Sterren En Hun Stralen

Sterren En Hun Stralen

1

Asha memandangi langit yang dipenuhi bintang serta sinar bulan yang benderang di langit. Bulan tak pernah tak selalu indah, sinarnya mampu membuat siapa pun jatuh kedalam pesonanya.

Saat matanya sedang memandangi indahnya bulan, matanya tak sengaja menangkap bintang jatuh. Konon katanya ketika bintang jatuh, kita boleh meminta apapun. Asha memejamkan matanya dan melipat kedua tangannya, "Semoga hidup gue dipenuhi ketenangan serta kedamaian."

🍄🍄🍄

Asha menyusuri koridor sekolahnya dengan santai dan damai tentu saja dengan seragam SMA yang melekat dibadannya, ia menikmati pemandangan yang ia lewati dengan seksama. Matanya menengok ke arah kiri dimana lapangan basket berada, matanya sesekali menyipit untuk memastikan apa yang dilihatnya.

"Anjir itu si Asmita pagi-pagi udah ngegebet anak orang aja sambil cengar-cengir." Asha baru saja menangkap keberadaan Asmita dipinggir lapangan.

"Udah gila tu orang pagi-pagi," Asha menggelengkan kepalanya heran.

Tidak bisa sipungkiri Asmita adalah pecinta cogan basket di sekolahnya, ia tidak pernah absen untuk datang ke lapangan basket. Untuk apalagi kalau bukan untuk tebar pesona, tentu saja untuk memikat kaum adam di team basket.

Sepertinya Asmita sadar akan keberadaan Asha, benar saja Asmita sudah berjalan ke arahnya dengan wajah tersenyum malu-malu,  "tadi gue ngobrol sama Arka. Manis banget si Arka Sya, makin semangat gue ke sekolah."

Asha menganga mendengarkan penuturan Asmita, "Maksud lo si buaya buntung? Yang bener aja lo. Arka kan udah terkenal mainin cewek Ta," bisa-bisanya si Asmita suka sama playboy cap buaya buntung.

"Gue kan cuma ngobrol Sya."

Asha memutar bola matanya jengah, "Halah gayamu Ta. Lo juga suka kan sama si Raka, udah hapal gue mah."

"Namanya juga usaha Ta, gue nitip tas ya sya tolong bawain ke kelas sekalian hehe. Gue mau mengejar cinta gue yang tertunda dulu." Dengan tidak tahu dirinya si Asmita langsung melempar tasnya ke Asha dan berlari ke arah lapangan dimana ia berpijak sebelumnya.

Orang gila itu lari secepat kilat untuk meraih apa tadi, cinta katanya. Orangnya sinting, kelakuan juga ikut sinting. Asha mengelus dadanya, "orang sabar duitnya banyak." Asha melanjutkan perjalanan ke kelasnya dengan membawa dua tas, tentu saja salah satunya adalah tas milik Asmita.

Asha membuka pintu kelas menggunakan kakinya.

Brak!

Sungguh anggun sekali tingkah lakunya, dengan tanpang watadosnya alias wajah tanpa dosa, Asha masuk ke kelasnya dan duduk dibangkunya dengan santai.

"ASTAGFIRULLAH! ASHA JANTUNG GUE DAG DIG DUG DUGEM. PAGI-PAGI UDAH BETINGKAH YA LO," Cakra mengelus dadanya berulang kali untuk menenangkan jantungnya yang sedang diskotikan.

"Ya maap si, orang udah selow begitu." Balasnya dengan cengiran khasnya.

"Siapa nih yang ngerusakin pintu kelas?" Tanya Sinta yang baru saja masuk ke kelasnya dan melihat engsel pintu kelas lepas dibagian skrup atasnya.

Sinta begidik ngeri dengan kondisi pintu yang menjadi reot, "Noh si Ashalodon. Tanggung jawab lo Sya." Sahut Cakra.

"Buset Sha, ampe reot begitu tu pintu." Ucap Sinta yang kaget dengan tingkah laku Asha.

Asha memutar bola matanya malas, lebay banget orang-orang kelasnya padahal kan engselnya cuma copot bagian atas aja. "Yaudah si alay banget deh kalian." Asha mengeluarkan skrup baru dan obeng dari tasnya.

Semua orang melongo saat Asha mengeluarkan skrup dan obeng dari dalam tasnya. Sebenarnya Asha ingin sekolah apa mau menjadi tukang, "Lo bawa obeng Sya? Kerjaan sampingan lo itu sebenernya nukang ya Sya?" Tanya Bela dengan kikuk.

"Kaya ga tau aja lo Bel, dia kan emang banyak tingkah." Ujar Cakra dengan gelak tawanya, sedangkan Asha hanya mendengus kesal.

🍄🍄🍄

Membolos adalah tujuan yang mulia bagi mereka yang memiliki perilaku yang mengarah ke biadab. "Ta, tadi gue liat ada cewek cakep banget. Gue sempet papasan di koridor kelas IPA tadi, bah coy cakep pol." Dengan hebohnya Satya menyuarakan tentang apa yang dilihatnya tadi.

Sementara Mahanta yang mendengarkan celotehan Satya hanya memutar bola matanya malas, "Lo juga setiap hari bilangnya begitu Sat."

"Kesannya gue kaya bangsat ya kalo lo manggil Sat," Satya mendengus kesal dengan panggilan Mahanta.

"Emang iya."

Satya melototkan matanya dengan ucapan Mahanta, masa bodo ah ia hanya mau membicarakan perempuan yang dilihatnya barusan. "Sumpah ya Ta, gue liat tadi tu cewek dipinggir lapangan lagi ngobrol sama Raka. Wajahnya cantik banget Ta."

"Namanya siapa?"

Satya tampak berfikir sejenak untuk memutar ingatannya, "Asmita!" Ia tersenyum manis kala mengingat name teks yang melekat diseragam Asmita. Sungguh gadis yang manis, batinnya.

"Oh," jawabnya singkat.

"Mau saingan buat dapetin Asmita nggak?" Tawarnya.

"Nggak, lo aja." Mahanta mendudukan dirinya dikursi yang berada di rooftop.

Satya mendengus kesal, "Nggak seru lo. Lo nggak mau pacaran apa?"

"Liat ntar aja," tangan Mahanta menyalakan rokok yang berada ditangannya. Rokok sudah menjadi candu bagi Mahanta, rokok sudah seperti pengalihan rasa sakit dan kecewanya.

Pacar? Siapa yang akan menerimanya dengan tulus? Persetan dengan wajah tampannya, orang-orang hanya mau menumpang ketenaran kepadanya. Mahanta pasti hanya dijadikan pajangan saat jalan, tidak ada tatapan tulus, yang ada hanyalah tatapan memuja para gadis. Mahanta cukup muak dengan semuanya, terlebih ia adalah orang yang bodoh ketika jatuh cinta.

"Yaelah Ta, gue bosen main sama lo terus. Sekali-kali gue juga mau jalan sama cewek."

"Ya lo cari aja cewek, ribet banget."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!