Mahanta termenung di teras kamarnya, ia menatap langit dengan seksama. Pikirannya tertuju pada Asha, apakah dirinya baik-baik saja dirumahnya.
Setelah mendengar cerita Asha hatinya teriris karena tak bisa melindungi gadis yang merupakan pujaan hatinya itu. Ternyata apa yang dipikirkannya dan Arka benar, Asha mengalami penyiksaan oleh mamanya.
Asha sempat menunjukkan luka yang berada di lengannya, luka cambukan seperti yang dikatakan Arka. Ia terus memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa menyelamatkan Asha.
"Kamu lagi ngapain?"
Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka oleh Esti, mama Mahanta. Esti berjalan menghampiri anaknya yang sedang termenung di teras rumahnya.
"Enggak ngapa-ngapain mah," balasnya.
Esti mengelus surai putranya yang kini sudah dewasa, rasanya Mahanta cepat sekali tumbuh besar padahal dulunya masih suka meminta susu.
"Ayo turun ke bawah, papa udah nungguin dari tadi."
Tujuan Esti menemui putranya adalah untuk mengajaknya makan malam bersama, "iya mah."
Tak ada bantahan dari Mahanta, ia ikut menyusuri tangga bersama dengan mamanya hingga ke meja makan dimana sudah ada papanya disana.
"Lama banget sih kalian," protes Rudi yang merupakan papanya itu.
"Orang sabar disayang mama," balas Mahanta yang dibalas pelototan oleh Rudi.
Ditengah-tengah Esti mengambilkan makanan untuk keduanya, tiba-tiba Mahanta bersuara. "Pa, Mahanta ada cewek yang aku suka."
"Cewek mana yang kamu suka?" Tanya Esti yang juga mendengarkan ucapan Mahanta.
"Cantik nggak?" Tanya Rudi dengan menaikkan alisnya.
Mahanta mendengus kala mendengar pertanyaan Rudi, kenapa hal kecantikan yang ditanyakan. Tentu saja Asha-nya sangat cantik.
"Rumahnya lumayan sih mah dari sini. Orangnya cantik banget," balasnya dengan antusias.
"Tapi-,"
Mahanta mulai menceritakan permasalahan yang menimpa Asha, tentang perbuatan mamanya yang selalu menyiksa Asha. Mulai dari memukulnya, mencambuknya, dan menjambaknya.
Ia juga menceritakan tentang sosok Asha, sosok yang kuat seperti wonder woman. Ia tak pernah mengeluhkan masalahnya pada orang lain sedikitpun.
"Kasian banget anaknya, itu ibunya juga jahat banget sama anak sendiri." Esti juga seorang ibu, ibu mana yang tega menyiksa anaknya sendiri. Ibu mana yang tega melampiaskan semuanya pada anaknya, tidak bisa dipungkiri ibu Asha adalah seorang iblis.
"Kuat banget anaknya, suruh tinggal disini aja Ta." Ucap Rudi tanpa beban, daripada disiksa begitu lebih baik tinggal keluarganya saja.
"Iya Ta, daripada dirumah disiksa begitu." Imbuh Esti.
"Beneran boleh?" Tanya Mahanta memastikan.
"Nanti kalian bisa tunangan dulu," lanjut Esti.
"Mahanta sih mau-mau aja, tinggal dianya mau enggak sama Mahanta ma." Balas Mahanta.
"Tinggal hamilin aja." Ucap Rudi tanpa beban.
"Heh!" Esti menyubit lengan suaminya hingga sang empu meringis kesakitan, apa-apaan yang diucapnya itu. Sama anaknya kok ngajarin yang enggak bener.
"Mahanta sayang sama mama, jadi Mahanta enggak mau ngerusak perempuan pa."
Rudi tersenyum kala mendengar ucapan anaknya itu, ternyata anaknya sudah dewasa. "Kenalin sama mama dan papa kalo memang benar dia anak yang baik, nanti papa sidang." Guraunya.
"Kamu jangan sekali-kali nyakitin perempuan Ta, mama juga perempuan. Kalau kamu nyakitin dia sama aja kamu nyakitin mama," peringatnya. Tentang kelakuan Mahanta Esti selalu tau, Esti memang tidak pernah mengekang Mahanta. Selama akademisnya bisa stabil Esti rasa itu bukan sesuatu yang besar, sesekali ia juga menasehati Mahanta supaya tidak terlalu sering membolos.
"Nanti Mahanta ajak kesini pa, siap mamaku sayang." Ucap Mahanta dengan mencium pipi mamanya.
Mereka mengisi makan malam ini dengan obrolan yang serius terkadang juga obrolan ringan, Mahanta selalu antusias untuk menceritakan sosok Asha pada orangtuanya. Ia merasa beruntung karena mereka tak menekan Mahanta untuk mencari sosok yang seperti apa, Mahanta diberikan kebebasan untuk memilih apa yang ia suka dalam artian baik.
🍄🍄🍄
Maegareth saat ini tengah bersama Arlan, kekasihnya. Ia bermanja-manja dengan Arlan dirumahnya, sementara Asha ia mengurungnya digudang karena berani pulang larut.
Tak lupa juga ia memberikan cambukan pada Asha, ia tak membiarkan anak itu mengganti bajunya yang basah. Biar saja ia jatuh sakit, ia tak peduli.
"Dimana anak itu sayang?" Tanya Arlan.
"Aku kurung digudang mas, dia berani pulang larut." Jelasnya.
Arlan tersenyum senang karena mendengar jawaban Margareth, jadinya ia bisa bermesraan dengan kekasihnya tanpa ada gangguan.
"Mas bawain kamu mawar sayang," Arlan menyerahkan buket mawar ke tangan Margareth.
Tentu saja Margareth menerimanya dengan senang, ia mencium pipi Arlan saking senangnya. "Suka banget aku sama mawar," ia mencium aroma mawar yang menurutnya sangatlah wangi.
"Iya dong kaya kamu," Arlan mencolek hidung Margareth dengan gemas.
"Hari ini mas Arlan tidur disini ya, ya," pintanya dengan manja.
Margareth selalu bersikap manja kepada Arlan yang merupakan kekasihnya, sedangkan dengan anaknya ia akan bersikap sekasar mungkin. Bahkan selalu menyiksanya seperti tak memiliki hati nurani.
"Enggak bisa sayang, mas kan harus kerja besok pagi." Balasnya dengan mengusap lembut surai Margareth agar tidak lagi cemberut.
"Kok gitu sih," kesalnya.
"Mas kan udah nggak pernah nginep disini," lanjutnya.
Arlan hanya terkekeh saat melihat kekasihnya kesal, "besok mas harus ke luar kota pagi-pagi sayang." Jelasnya.
"Aku ikut dong," pintanya.
Arlan menatap lekat mata Margareth, "enggak bisa sayang. Soalnya orang kantor nggak boleh ngajak istrinya." Ucapnya seolah memberikan perngertian.
Margareth tersenyum malu kala Arlan menyebut kata istrinya, ia sangat menyayangi sosok Arlan melebihi dirinya sendiri. Ia menyukai Arlan karena dirinya mampu memahaminya, bahkan Arlan sangat pengertian terhadapnya. Hal itu tentu membuat cintanya semakin besar sampai detik ini.
"Nanti deh kalo mas udah pulang, aku bakal nginep disini."
Margareth menatap Arlan dengan mata berbinar, "beneran kan? Janji ya?"
"Iya sayang,"
Kedua insan itu hanyut dalam asmaranya masing-masing, mereka menghabiskan waktunya dengan bersenda gurau satu sama lain.
Terlebih Arlan selalu mengagumi kecantikan sosok Margareth yang mampu menarik pesonanya, ia selalu jatuh dalam pesona Margareth. Andai saja perjodohan itu tidak akan terjadi, pasti dirinya sudah bersanding dengan Margareth dan memiliki anak.
Sekalipun takdir memisahkannya, mereka akan tetap melawan semesta. Mereka akan terus bersatu dengan cinta yang dimilikinya.
Arlan adalah sosok yang mampu membuat Margareth bahagia, semua yang ada dalam diri Arlan semua ia sukai tanpa terkecuali. Parasnya yang tidak bisa dilupakan setiap waktu, pesonanya mampu membuat Margareth jatuh berkali-kali pada sosok Arlan.
"Sayang, mas pulang dulu ya." Arlan mengecup kening Margareth agak lama.
Sebenarnya ia tak rela jika harus meninggalkan Margareth, sebenarnya ia mau memiliki Margareth hari ini. Tetapi sayang sekali keadaannya tidak memungkinkan karena besok ia harus pergi ke luar kota, ia harus merelakan miliknya malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments