Sudah beberapa hari sejak perdebatan mereka di kantin waktu itu, karena Ellita tidak ingin bertemu dengan mereka, dia mengajak Sean dan Gea untuk mencoba kantin-kantin yang lain.
Gea dan Sean tentu saja tidak keberatan, Sebenarnya semua makanan di kantin enak-enak dan berkualitas, hanya lauk nya saja yang berbeda.
Karena hari ini adalah kelas praktek, mereka semua di kumpulkan di lapangan lagi untuk pemanasan.
Karena Ellita mempunyai type penyembuhan, dia diberi kelonggaran hanya berlari tiga putaran.
Setelah semuanya selesai pemanasan mereka akan mulai untuk mengalahkan monster hari ini, itu sebabnya sudah banyak yang bersemangat.
Guru tersebut mengeluarkan sebuah alat yang di dalamnya terdapat replika monster yang berlevel rendah terlebih dahulu, setelah mengeluarkan beberapa monster dan menguncinya di dalam sangkar dia langsung menjelaskan apa jenis monster tersebut.
"Ini adalah Monster level terendah, tapi biarpun begitu kalian jangan menganggap nya sepele karena Monster ini bisa mengeluarkan suara yang sangat keras, biarpun gerakannya lambat dan tidak bisa melawan tapi jika kalian mendekati nya, dia akan berteriak dengan sangat keras dan menyebabkan kekuatan kalian menjadi lemah, jadi tugas kalian disini adalah merencanakan bagaimana cara menghabisi Monster-monster ini tanpa kalian terkena imbas nya." Katanya sambil mengeluarkan buku catatan.
"Seperti yang sudah saya katakan kemarin, setiap satu grup berjumlah minimal 4 orang."
Melihat mereka semua sudah berdiri bersama kelompok mereka masing-masing, guru tersebut melanjutkan penjelasannya.
Setelah mendengar semua penjelasan sang guru, Ellita memandang Sean dengan bangga.
"Lagi pula kita punya Sean, jadi gak ada yang perlu di khawatir kan." Kata Ellita sambil menepuk pundak Sean dengan bangga.
Mendengar perkataan Ellita, Sean balas mengangguk dengan ekspresi senang.
Melihat mereka berdua sangat percaya diri Gea hanya menggelengkan kepalanya pelan, toh lagi pula jika mereka tidak bisa melawan ada guru dan beberapa kesatria penjaga yang bisa menolong mereka.
"Oh iya, Gea punya kekuatan seperti apa?" tanya Ellita penasaran.
"Hmm kalau kekuatanku, aku bisa menghancurkan apa saja dengan tangan kosong, bukan kah aku sudah menjelaskan nya kemarin?"
"Ups! Aku tidak terlalu memperhatikan, dengan tangan kosong seperti apa? tolong jelasin secara langsung"
"Contohnya aku bisa langsung mematahkan tangan cantik mu dengan sekali klik."
Gea tersenyum seperti iblis pada Ellita, sambil mengelus tangan Ellita dengan lembut.
"khm! Khm! Yah sangat hebat!"
Ellita menarik tangan nya dengan cepat dan menyembunyikan nya di belakang panggung nya.
"Wah aku gak menyangka di balik wajahmu yang anggun, badan mu yang kecil, dan tangan mu yang mulus menyimpan banyak kekuatan." Kata Ellita sambil bertepuk tangan, tidak lupa untuk memuji.
"Udah berhenti." Kata Gea sambil menghentikan tangan Ellita yang masih bertepuk tangan.
"Aku serahkan urusan Monster itu padamu Gea ku." Sambil memeluk bahu Gea.
"Kenapa aku? Bukannya kamu bilang ada Sean?" tanya Gea skeptis.
"Aku mau lihat bagaimana kamu bertarung, gak bisakah?" tanya Ellita sambil mengedipkan matanya dengan ekspresi imut.
"Hah baik, akan kakak perlihatkan kekuatan kakak yang hebat ini." Katanya sambil menepuk dadanya sombong.
"Wow aku menghormati mu kakak!"
Sedangkan Sean dan Bel hanya menjadi latar belakang keharmonisan Ellita dan Gea.
"Apa tidak ada yang penasaran kekuatan apa yang aku punya?"
Bel berinisiatif untuk mengobrol
" ... Kekuatan apa kamu?"
"Perisai, dan jangan panggil aku kamu-kamu terus, namaku adalah Beldiq Erland, kalian bisa panggil aku Bel."
"Ah oke Bel, aku Ellita, ini Gea dan ini Sean, senang bekerja sama dengan Anda." Balas Ellita cuek, karena dari awal dia sudah tau namanya.
Melihat sikap Ellita yang tidak menanggapi nya dengan serius dia hanya menghela napas.
