Bab 9. Menerbangkan Impian

Lalu Vita segera meninggalkan Elbert untuk pergi membeli barang yang dibutuhkan. Saat Vita pergi, Elbert melihat bangau merah milik gadis itu di mejanya. Ia ingin sekali membuang bangau merah yang bertuliskan kriteria pria idaman Vita, atau setidaknya, mencoret kriteria tampan, tinggi dan atletis. Namun Elbert tidak sampai hati melakukannya.

Elbert teringat pada Nico yang berparas tampan, tinggi dan atletis. Karena memiliki fisik yang seperti itu, Nico selalu dikejar-kejar oleh banyak wanita. Bahkan setelah menikah pun, tetap saja ada wanita yang berani menggoda adik laki-lakinya itu.

"Padahal kami dilahirkan dari orang tua yang sama. Tetapi nasibku berbeda dengan nasib Nico. Mengapa semua hal yang baik seakan-akan dimiliki oleh Nico, sedangkan semua hal yang buruk malahan menimpaku?" batin Elbert pilu.

Walaupun terkadang muncul rasa iri terhadap Nico, namun Elbert begitu menyayangi adik semata wayangnya itu. Ia juga tidak ingin, ada hal buruk yang terjadi pada Nico. Hanya saja, ia berharap nasib baik dapat lebih sering menghampirinya.

Mengingat Nico, Elbert teringat akan sesuatu. Ia segera menelepon adiknya itu.

"Halo. Ada apa Kakak meneleponku?" tanya Nico dari seberang sana.

Nico merasa heran sekaligus senang, karena mendapatkan telepon dari Elbert. Semenjak mengalami kecelakaan, kakaknya itu tidak pernah mau berkomunikasi dengan siapapun, termasuk melalui telepon.

Elbert bertanya, "Nico, apakah kamu tahu siapa nama lengkap ayah Vita, dan di mana ia bekerja sebelumnya?"

"Vita? Vita siapa ya, Kak?" Nico merasa bingung. Baik sanak saudara, maupun karyawan perusahaan, tidak ada satu pun yang bernama Vita.

Elbert menjawab, "Vita yang merupakan sahabat Ella. Dahulu kalian bertiga pernah bersekolah di SMA yang sama."

"Oh, dia yang Kakak maksud," ujar Nico.

Lalu Nico mencoba mengingat-ingat. Saat SMA, terkadang ia dan teman-temannya memang saling mengolok-olok satu sama lain, dengan panggilan ayah mereka.

"Kejadian itu sudah lama sekali. Aku sudah lupa. Apalagi sewaktu SMA, Vita lebih popular dipanggil dengan julukan truk tronton, karena berperawakan besar dan gemuk," kata Nico blak-blakan. Adik Elbert itu memang orang yang suka berbicara ceplas-ceplos, dan sesuka hatinya.

Elbert langsung mengomeli adiknya itu, "Jangan panggil Vita dengan sebutan kurang sopan lagi!"

"Eh?" Nico menjadi bingung. "Bagaimana Kakak bisa mengenal Vita?"

Elbert memaklumi, apabila Nico tidak tahu kejadian akhir-akhir ini. Semenjak Ella hamil dan nyaris mengalami keguguran, Nico tidak pernah lagi berpergian ke luar kota, termasuk mengunjungi keluarganya di Semarang. Nico terus menerus mengkhawatirkan keadaan istrinya, dan bersikap sangat protektif terhadapnya.

"Vita bekerja sebagai perawatku di rumah. Ia telah bekerja selama tiga bulan," jawab Elbert.

Nico terbelalak tidak percaya. Ia mengetahui kedekatan antara Vita dengan istrinya. Dan Nico tidak pernah mendengar dari Ella, bahwa Vita bekerja sebagai perawat Kakaknya.

"Kakak tidak salah orang? Setahuku Vita seorang mahasiswi kedokteran. Keluarganya juga berasal dari kalangan yang cukup mampu. Untuk apa ia bekerja menjadi seorang perawat?" tanya Nico.

Lalu Elbert menceritakan masalah yang terjadi di keluarga Vita, sehingga akhirnya ia bekerja sebagai seorang perawat.

"Apakah kamu dapat mencari tahu mengenai ayah Vita?" tanya Elbert.

Nico mengangguk. "Aku akan mencoba mencari tahu. Tapi untuk apa Kakak ingin mengetahui hal itu?" tanyanya.

Kemudian Elbert menceritakan pada Nico, hal yang ingin dilakukannya.

. --o0o--

Sementara itu, Vita pergi ke sebuah toserba untuk membeli sesuatu. Saat tengah melihat-lihat, ia bertemu dengan dokter Arif.

"Kamu sedang mencari apa, Vita? Apakah pasienmu itu membuat permintaan yang aneh-aneh lagi?" tanya dokter Arif.

Vita tersenyum dan menjawab, "Aku mencari lampion."

"Lampion? Untuk apa lampion?" tanya dokter Arif lagi.

Lalu Vita bercerita kalau ia hendak menerbangkan bangau kertas yang ia buat dengan lampion. Ia terinspirasi dari film Tangled, di mana ada banyak lampion yang diterbangkan ke udara.

"Memang kamu hendak menerbangkannya di mana? Berhati-hatilah dengan resiko terbakar," nasehat dokter Arif.

Vita merasa ucapan dokter Arif benar. Di mana ia dapat menerbangkan lampion itu? Seandainya mereka menerbangkannya di taman belakang rumah Elbert, bagaimana bila lampion itu terjatuh, dan membakar taman kesayangan nyonya Carissa?

Iapun menjadi kecewa dan berpikir, benda apa yang dapat ia gunakan untuk menerbangkan bangau kertas mereka? Tiba-tiba gadis itu teringat sesuatu, dan ia segera berpamitan dengan dokter Arif, untuk mencari benda yang ia maksud.

Namun sebelum Vita pergi, dokter Arif memegang tangannya, dan menahannya pergi. "Vita, tunggu sebentar. Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu," ucapnya.

Vita terpaksa menolak permintaan dokter Arif, karena ia telah berjanji pada Elbert untuk cepat kembali. Akhirnya mereka membuat janji, untuk bertemu pada Minggu siang di sebuah kafe.

Satu jam kemudian, Vita kembali ke rumah Elbert. Dengan penuh semangat, ia segera menghampiri Elbert.

"Elbert, lihat apa yang kubawa!" serunya gembira.

Elbert memandang bungkusan yang dibawa oleh Vita. "Memang apa yang kamu bawa?" tanyanya.

"Ayo ikut aku!" ajak Vita sambil mengambil bangau kertas berwarna merah dan biru, yang berada di atas meja.

Sesampainya di taman belakang rumah, Vita segera mengeluarkan sesuatu dari bungkusannya. Ternyata, Vita membeli sebuah balon berwarna transparan. Namun balon itu bukanlah balon biasa. Balon yang ia beli, adalah balon dekorasi khusus, yang memiliki leher selebar 6-7 cm, sehingga bisa dilewati oleh bangau kertas mereka.

Setelah mengisi balon itu dengan bangau kertas dan udara, Vita segera menyerahkan salah satu balon kepada Elbert.

"Ini balonmu," kata Vita.

Elbert mengambil balon berisi bangau kertas biru, yang diberikan oleh Vita. "Ada-ada saja idemu," pujinya.

"Tentu saja. Vita gitu. Hahaha," ujarnya riang, sambil membawa balon berisi dua bangau kertas berwarna merah. "Nah sekarang, ayo kita terbangkan!" serunya.

Kemudian Vita melemparkan balonnya ke udara, diikuti dengan Elbert. Kedua balon itu terbang membumbung tinggi, dan tampak saling berputar satu sama lain di udara. Dan di balik balon itu, tampak bangau kertas berwarna biru dan merah, yang bertuliskan impian keduanya.

"Lihatlah, bangau kertas milikmu terbang," kata Vita sambil menunjuk ke langit.

Elbert memandang ke atas. Dengan balon transparan, bangau kertas miliknya tampak seperti terbang.

"Selalu ada cara, agar kita bisa terbang. Agar harapan kita dapat terwujud. Karena semua orang itu layak. Layak memiliki impian, layak memiliki masa depan, layak untuk mencintai, dan juga layak untuk dicintai," ujar Vita sambil terus menatap ke langit.

Elbert menatap Vita, dan kembali menatap bangau kertasnya. Kata-kata Vita memberikan semangat baru dalam diri pria itu.

. --o0o--

Malam harinya, untuk pertama kali setelah Elbert mengalami kecelakaan, ia dapat tidur dengan perasaan tenang dan bahagia. Keesokan harinya, saat Elbert telah bangun dari tidur nyenyaknya, ia melihat sebuah bangau kertas berwarna merah di atas meja. Elbert melihat, bahwa ada tulisan di dalam bangau kertas itu, sehingga ia tergerak untuk membukanya.

Pada bangau kertas yang dibukanya, tertulis kriteria pria idaman Vita. Elbert tertegun. Ternyata Vita keliru mengambil bangau kertas itu, dengan bangau kertas lain. Menyadari kekeliruan yang telah dibuat oleh Vita, Elbert tersenyum. Entah mengapa, hatinya terasa semakin bahagia.

Terpopuler

Comments

Siska

Siska

aaa.... suka.... kak... bagus... smngt yaa... jgn lama lama upnya...

2023-11-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Masalah di Keluarga
2 Bab 2. Mencari Pekerjaan
3 Bab 3. Pertemuan Kembali
4 Bab 4. Bunga Telang
5 Bab 5. Masa Lalu Elbert
6 Bab 6. Hutang Pinjaman Online
7 Bab 7. Bonus untuk Vita
8 Bab 8. Menuliskan Harapan
9 Bab 9. Menerbangkan Impian
10 Bab 10. Kepedihan di Masa Lalu
11 Bab 11. Kembali Bekerja
12 Bab 12. Kekasih Elbert
13 Bab 13. Pertemuan dengan Bright Future
14 Bab 14. Es Krim
15 Bab 15. Berdamai dengan Masa Lalu
16 Bab 16. Pertemuan dengan Rere
17 Bab 17. Elbert dan Vita
18 Bab 18. Pertengkaran Vita dan Tessa
19 Bab 19. Penawaran Adit
20 Bab 20. Hari Terakhir Bekerja
21 Bab 21. Kesalahpahaman
22 Bab 22. Vita dan Dokter Arif
23 Bab 23. Percakapan dengan Carissa
24 Bab 24. Bekerja di Rumah Sakit Jiwa
25 Bab 25. Undangan dari Dokter Arif
26 Bab 26. Kode dari Vita
27 Bab 27. Pertemuan dengan Carissa
28 Bab 28. Percakapan dengan Vita
29 Bab 29. Masalah Baru
30 Bab 30. Vita dan Rere
31 Bab 31. Kenangan Bersama Rere
32 Bab 32. Nelson
33 Bab 33. Kenangan di Surabaya
34 Bab 34. Pengakuan Vita
35 Bab 35. Mengunjungi Rere
36 Bab 36. Kenyataan yang Tidak Terduga
37 Bab 37. Tak ingin Menunggu
38 Bab 38. Elbert dan Rere
39 Bab 39. Pelanggaran
40 Bab 40. Menyembunyikan Vita
41 Bab 41. Di Kediaman Dokter Arif
42 Bab 42. Kontrak dari Dokter Arif
43 Bab 43. Perbincangan dengan Vera
44 Bab 44. Vita dan Vera
45 Bab 45. Percakapan Elbert dan Vita
46 Bab 46. Membalik Lawan
47 Bab 47. Pertaruhan
48 Bab 48. Ancaman Rio
49 Bab 49. Tetangga Baru
50 Bab 50. Investasi ke Bright Future
51 Bab 51. Rencana Sentra Kuliner
52 Bab 52. Asisten untuk Elbert
53 53. Membantu Elbert
54 Bab 54. Sabotase
55 Bab 55. Vita dan Elbert
56 Bab 56. Melawan Rio
57 Bab 57. Melawan Rio 2
58 Bab 58. Balkon Apartemen
59 Bab 59. Akhir Rivalitas
60 Bab 60. Rere dan Riana
61 Bab 61. Pernyataan
62 Bab 62. Akhir yang Bahagia
63 Penutup
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1. Masalah di Keluarga
2
Bab 2. Mencari Pekerjaan
3
Bab 3. Pertemuan Kembali
4
Bab 4. Bunga Telang
5
Bab 5. Masa Lalu Elbert
6
Bab 6. Hutang Pinjaman Online
7
Bab 7. Bonus untuk Vita
8
Bab 8. Menuliskan Harapan
9
Bab 9. Menerbangkan Impian
10
Bab 10. Kepedihan di Masa Lalu
11
Bab 11. Kembali Bekerja
12
Bab 12. Kekasih Elbert
13
Bab 13. Pertemuan dengan Bright Future
14
Bab 14. Es Krim
15
Bab 15. Berdamai dengan Masa Lalu
16
Bab 16. Pertemuan dengan Rere
17
Bab 17. Elbert dan Vita
18
Bab 18. Pertengkaran Vita dan Tessa
19
Bab 19. Penawaran Adit
20
Bab 20. Hari Terakhir Bekerja
21
Bab 21. Kesalahpahaman
22
Bab 22. Vita dan Dokter Arif
23
Bab 23. Percakapan dengan Carissa
24
Bab 24. Bekerja di Rumah Sakit Jiwa
25
Bab 25. Undangan dari Dokter Arif
26
Bab 26. Kode dari Vita
27
Bab 27. Pertemuan dengan Carissa
28
Bab 28. Percakapan dengan Vita
29
Bab 29. Masalah Baru
30
Bab 30. Vita dan Rere
31
Bab 31. Kenangan Bersama Rere
32
Bab 32. Nelson
33
Bab 33. Kenangan di Surabaya
34
Bab 34. Pengakuan Vita
35
Bab 35. Mengunjungi Rere
36
Bab 36. Kenyataan yang Tidak Terduga
37
Bab 37. Tak ingin Menunggu
38
Bab 38. Elbert dan Rere
39
Bab 39. Pelanggaran
40
Bab 40. Menyembunyikan Vita
41
Bab 41. Di Kediaman Dokter Arif
42
Bab 42. Kontrak dari Dokter Arif
43
Bab 43. Perbincangan dengan Vera
44
Bab 44. Vita dan Vera
45
Bab 45. Percakapan Elbert dan Vita
46
Bab 46. Membalik Lawan
47
Bab 47. Pertaruhan
48
Bab 48. Ancaman Rio
49
Bab 49. Tetangga Baru
50
Bab 50. Investasi ke Bright Future
51
Bab 51. Rencana Sentra Kuliner
52
Bab 52. Asisten untuk Elbert
53
53. Membantu Elbert
54
Bab 54. Sabotase
55
Bab 55. Vita dan Elbert
56
Bab 56. Melawan Rio
57
Bab 57. Melawan Rio 2
58
Bab 58. Balkon Apartemen
59
Bab 59. Akhir Rivalitas
60
Bab 60. Rere dan Riana
61
Bab 61. Pernyataan
62
Bab 62. Akhir yang Bahagia
63
Penutup

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!