Setelah beristirahat dengan baik, Ellita dan Sean serta rombongannya melanjutkan perjalanan mereka menuju Akademi Harson.
Saat mereka sudah sampai di titik Teleportasi, sudah banyak siswa dari berbagai wilayah yang tujuannya sama dengan mereka.
Sambil menunggu gilirannya, Ellita dan Sean hanya duduk diam di dalam gerbong.
Ellita fokus membaca buku, sedangkan Sean hanya memperhatikan Ellita membaca.
Sampai ketenangan mereka terganggu dengan sebuah teriakan dari seorang siswi
"Ah! ada monster! semuanya lari!"
Mendengar teriakan itu, Sean memeluk dan langsung menggendong Ellita dan membawanya keluar gerbong untuk mencari tempat yang aman.
Sedangkan Ellita hanya dengan tenang menerima perlindungan dari Sean dan menanggapi situasinya dengan datar.
Ya datar, karena dia yakin ini akan terjadi, dia berharap semoga orang itu cepat sampai kesini sebelum situasi semakin runyam.
Sambil memegang bukunya Ellita melihat banyak monster yang mirip dengan tikus sedang menyerang sebagian murid dan kesatria yang tidak sempat melarikan diri.
Melihat pertarungan yang sengit, mau gak mau Ellita ingin muntah. Melihat Ellita yang tidak terbiasa dengan situasi ini Sean langsung menutup mata Ellita.
"Jangan lihat Ellita." Kata Sean.
"Ah gak papa." Sambil melepaskan tangan Sean dari matanya.
Ellita memperhatikan situasi dengan serius, sebenarnya monster yang mirip tikus itu tidak terlalu kuat, monster tikus itu hanya berbadan besar tapi otak nya bodoh, jadi dengan cepat para kesatria mengalahkan mereka.
Melihat mereka sangat senang setelah mengalahkan beberapa monster, dan menjadi lengah Ellita ingin mengingatkan mereka, tapi dia tidak ingin mereka salah sangka jadi dia hanya berdiri di tempat yang aman bersama Sean dan kesatria keluarga nya.
"Syukurlah semua monster sudah musnah dan kabur."
"Jangan lengah kapten."
Balas nya dengan serius.
"Baik Nona! semuanya tetap konsentrasi! Kita gak tahu apa selanjutnya yang akan datang!"
"Baik kapten!"
Ya seperti itulah seharusnya kesatria dari keluarga mereka, hebat, cakap, dan tentu sangat setia. Ellita mengangguk kan kepalanya bangga.
Tidak lama setelahnya udara semakin mendingin dan membuat bulu kuduk berdiri, entah perasaan mereka atau bukan, tempat mereka menunggu menjadi gelap seakan ditutupi oleh sesuatu.
Ellita langsung memegang lengan Sean dengan kuat, dia adalah orang yang lemah, jadi harus menempel pada Sean yang kuat.
"Jangan khawatir Ellita." Bisik Sean lembut.
"AAHH!"
"Semuanya berlindung!"
Seorang siswi yang berteriak tadi sudah di seret oleh akar yang tebal, untung saja ada kesatria yang melindungi nya dan dengan cepat menyelamatkan siswi tersebut.
Situasi kembali berantakan bahkan lebih berantakan dari sebelumnya. Karena udara yang semakin dingin dan gelap, lebih menambah kesan horor pada siswa-siswa baru yang belum berpengalaman.
Dan para kesatria kesusahan untuk melindungi semua orang.
Karena lokasi untuk berpindah ke akademi terletak di tengah hutan, menjadikan mereka susah untuk meminta pertolongan.
Ellita duduk di punggung Sean yang sudah berubah menjadi serigala dan di kelilingi oleh kesatria nya.
Mereka berlari kencang melindungi Ellita sambil menghalangi banyak akar yang ingin menjerat mereka.
Wajah Ellita sudah pucat, dia hanya berharap orang itu percaya dengan surat yang dia kirim dan segera ke sini.
"Ellita pegangan yang erat!"
Ellita memejamkan matanya dan memeluk leher Sean dengan erat, dia bahkan tidak sadar bahwa di pinggang nya sudah di lingkari oleh akar yang yang tipis dan tidak mencolok yang sudah dari tadi menunggu mereka lengah.
Banyak teriakan histeris dari berbagai posisi, Ellita hanya bisa berharap agar tidak ada yang mati di tempat, setidaknya biarpun mereka sekarat Ellita masih bisa menyelamatkan mereka.
"Kenapa orang itu belum datang juga?" pikirnya cemas.
"Apa dia pikir itu adalah berita palsu?" sangat serius memikirkan orang yang di tunggunya, sampai tidak sadar bahwa dirinya dalam masalah.
"Nona hati-hati!"
"Tidak! ELLITAAAA !" teriak Sean melihat Ellita yang pinggangnya di jerat oleh akar monster tersebut dan di angkat tinggi ke atas langit.
"Kyaaaaaa! Ibuuuuuuu!" teriak Ellita sambil menutup matanya ngeri.
Dia sangat takut ketinggian oke! Bahkan sekarang kepalanya sudah pusing akibat anemia.
Apalagi tubuhnya yang terasa tidak nyaman semakin membuat dirinya takut, dia baru ingat akar monster ini bukanlah akar biasa, mereka bisa menyerap mana dalam tubuh manusia, dengan cara hanya melilit tubuh manusia tersebut.
Semakin banyak dia menyerap mana, semakin kuat juga monster itu. Dia bersyukur mana di tubuhnya sangat banyak dan tidak terbatas, tetapi tetap saja rasanya tidak enak jika harus di hisap oleh monster.
Melihat Ellita yang terjebak, Sean serta rombongan Kesatrianya langsung menyerang akar yang sudah melilit tubuh Ellita, tapi tidak berhasil karena akar itu sangat keras dan akar itu juga berusaha membawa Ellita pergi menjauh dari sana.
"AHH! lepasin dasar Monster!" teriaknya sambil memukuli akar yang sudah melilit pinggangnya dengan kuat.
Pinggang dan perutnya sangat sakit karena lilitan monster itu yang kuat, badannya juga semakin lemah kerena mananya yang di sedot oleh monster tersebut.
"Sean! Aku gak bisa bertahan lagi!"
"Ellita bertahan lah!" Teriak Sean sambil mengejar akar yang berusaha melarikan diri, tapi sebelum Sean berhasil menyusul ada Pria lain yang mendahuluinya dan langsung memotong akar yang sudah membawa Ellita pergi.
Sring!
Setelah akar itu berhasil terpotong dengan mudah oleh orang tersebut, otomatis lilitan akar yang ada di pinggang Ellita terlepas, menyebabkan Ellita langsung terjatuh ke bawah.
Ellita pasrah, dan menutup matanya dengan rapat.
"Ahh! Dasar monster sialan!" keluh nya pelan saat tubuhnya semakin cepat jatuh kebawah tanah yang keras.
Melihat Ellita yang terjatuh, Sean langsung mempercepat langkahnya untuk menangkap Ellita tapi sebelum dia berhasil lagi-lagi didahului dan Ellita sudah berhasil di tangkap oleh Pria tersebut.
"Ah mati aku." keluhannya lagi dengan air mata yang sudah mengalir entah sejak kapan.
"Gak segampang itu untuk langsung mati kalau hanya terjatuh dari ketinggian ini." Kata Pria tersebut setelah berhasil menangkap tubuh Ellita.
Ellita : " ... " Oke dia akui dirinya memang agak dramatis.
Membuka matanya, Ellita melihat orang yang sedari tadi dia tunggu kedatangan nya. Tidak sadar dia menghela nafas lega.
"Ellita kamu gak papa?" tanya Sean setelah berhasil menyusul dan langsung melepaskan pelukan Pria itu terhadap Ellita.
"Aku gak papa."
"Apa ada yang terluka?" tanya nya lagi sambil menopang tubuh Ellita.
Ellita hanya menggelengkan kepala dengan wajah cemberut. Sean menghapus air mata Ellita dengan kasihan, wajah Ellita masih lumayan pucat tapi kerena habis menangis wajahnya menjadi agak merah dan hidung nya merah, masih ada sisa air mata di bulu matanya yang lentik, membuat orang yang memandang menjadi kasihan dan berhati lembut.
Melihat interaksi mereka, Pria tersebut hanya diam dan hendak meninggalkan mereka berdua.
"Ah tunggu!" Panggil Ellita panik.
"Makasih karena telah menyelamatkan hidup saya." Lanjutnya sambil membungkukkan tubuhnya sopan. Sebenarnya dia agak kesal karena orang ini datang terlambat, dan dia ingin memarahinya kenapa datang sangat lama, tapi ingat kondisi yang tidak pantas dia hanya bisa cemberut dengan frustasi.
"Sama-sama." Balas nya dan langsung pergi begitu saja.
Ellita hanya diam melihat punggung orang itu yang semakin menjauh.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments