan memiliki paras yang biasa saja. "Aku bukan orang yang mementingkan fisik. Jadi tidak perlu menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan itu."
"Kamu menyukai wanita yang kepribadiannya seperti apa?" tanya Vita sambil membalas tatapan Elbert.
Elbert menjadi kikuk. "Dia seperti .... Ehm ..., aku suka wanita yang seperti ...."
"Aku tahu!" seru Vita tiba-tiba. "Kamu pasti mencari wanita yang setia bukan? Kamu pernah berkata, kalau kamu benci dengan pengkhianatan."
Elbert segera menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Iya benar! Aku suka wanita setia."
"Wanita yang tidak matre!" seru Vita lagi. Ia teringat kalau mantan pacar Elbert, hanya memanfaatkannya saja.
"Iya, iya benar!" kata Elbert.
"Wanita yang tangguh!" seru Vita antusias. Ia berpikir kalau Elbert pasti membutuhkan sosok seperti itu. Karena saat Elbert sedang depresi, pria itu bisa sangat emosional dan membanting barang.
"Iya, benar, benar!" Elbert menganggukkan kepalanya lagi.
"Seorang dokter?" tanya Vita. Gadis itu berpikir, bahwa Elbert sebaiknya memiliki pasangan yang bisa merawatnya.
"Benar, seorang calon dokter!" seru Elbert.
Setelah berkata seperti itu, keduanya menjadi terdiam. Keadaan menjadi canggung selama beberapa menit. Kemudian Elbert melirik Vita yang tampak terdiam. "Apakah Vita menyadari sesuatu?" batinnya.
"Ada apa?" tanya Elbert, membuka percakapan dengan gadis itu.
Vita menghela napas dan menjawab, "Setiap kali mendengar kata dokter, terkadang aku merasa sedih. Seharusnya tahun depan aku telah lulus, dan menjadi seorang dokter."
Elbert berusaha menghibur Vita. Lalu ia mengambil selembar kertas origami berwarna merah dan berujar, "Kamu juga tuliskan, apa yang menjadi harapanmu."
Vita tersenyum dan ia segera menuliskan impiannya. Elbert melihat apa yang dituliskan oleh gadis itu. Pertama, Vita ingin agar papanya segera bebas dari penjara. Kedua, ia juga ingin melanjutkan perkuliahannya dan dapat menjadi seorang dokter. Ada banyak sekali hal yang ditulis oleh Vita, sampai-sampai kertas itu tidak cukup, dan ia mengambil selembar kertas origami berwarna merah lagi.
Pada kertas kedua, Vita menulis harapannya untuk dapat menikah dengan pria yang tampan, tinggi, dan berbadan atletis. Mengetahui kriteria pria idaman Vita, Elbert menjadi kecewa. Ia berperawakan agak pendek dan duduk di kursi roda. Elbert juga menyadari, bahwa dirinya tidak begitu tampan.
Setelah selesai menuliskan semua harapannya, Vita segera melipat kertas origami itu dengan penuh semangat. Namun tidak dengan Elbert.
"Mengapa kamu diam saja?" tanya Vita.
Elbert mengambil salah satu bangau kertas yang ada di depannya dan menjawab, "Walaupun berbentuk burung, namun tetap saja burung ini tidak dapat terbang. Ia hanya berada di dalam kamar, dan cukup dipandang saja."
Melihat Elbert yang kembali lesu, Vita tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu. "Kamu tenang saja. Beri aku waktu sejenak, aku akan kembali sesegera mungkin."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments