Widya sangat kesal karena ia hanya mendapat bagian dokumentasi saja. Apa pentingnya bagian itu, kenapa yang menjadi ketua panitia malah Asha bukan dirinya.
Kemarahan dimatanya seolah berkobar, "Kenapa gue cuma bagian dokumentasi sih Rek?" Protesnya pada Reksa.
Widya rela menghampiri Reksa untuk melakukan protes. "Lo maunya apa?" Tanya Reksa dengan tangan membawa proposal yang sudah dibuat oleh Clara.
"Nggak bisa gitu dong, gue nggak setuju kalo Asha yang jadi ketua panitia. Gue nggak mau diatur-atur sama dia." Widya mengeluarkan unek-uneknya dengan suara keras.
"Yaudah lo keluar aja dari OSIS," ucap Reksa dengan santai.
Sial sekali, pagi-pagi begini Widya sudah menghampirinya hanya untuk protes akan bagiannya. Dokumentasi juga penting bukan, bahkan banyak yang menginginkan posisi itu karena tugasnya sedikit santai.
"Nggak bisa gitu dong." Bantahnya.
"Lo harus buat desain MMT ukuran 10 meter buat ditaruh di lapangan," Reksa mencoba mengingatkan tugas Widya yang belum mendesain sama sekali.
"Lo ketua apaan si Rek, gue protes nggak lo tanggepin sama sekali." Kesalnya.
"Ketua dimensi lain kali," candanya.
"Bangsat lo!" Umpatnya.
Reksa menatap mata Widya dengan tajam. "Gue tau lo nggak niat ikut OSIS, setidaknya lo bisa jaga nama baik OSIS. Kita itu sebagai contoh yang lainnya," sebenarnya ia malas jika berhadapan dengan Widya yang terlalu banyak menuntut. Tetapi mau bagaimana ia sudah menjadi anggota resmi OSIS Antariksa.
"Terserah lo lah, gue nggak mau buat desain." Putusnya.
"Itu hak lo, nanti gue kasi pengumuman resmi kalo lo keluar dari OSIS." Sekalipun Widya keponakan bu Lastri tetap saja jika tak menaati aturan akan Reksa keluarkan dari organisasi.
Dia pikir siapa yang anak menerima anggota yang sama sekali tak bisa menghargai itu, mulutnya sepedas cabai dan tak menaati aturan. Bagaimana bisa dia menjadi contoh bagi yang lainnya, seolah tak bercermin.
Reksa tetap Reksa, ucapannya tak bisa dibantah. Sekalipun anggotanya ada yang anak pejabat kalau memang perlu dikeluarkan maka akan ia keluarkan. Itu sudah peraturan mutlaknya.
"Oke gue buat," putus Widya.
Widya sangat kesal dengan Reksa, ia tidak menyukai Reksa yang tidak pernah menganggap keberadaannya. Tidak sepenting itukah dirinya di organisasi?
Ia menghentak-hentakkan kakinya untuk meluapkan kekesalannya terhadap Reksa. Aksi protesnya tidak diterima oleh Reksa, percuma ia menemui Reksa pagi-pagi.
🍄🍄🍄
"Beb nyontek tugas kimia dong dari bu Endang," pinta Indah dengan hebohnya karena lupa mengerjakan tugasnya.
Asmita melemparkan bukunya ke arah meja Indah. "Awas beb gue lempar bukunya." Untung saja ia sudah menyontek pada Cakra tadi.
"Loh ada tugas dari bu Endang?" Tanya Asha yang belum mengerjakan sama sekali.
"Iya," jawab Bela seadanya.
Entah kenapa teman-teman Asha seperti tidak menyukai keberadaannya, padahal ia hanya terdiam sedari tadi. Ia taka akan mengambil pusing dengan apa yang dilakukan teman-temannya, lebih baik ia segera mengerjakan tugas kimianya. Tak apa mengerjakan seorang diri, toh ia sudah terbiasa apa-apa sendiri.
"Beb gue balikin bolpen ya, gue lempar ya beb." Ucap Indah, ia sengaja melempar bolpen milik Asmita supaya mengenai kepala Asha. Hari ini ia muak sekali melihat wajah polos itu.
"Arrgh," Asha meringis kala bolpen yang dilempar Indah mengenai di pelipisnya. Ia melihat tangannya yang memegang dahinya, ternyata dahinya berdarah.
"Sorry ya Sha, Indah ngelemparnya kekencengan." Ucap Asmita yang dibuat-buat.
Seseorang mengambil bolpen yang dilempar Indah dan langsung membuangnya ke tempat sampah. "Lo nggakpapa?" Tanyanya, ia melihat bagaimana dengan sengajanya Indah melempar bolpen itu dengan kencang supaya mengenai Asha.
"Halah lebay," ucap Bela yang tak tahan dengan momen kali ini.
"Nggakpapa, kenapa lo buang bolpennya? Itu bolpen Asmita."
"Ntar gue ganti," ucap Cakra dengan enteng. Orang yang membuang bolpen Asmita adalah Cakra karena ia merasa kelakuan teman-teman Asha tidak pantas.
"Bolpen gue yang tercinta kenapa lo buang sih," kesal sang pemilik bolpen.
"Ntar gue beliin yang baru lima Ta," jawab Cakra.
"Sok banget jadi pahlawan. Heran," ucap Indah dengan tatapan jijiknya.
Cakra menyugar rambutnya dengan percaya diri. "Jelas dong, gue kan pangeran ganteng."
"Najis banget," pekik Bela.
"Gue kan pangerannya Asmita," ucap Cakra dengan menaik turunkan kedua alisnya.
"Pangeran gue kok nolonginnya cewek lain." Sindir Asmita.
"Jijik banget," timpal Indah.
Asha hanya terdiam kala mendengarkan percakapan teman-temannya, ia tidak peduli dengan semuanya itu. Sekalipun yang diomongkan mereka adalah dirinya ia tetap tidak akan peduli seperti saat ini, ia tetap memilih diam dan melanjutkan tugasnya yang sempat tertunda.
"Pura-pura budek lagi." Ucap Bela yang ikut membuat suasana semakin panas.
Cakra tentu menyadari kalau ada yang tidak beres diantara mereka, pasalnya mereka dulu sering kemana-mana bersama tetapi sepertinya saat ini hubungan mereka tengah tidak baik. Terbukti dari sosok Asha yang selalu dipojokkan sekalipun gadis itu hanya diam tak bersuara. Miris sekali pertemanannya.
"Harusnya kali ini kita ngebahas gue sama Asmita yang bakal jadi masa depan," ucap Cakra sengaja mencaikan suasana meskipun usahanya terlihat seperti sia-sia.
Cakra sudah mulai bisa terang-terangan menggoda Asmita karena rencananya gagal sewaktu Asha bisa membaca rencananya. Tak apalah toh ia bisa becanda dengan Asmita sang pujaannya.
Cakra selalu mengajak Asha untuk berteman, tetapi hal itu selalu ditolak oleh Asha. Alasannya supaya Asmita tidak salah paham dengannya, meskipun Cakra belum menjadi pacar Asmita entah kenapa Asha merasa setakut itu jika berteman dengannya.
"buaya! Buaya!" Pekik Asmita yang menganggap Cakra buaya darat.
Asmita selalu menganggap setiap ucapan Cakra hanyalah bualan belaka untuk bahan lelucon, meskipun kadang terlihat sedikit serius.
"Aku ini masa depan kamu beb," Cakra mengedipkan salah satu matanya.
"Pengen muntah gue setan," ucap Indah yang pura-pura ingin muntah kala mendengar ucapan Cakra. Sungguh buaya darat cap cabai, pikirnya.
"Gayamu Cak udah kaya komodo aja," imbuh Bela.
"Ih aku-kamu, lo pasti suka sama gue kan hayo ngaku." Tudingnya pada Bela yang diiringi gelak tawa oleh yang lainnya.
"Ogah banget setan, lo nggak paham bahasa manusia sih." Kesalnya.
"Maaf ya beb Asmita, bebeb Bela udah sayang sama aku. Buktinya dia manggil aku pake kamu," ucap Cakra yang dibuat-buat.
Ya terdengar sangat menjijikan tetapi dengan cara ini mereka pasti tidak akan memojokkan Asha, ia masih harus membalas budi sosok Asha yang membantunya untuk mengetahui kesukaan Asmita pujaan hatinya.
"Bel sama Cakra aja Bel," ucap Asmita yang ikut menggoda Bela.
"Iya tuh beb, pasti nanti digombalin terus." Timpal Indah yang diiringi kekehannya.
"Gue ini setia ya monyet, pesona gue ini nggak main-main." Balas Cakra dengan percaya dirinya yang berada di atas rata-rata.
Kali ini ia bisa menyelamatkan Asha meskipun hanya sesaat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments