Reksa tengah membahas prokernya di ruangan OSIS bersama anggota anak OSIS inti, suasana yang awalnya santai tiba-tiba berubah mencekam karena intruksi dari Reksa.
Reksa menjelaskan secara terperinci mengenai ulangtahun sekolah, ia sudah mendiskusikan dengan beberapa guru yang ikut membantu anak-anak OSIS sebagai koordinator.
Ditengah-tengah Reksa menjelaskan mengenai kegiatan tersebut, tiba-tiba seorang membuka pintu ruangan OSIS. Hal itu membuat atensi semua orang tertuju ke arah perempuan tersebut tanpa terkecuali.
"Gue mau jadi patner lo."
Reksa tersenyum kala mendengar penuturan Asha, perempuan yang baru saja membuka pintu ruangan OSIS itu adalah Asha. Tak sia-sia ia membujuk guru TU untuk memberikan Asha reward yaitu bebas 6 bulan SPP supaya Asha mau membantunya. Dan sesuai dugaan Reksa, Asha tak bisa menolak tawaran Reksa.
Reksa mengulurkan tangannya yang langsung disambut hangat oleh tangan Asha. "Mulai sekarang Asha menjadi wakil ketua OSIS SMA Antariksa!" Reksa tak menyia-nyiakan kesempatannya kali ini, ia langsung mengumumkan kepada anggota inti OSIS dengan suara kencangnya.
"Thanks," Asha sudah memikirkan tentang keputusannya secara matang-matang. Semoga ini langkah yang baik, terlebih lagi Reksa memberikan tawaran bebas SPP enam bulan. Tentu saja Asha sangat membutuhkan hal itu, karena ia tak pernah diberi uang jajan oleh ibunya.
Kondisi ruang OSIS kali ini sangat tenang karena Widya memiliki kepentingan yang mendesak, setidaknya Asha bisa bermafas lega kali ini. Rasanya damai dan tenang.
"Mau kemana lo?" Tanya Reksa saat Asha ingin melangkahkan kakinya untuk duduk dibangku belakang.
"Duduk," jawabnya.
"Lo disamping gue, lo juga ikut mimpin rapat. Enak aja, tas lo taruh didepan deket tas gue." Reksa memberikan kertas yang berisi susunan-susunan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Asha mendengus kesal dan langsung menerima kertas yang Reksa berikan tanpa membantah sedikitpun. "Gue udah share ke kalian mengenai susunan acaranya," ucap Reksa kepada teman-temannya.
"Lo jadi ketua panitia, gue jadi ketua umum."
Asha membelalakkan matanya saat mendengar perkataan Reksa, yang benar saja ia baru saja bergabung langsung diberikan tugas berat. Mau tak mau ia harus menurutinya, demi uang SPP.
Asha membaca susunan kegiatan untuk acara ulangtahun sekolahnya nanti, "Gue maunya anak-anak inti diambil satu orang buat STO."
"Nggak bisa dong, yang ada nanti kita keteteran." Protes Clara yang merasa keberata, yang benar saja untuk acara besar malah hanya ada satu orang saja yang menjadi anggota inti.
"Jadi?" Tanya Reksa pada Asha, ia tahu seorang Asha tidak asal dalam memberi keputusan.
Asha membenarkan letak kacamatanya dan pandangannya menatap ke anak-anak OSIS. "Kalian enggak sendirian, kalian nanti sama anak kelas sepuluh."
"Anak kelas sepuluh kan nggak tau apa-apa, masa langsung jadi anggota inti." Protes Juan.
"Kalian pernah jadi kelas sepuluh kan? Gimana rasanya langsung jadi anggota inti pas kelas sebelas?" Tanya Reksa ke anak-anak OSIS yang tau akan pemikiran Asha.
Asha menoleh ke arah Reksa yang berbicara dan tersenyun, ternyata tidak begitu buruk untukk menjadi patner Reksa. "Jelas kita bingung kan kakak kelas nggak ngasi tau kita gimana caranya jadi panitia inti dan tugas tugasnya juga kan kita belajar sendiri," jelas Intan.
"Apalagi kan mereka masih kelas sepuluh mana ngerti jadi panitia inti," imbuh Clara.
"Nah karena itu, ini adalah acara besar sekolah kita. Kita harus memberi kesempatan ke anak kelas sepuluh supaya mereka bisa ngehandle acara selanjutnya."
"Kelas duabelas kan udah off dari OSIS karena mereka harus mempersiapkan diri buat ujian. Pas angkatan kita juga kita harus bergerak sendiri, kita harus memberi kesempatan ke anak OSIS kelas sepuluh biar mereka enggak kaya angkatan kita."
"Biar mereka bisa belajar cara menghadapi acara besar dan menyelesaikan masalah saat menjadi panitia inti. Kita ambil beberapa aja yang berpotensi buat jadi panitia inti, yang lainnya biar bisa ngebantuin kita."
Reksa dan Asha ternyata satu pemikiran, ia tak menyesal karena membujuk Asha untuk menjadi patnernya. Hal itu mampu membuat anak-anak OSIS tertarik dengan ucapannya karena terdengar bisikan anak-anak OSIS yang sedang mempertimbangkan ucapan Asha.
"Gue setuju asal kita bisa ngusulin nama anak kelas sepuluh yang berpotensi." Ujar Bima yang menyetujui dengan syarat, ia juga ingin memilih siapa yang pantas. Ia mau patnernya itu bisa membantu bukan yang hanya diam dan terima beres saja.
"Gue juga, gue nggak mau dong dapet patner yang salah dan nggak membantu tugas gue sama sekali." Imbuh Clara.
"Bagaimana bapak Reksa?" Tanya Asha kepada Reksa.
"Jelas kalian bebas buat memilih mau bekerjasama sama siapa nantinya, karena ini juga acaranya banyak jadi kalian jadi panitia inti semua."
"Kita sekalian buat STO hari ini, karena kita harus nggarap proposal. Tau sendiri guru kesiswaan kita susah banget acc-nya." Ujar Asha.
Asha mulai menulis dipapan tulis menggunakan spidol, ia menulis struktur organisasi untuk acara ulangtahun sekolah nanti. Ia langsung menulis namanya dan nama Reksa yang tidak bisa diganggu gugat menjadi ketua panitia dan ketua umum.
"Siapa yang bersedia menjadi bendahara?" Tanya Reksa pada yang lainnya.
"Gue mau jadi sekertaris aja," ujar Clara dengan cepat. Ia tak mau menjadi bendahara yang membawa uang panas, mending jadi sekertaris. Gila karena nggak di acc lebih baik daripada hidup dalam ketakutan, takut uang yang dibawanya hilang. Kan tombok jadinya.
Asha langsung menulis nama Clara setelah disetujui oleh Reksa sang ketua umum, "Intan lo jadi bendahara ya." Putus Reksa karena tak kunjung ada yang mau menjadi bendahara.
"Widya aja, masa gue jadi bendahara. Gue udah terbiasa jadi seksi konsumsi." Bantahnya.
"Gila lo," protes Juan.
"Kemarin aja dia pernah jadi bendahara laporannya nggak bener," imbuh Bima.
"Intan jadi bendahara Sha," ucapnya kepada Asha supaya nama Intan ditulis menjadi bendahara.
"Malang banget nasib gue," lirih Intan yang diiringi gelak tawa satu ruangan.
Setelah hampir satu jam akhirnya pembentukan ketua inti selesai, karena Widya tak ikut kumpul ia dimasukkan ke dokumentasi. Tentu saja anak-anak yang meminta agar si Widya ditaruh di dokumentasi.
Tetapi untuk berjaga-jaga, Reksa juga meminta anak anak yang lain untuk mengabadikan kegiatannya. Ia khawatir si Widya hanya tebar pesona dan tidak melakukan tugasnya, ya untuk berjaga-jaga saja.
Acara rapat hari ini Reksa tutup karena sudah sore, sekolah juga mulai sepi yang tersisa hanyalah anak paskibra saja. Itupun mereka sudah bersiap-siap untuk pulang.
Awan mendung mulai menyelimuti langit, Asha mendongakkan kepalanya untuk melihat betapa gelapnya awan itu. Pasti sebentar lagi hujan akan turun, ia bergegas melangkahkan kalinya untuk menuju kerumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments