Bab 11. Kembali Bekerja

Selama beberapa waktu, Elbert memilih untuk tidak mencari tahu lebih lanjut mengenai keterlibatan ayah Vita di Bright Future. Dirinya masih belum siap untuk berhubungan kembali dengan keluarga Rere.

Hingga suatu hari, Elbert mendengar pembicaraan antara Vita dengan Vera di telepon. Adik Vita itu menangis, karena mengalami perundungan di sekolah, dikarenakan ayah mereka menjadi seorang narapidana.

Vita mencoba merayu adik semata wayangnya itu untuk tetap bertahan. Namun Vera bersikeras tidak mau melanjutkan sekolahnya.

"Aku tidak mau sekolah lagi, Kak! Aku tidak mau! Aku sudah tidak tahan terus menerus dihina sebagai anak tahanan!" seru Vera sembari terisak.

Vita menghela napas panjang. Adiknya ini memang kerap kali membuatnya pusing tujuh keliling. Pada akhirnya, Vera membiarkan adiknya itu, untuk berhenti melanjutkan sekolahnya. Vera sangat senang dan ia berkata, kalau ia akan mencoba untuk bekerja.

Setelah menutup teleponnya, Vita membalikkan badannya, untuk pergi ke kamar Elbert. Ia terkejut karena ternyata Elbert ada di belakangnya.

"Apakah Elbert mendengar pembicaraanku di telepon? Sudah berapa lama ia berada di belakangku, tanpa aku menyadarinya?" batin Vera.

Di lain pihak, Elbert menjadi kikuk karena Vita menatap wajahnya cukup lama. "Kenapa memandangku seperti ini? Aku tidak mendengar pembicaraanmu dengan Vera sama sekali! Memangnya kenapa dengan anak narapidana? Mengapa ia harus mendapatkan perundungan?" tanyanya.

Lalu Elbert melanjutkan, "Aku ..., aku hanya mau mengambil air di dispenser yang berada di dekatmu. Kamu minggir dulu!"

Vita memberi jalan pada Elbert untuk lewat. Sambil menatap Elbert yang sedang mengambil air, ia berujar dalam hati, "Sepertinya Elbert mendengar semua pembicaranku dengan Vera. Namun ia tidak mau mengakuinya."

"Elbert, tenang saja. Aku tidak marah, kalau kamu mendengar pembicaraanku," kata Vita yang berusaha menenangkannya.

Lagi-lagi Elbert mengelak, "Memang siapa yang menguping pembicaraanmu? Aku baru saja datang. Mana makan siangku? Aku sudah lapar."

"Makan siang? Bukankah ini masih jam sebelas? Lagipula Elbert baru saja makan kue pukul sepuluh, tidak mungkin kalau ia sudah merasa lapar," batin Vita geli.

Gadis itu merasa Elbert sangat lucu, dan ia tersenyum manis kepadanya. Melihat senyuman Vita, wajah Elbert menjadi memerah. Namun ia berusaha untuk mengalihkannya. "Kenapa kamu hanya diam saja? Cepat siapkan makan siangku," perintahnya sambil mendorong kursi rodanya membelakangi Vita.

Vita semakin geli dengan kelakuan Elbert. "Iya, iya. Akan segera kusiapkan."

Selepas makan siang, Vita mengantarkan Elbert ke klinik dokter Arif, bersama dengan Carissa. Elbert akan menjalani fisioterapi lebih lanjut di sana.

Doktet Arif menawarkan kerangka robotik, yang bisa membantu pasien lumpuh berjalan kembali. Elbert berlatih berjalan dengan kerangka robotik itu, bersama dengan seorang perawat dan Carissa.

Sambil melihat Elbert yang sedang berlatih, dokter Arif mengajak Vita mengobrol. "Elbert memiliki keinginan yang kuat untuk sembuh. Apalagi ditunjang dengan teknologi robotik ini, aku optimis ia bisa berjalan tanpa dibantu dengan kursi roda lagi," ungkapnya.

"Kurasa juga begitu," timpal Vita.

Dokter Arif memuji Vita, "Bila dibandingkan dengan beberapa bulan yang lalu, perkembangan Elbert sangat melampaui ekspetasiku. Kurasa semua ini tidak terlepas dari perananmu."

"Dokter terlalu memujiku," ucap Vita.

Dokter Arif tersenyum. "Kamu memang pantas dipuji." Lalu ia bertanya, "Bagaimana dengan kondisi keluargamu? Apakah ada yang dapat kubantu?"

Vita menghela napasnya. Ia sebenarnya enggan membuka permasalahan keluarganya. Namun Vita menyadari, bahwa ia membutuhkan seseorang untuk berbagi. Saat ini, ia merasa begitu kesepian. Ia tidak bisa bercerita kepada keluarganya, dan juga kepada Ella, sahabatnya.

"Tadi siang adikku menelepon, dan ia menangis karena mendapatkan perundungan di sekolah. Karena hal itu, ia memutuskan untuk tidak bersekolah, dan memilih bekerja saja," ujar Vita.

Dokter Arif terkejut mendengarnya, dan ia berusaha menghibur Vita. "Tidak apa-apa kalau ia memang tidak ingin bersekolah. Kalau Vera bekerja, ia malahan dapat membantumu mencari uang."

"Vera hanya memiliki ijazah SMP, dan tidak pernah bekerja sebelumnya. Terkadang aku malahan khawatir kalau ia nekat bekerja. Bagaimana kalau ia kena tipu, atau membuat masalah baru?" ungkap Vita jujur.

Dokter Arif menghibur Vita dan berkata, "Apabila seseorang tidak pernah diberikan kesempatan untuk berkembang, ia tidak akan pernah berkembang. Biarkanlah saja adikmu itu mencoba."

Vita mengangguk. Kata-kata dokter Arif ada benarnya. Ia tidak boleh memandang sebelah mata kemampuan adiknya itu.

"Bagaimana jika Vera bekerja di klinikku? Kebetulan aku juga membutuhkan seorang admin. Mulai minggu depan, adikmu dapat langsung bekerja denganku," usul dokter Arif.

Vita mengucapkan banyak terima kasih kepadanya. Kakak kelasnya ini selalu dapat membantu dan menenangkannya.

"Tidak perlu merasa sungkan denganku. Kalau kamu mengalami masalah, ceritakanlah saja padaku. Aku merasa sangat senang, apabila dapat membantumu," ucap dokter Arif sambil tersenyum.

Vita mengangguk dan membalas senyuman dokter Arif.

. --o0o--

Saat perjalanan pulang ke rumah, Elbert berkata pada Carissa, kalau ia ingin kembali bekerja di Good Luck Food, perusahaan milik keluarganya.

"Apakah kamu sudah yakin dengan kondisi tubuhmu? Kerangka robotik itu baru saja dipasang di kakimu, dan kamu langsung ingin bekerja," kata Carissa khawatir.

Elbert mengangguk, "Ma, aku sudah jauh lebih baik sekarang. Aku juga sudah bosan berbulan-bulan hanya berada di rumah saja."

Dengan berat hati, akhirnya Carissa mengizinkan Elbert kembali bekerja. Namun ia meminta Vita, untuk turut mendampingi Elbert di kantor. Carissa khawatir terjadi sesuatu pada putra sulungnya itu.

Keesokan harinya, Elbert dan Vita pergi ke kantor Good Luck Food bersama. Good Luck Food adalah sebuah perusahaan penyedap makanan seperti saos, kecap, sambal, dan berbagai bumbu marinasi. Perusahaan ini terpusat di dua kota besar, yaitu Semarang dan Surabaya.

Sebelum mengalami kecelakaan, Elbert menjabat sebagai CEO di Good Luck Food Semarang, sedangkan Nico menjabat sebagai CEO di Good Luck Food Surabaya. Namun setelah kedua kakinya lumpuh, serta kondisi emosional Elbert yang tidak stabil, Nicolah yang memimpin kedua perusahaan itu, sambil dibantu oleh ayahnya.

Sesampainya di kantor Good Luck Food Semarang, Elbert disambut oleh puluhan karyawan dengan penuh suka cita. Melihat hal ini, Vita teringat dengan kata-kata Carissa. Elbert memang sosok yang sangat baik, sehingga ia disukai oleh banyak orang. Namun runtutan pengalaman hidup yang telah dialami, membuat pria itu berubah.

Setelah merayakan pesta penyambutannya, Elbert segera memasuki ruangannya. Ia menelepon sekretarisnya, untuk dicarikan data mengenai Bright Future. Selain itu, ia juga meminta untuk diaturkan jadwal pertemuan dengan Pak Adit, selaku pemilik dari Bright Future.

Mendengar nama Bright Future disebut, Vita sangat terkejut. Bright Future adalah nama perusahaan, tempat ayahnya dulu bekerja. Untuk apa Elbert mencari data mengenai Bright Future di hari pertamanya bekerja? Good Luck Food adalah perusahaan makanan, sedangkan Bright Future adalah developer properti.

"Elbert, untuk apa kamu menghubungi Pak Adit?" tanya Vita.

Pria itu menuju ke arah Vita dan berujar, "Kamu mendengarkan pembicaraanku?"

Vita membatin, "Tentu saja aku mendengar. Saat ini kita berada dalam satu ruangan."

Namun saat ini, Vita memilih untuk mengalah. Ia tidak ingin membuat Elbert mengalami masalah emosional, di hari pertamanya bekerja.

"Maaf kalau aku tidak sengaja mendengar percakapanmu di telepon, dan membuatmu tidak nyaman. Aku akan keluar dari sini," ujar Vita.

Namun sebelum Vita pergi, Elbert segera menarik tangan gadis itu. "Kamu adalah perawatku, dan kamu hendak meninggalkanku sendirian di ruangan ini? Bagaimana kalau terjadi sesuatu denganku?"

Vita tertegun. "Baik, aku akan tinggal di sini," ucapnya.

Gadis itu lantas meminta maaf dan menjelaskan kelancangannya. "Maaf kalau tadi aku ikut campur. Ayahku dulu pernah bekerja di Bright Future, dan Pak Adit merupakan atasannya. Jadi saat nama Pak Adit disebut, aku tidak dapat menahan rasa ingin tahuku."

Elbert menghela napas. Ia memang menghubungi pihak Bright Future, karena ingin melakukan sesuatu untuk Vita. Namun ia tidak ingin gadis itu mengetahui apa yang akan dilakukannya.

"Dahulu, pembangunan Good Luck Food memakai jasa Bright Future. Dan di awal perusahaan ini berjalan, kami sempat menyewa gudang dan ruko milik Bright Future. Oleh karena itu, Good Luck Food tetap terhubung dengan Bright Future," jelas Elbert.

Vita terdiam. "Sepertinya aku yang berpikir terlalu jauh," batinnya. "Elbert menjalin hubungan dengan Bright Future adalah demi perusahaannya, bukan karena aku."

Episodes
1 Bab 1. Masalah di Keluarga
2 Bab 2. Mencari Pekerjaan
3 Bab 3. Pertemuan Kembali
4 Bab 4. Bunga Telang
5 Bab 5. Masa Lalu Elbert
6 Bab 6. Hutang Pinjaman Online
7 Bab 7. Bonus untuk Vita
8 Bab 8. Menuliskan Harapan
9 Bab 9. Menerbangkan Impian
10 Bab 10. Kepedihan di Masa Lalu
11 Bab 11. Kembali Bekerja
12 Bab 12. Kekasih Elbert
13 Bab 13. Pertemuan dengan Bright Future
14 Bab 14. Es Krim
15 Bab 15. Berdamai dengan Masa Lalu
16 Bab 16. Pertemuan dengan Rere
17 Bab 17. Elbert dan Vita
18 Bab 18. Pertengkaran Vita dan Tessa
19 Bab 19. Penawaran Adit
20 Bab 20. Hari Terakhir Bekerja
21 Bab 21. Kesalahpahaman
22 Bab 22. Vita dan Dokter Arif
23 Bab 23. Percakapan dengan Carissa
24 Bab 24. Bekerja di Rumah Sakit Jiwa
25 Bab 25. Undangan dari Dokter Arif
26 Bab 26. Kode dari Vita
27 Bab 27. Pertemuan dengan Carissa
28 Bab 28. Percakapan dengan Vita
29 Bab 29. Masalah Baru
30 Bab 30. Vita dan Rere
31 Bab 31. Kenangan Bersama Rere
32 Bab 32. Nelson
33 Bab 33. Kenangan di Surabaya
34 Bab 34. Pengakuan Vita
35 Bab 35. Mengunjungi Rere
36 Bab 36. Kenyataan yang Tidak Terduga
37 Bab 37. Tak ingin Menunggu
38 Bab 38. Elbert dan Rere
39 Bab 39. Pelanggaran
40 Bab 40. Menyembunyikan Vita
41 Bab 41. Di Kediaman Dokter Arif
42 Bab 42. Kontrak dari Dokter Arif
43 Bab 43. Perbincangan dengan Vera
44 Bab 44. Vita dan Vera
45 Bab 45. Percakapan Elbert dan Vita
46 Bab 46. Membalik Lawan
47 Bab 47. Pertaruhan
48 Bab 48. Ancaman Rio
49 Bab 49. Tetangga Baru
50 Bab 50. Investasi ke Bright Future
51 Bab 51. Rencana Sentra Kuliner
52 Bab 52. Asisten untuk Elbert
53 53. Membantu Elbert
54 Bab 54. Sabotase
55 Bab 55. Vita dan Elbert
56 Bab 56. Melawan Rio
57 Bab 57. Melawan Rio 2
58 Bab 58. Balkon Apartemen
59 Bab 59. Akhir Rivalitas
60 Bab 60. Rere dan Riana
61 Bab 61. Pernyataan
62 Bab 62. Akhir yang Bahagia
63 Penutup
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1. Masalah di Keluarga
2
Bab 2. Mencari Pekerjaan
3
Bab 3. Pertemuan Kembali
4
Bab 4. Bunga Telang
5
Bab 5. Masa Lalu Elbert
6
Bab 6. Hutang Pinjaman Online
7
Bab 7. Bonus untuk Vita
8
Bab 8. Menuliskan Harapan
9
Bab 9. Menerbangkan Impian
10
Bab 10. Kepedihan di Masa Lalu
11
Bab 11. Kembali Bekerja
12
Bab 12. Kekasih Elbert
13
Bab 13. Pertemuan dengan Bright Future
14
Bab 14. Es Krim
15
Bab 15. Berdamai dengan Masa Lalu
16
Bab 16. Pertemuan dengan Rere
17
Bab 17. Elbert dan Vita
18
Bab 18. Pertengkaran Vita dan Tessa
19
Bab 19. Penawaran Adit
20
Bab 20. Hari Terakhir Bekerja
21
Bab 21. Kesalahpahaman
22
Bab 22. Vita dan Dokter Arif
23
Bab 23. Percakapan dengan Carissa
24
Bab 24. Bekerja di Rumah Sakit Jiwa
25
Bab 25. Undangan dari Dokter Arif
26
Bab 26. Kode dari Vita
27
Bab 27. Pertemuan dengan Carissa
28
Bab 28. Percakapan dengan Vita
29
Bab 29. Masalah Baru
30
Bab 30. Vita dan Rere
31
Bab 31. Kenangan Bersama Rere
32
Bab 32. Nelson
33
Bab 33. Kenangan di Surabaya
34
Bab 34. Pengakuan Vita
35
Bab 35. Mengunjungi Rere
36
Bab 36. Kenyataan yang Tidak Terduga
37
Bab 37. Tak ingin Menunggu
38
Bab 38. Elbert dan Rere
39
Bab 39. Pelanggaran
40
Bab 40. Menyembunyikan Vita
41
Bab 41. Di Kediaman Dokter Arif
42
Bab 42. Kontrak dari Dokter Arif
43
Bab 43. Perbincangan dengan Vera
44
Bab 44. Vita dan Vera
45
Bab 45. Percakapan Elbert dan Vita
46
Bab 46. Membalik Lawan
47
Bab 47. Pertaruhan
48
Bab 48. Ancaman Rio
49
Bab 49. Tetangga Baru
50
Bab 50. Investasi ke Bright Future
51
Bab 51. Rencana Sentra Kuliner
52
Bab 52. Asisten untuk Elbert
53
53. Membantu Elbert
54
Bab 54. Sabotase
55
Bab 55. Vita dan Elbert
56
Bab 56. Melawan Rio
57
Bab 57. Melawan Rio 2
58
Bab 58. Balkon Apartemen
59
Bab 59. Akhir Rivalitas
60
Bab 60. Rere dan Riana
61
Bab 61. Pernyataan
62
Bab 62. Akhir yang Bahagia
63
Penutup

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!