Tidak lama semua para siswa di panggil untuk berkumpul di tengah lapangan, sesudah mereka sampai, instruktur tersebut membagikan nomor satu persatu kepada setiap ketua grup, karena Bel lah yang paling aktif mereka menyerahkan tugas ketua kepada Bel, melihat nomor yang mereka dapatkan adalah nomor terakhir, Ellita hanya mengangguk datar dan langsung duduk di pinggir lapangan dengan bosan.
Melihat Ellita, mereka juga ikut duduk di pinggir lapangan sambil menghadap arah siswa yang akan menghadapi monster tersebut sambil menunggu giliran mereka.
"Kira-kira cara apa yang akan kita gunakan untuk mengalahkan monster itu? " tanya Gea.
"Ketua tolong di jawab." balas Ellita sambil menyenggol lengan Bel.
"Karena monster itu memiliki fisik yang tidak kuat tapi teriakan nya bisa membuat orang melemah, berati kita harus ... "
Setelah mendengar penjelasan Bel mereka mengangguk kepala mereka serentak.
Melihat beberapa grup yang sudah bertarung menggunakan cara yang berbeda-beda yaitu ada yang dengan kemampuan pedangnya, sihirnya, serta tombaknya, Ellita memperhatikan dengan serius karena baru kali ini dia melihat banyak jenis kekuatan yang belum dia lihat.
Saat dengan serius memerhatikan para siswa yang berlatih, ada salah satu kesatria yang membisikkan sesuatu kepada guru mereka.
Guru itu mengangguk kepada kesatria itu dan kesatria itu langsung berlari keluar.
"Hmm?" Ellita merasa akan terjadi sesuatu sebentar lagi.
Sesudah kelompok itu berhasil, sang guru menyuruh mereka untuk beristirahat.
"Baiklah semuanya! Akan ada kakak senior kalian yang akan memberikan contoh kepada kalian setelah ini! kalian harus memperhatikan nya dengan seksama!"
Tidak lamanya beberapa orang masuk kedalam dengan megah, dan ada dua orang yang sangat di kenal oleh Ellita.
"Mereka adalah kakak senior kalian! Kebetulan mereka kembali ke akademi untuk menyerahkan laporan mereka, dan sekarang mereka berinisiatif untuk menunjukkan kepada kalian bagaimana cara mengalahkan monster itu dengan cepat dan kuat."
Guru langsung mengeluarkan replika monster yang baru, tentu saja lebih ganas dan kuat dari sebelumnya.
Karena jumlah kelompok mereka beranggota tujuh orang, mereka langsung membentuk formasi dengan cepat.
Virza dan beberapa anggota yang memiliki type penyerang langsung membasmi monster itu dengan ganas.
Aksi mereka cukup kuat dan berpengalaman, bahkan Lilyana yang paling lemah menunjukkan aksi yang hebat.
Karena dia ahli kedokteran tentu saja dia mengetahui segala jenis obat-obatan, dan dia juga mengetahui beberapa jenis racun untuk mengalahkan monster itu.
Tidak! Bukan hanya beberapa tapi sangat banyak! Itulah yang Ellita ketahui dari buku ajaibnya.
Melihat Liliyana dengan terampil meracuni monster yang menyerang mereka menggunakan Mana nya, banyak orang memandanginya dengan kagum.
Dan dengan bantuan racun Lilyana, mereka semua dengan cepat mengalahkan monster tersebut.
Prok prok prok
Terdengar tepuk tangan yang sangat meriah, melihat aksi heroik mereka, bahkan sang guru juga memandangi mereka dengan baik.
"Cih dasar pamer."
"Hus!" Gea langsung mengingatkan Ellita.
"Jangan iri Ellita, aksi kita nanti akan lebih hebat dari mereka." Bel menghibur dengan lembut.
Sean mengangguk mendengar perkataan Bel.
"Ya, jangan khawatir." Sambil menepuk kepala Ellita dengan lembut.
"Kalian gila! Aku gak iri! Jadi jangan bicara omong kosong!"
"Ya, ya ya, Ellita kita tidak iri, tapi hanya cemburu."
Balas Gea sambil menepuk-nepuk pundak Ellita.
Apa bedanya!? Ellita sangat marah dan tidak ingin bicara dengan mereka.
Tapi tidak seperti yang di katakan Bel sebelumya bahwa mereka juga akan tampil dengan baik.
Mereka tidak mendapatkan kesempatan itu karena waktu yang terbatas, dia menyesal mendapatkan nomor terakhir dan tidak dapat memamerkan kebolehannya.
"Oke-oke jangan kesal Ellita masih ada waktu lain." Mereka menghibur Ellita yang wajah nya cemberut.
"Udah gak mut!" Balasnya kesal.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments