2

Mahanta mengikuti gadis yang baru saja mencuri perhatiannya semenjak ia duduk di kursi taman dekat rumahnya. Gadis kuncir kuda dengan rambut berantakan itu mampu membuatnya penasaran hingga ia memutuskan untuk mengikutinya.

Gadis itu melangkah dengan riang, rambut kuncir kudanya bergoyang ke kanan kiri seirama dengan langkah kakinya. Sesekali gadis itu bersenandung kecil seakan sedang menikmati waktu berharganya.

Asha menatap ice cream di warung pinggir jalan dengan tatapan berbinar, ia mengambil beberapa ice cream ditangannya. Tetapi saat ia hendak ingin membayar, matanya melihat anak kecil disebrang jalan dengan tatapan seolah menginginkan ice cream yang berada digenggamannya.

Tangan asya mengisyaratkan supaya anak itu mendekat ke arahnya, "kamu mau ice cream enggak? Pilih aja yang kamu mau."

Mata anak itu seolah mengernyit bingung, "udah ambil aja nggakpapa." Ucap Asya meyakinkan.

Seolah tak mau mengambil, Asha menghela nafasnya dan mengambil beberapa ice cream untuk anak itu. "Buk ini totalnya berapa?" Asya menaruh ice cream dihadapan sang penjual agar bisa dihitung dengan mudah.

"Empat puluh ribu dek."

Asya menyerahkan uang pas ke penjual, lalu menghampiri anak kecil tadi. "Nih buat kamu. Nggak usah malu-malu," Asya menaruh dua ice cream ke tangan anak itu lalu tersenyum.

"Ibuk! Evan dapet ice cream gratis."

"Loh udah pulang kamu Van," Asya hanya bisa melongo dengan apa yang diucapkan anak itu, ternyata anak itu adalah anak si pemilik warung. Pantas saja ia bingung saat ditawari ice cream, lha wong tinggal ambil diwarungnya.

Saat berjalan menuju arah pulang ia mengomel, "Woalah anjir pantesan nggak mau gue beliin ice cream. Lha wong yang punya warung," ucapnya dengan nada kesal.

Sementara lelaki yang tak jauh darinya hanya terkekeh geli melihat tingkah konyol gadis yang tak jauh dihadapannya. Ia tertawa seperti orang gila karena melihat apa yang dilakukan gadis itu. "Niatnya mau beramal tapi ternyata anak yang punya warung," lelaki itu menggelengkan kepalanya dan terkekeh.

Asha mematung kala ia sampai di pekarangan rumahnya, ia melihat ibunya tengah menggandeng pria lain dan yang membuat matanya syok adalah saat ibunya tiba-tiba mencium pria itu. Asya tersenyum miris melihat keluarganya yang hancur tetapi masih lengkap.

Asya membuang ice creamnya dan memilih berbalik arah, ia seharusnya tidak melihatnya. Ia menyesal karena pulang tidak tepat waktu, tatapannya berubah menjadi kosong seketika.

Asya berjalan dengan menunduk hingga menabrak dada bidang seseorang. Ia mendongak dengan tatapan kosong, melihat siapa yang ia tabrak. "Sorry."

Lelaki yang ia tabrak itu diam mematung saat melihat kondisi Asha, apa yang terjadi padanya? Ia langsung memeluk gadis yang ia ikuti dari tadi.

Asha terdiam saat orang itu tiba-tiba memeluknya, ini adalah pelukan pertamanya. Rasanya hangat dan nyaman, air matanya tiba-tiba turun tanpa diminta. Rasa sakit perlahan menjalar ke dalam tubuhnya, rasanya menyesakkan. Ia tak membalas pelukannya tetapi ia malah menangis tanpa suara.

"Sorry baju lo basah." Ucapnya dengan suara serak karena menangis.

"No problem."

Tangannya seperti menenangkan Asha, Asha mendongakkan wajahnya hingga ia melihat siapa pria yang ada dihadapannya. "Kenapa?" Tanya pria itu.

Asha hanya menggelengkan wajahnya dan kembali menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria itu. Asha kembali menangis, air matanya membasahi baju pria itu. Bodoamat jika pria itu jijik padanya, sebelum pria itu sadar ia akan menikmati pelukan hangatnya yang menenangkan.

Asha melepaskan pelukannya saat dirasa tenang. "Siapa nama lo?" Tanya pria itu.

"Asha."

🍄🍄🍄

Satya mendudukan dirinya dibangku kantin bersama dengan Mahanta. Mata Satya menyusuri kantin tanpa ada yang terlewatkan, ia tersenyum manis saat mengetahui keberadaan Asmita di meja yang tak jauh darinya.

"Asmita coy," Satya menyenggol bahu Mahanta.

"Apa?"

Satya mendengus kesal, "Asmita yang gue ceritain kemarin." Dagunya mengarah dimana Asmita berada.

"Oh."

"Si monyet, ayo tebar pesona." Satya menyugar rambutnya dengan matanya yang mengedipkan mata seperti orang genit.

"Ogah gue."

Satya mendikkan bahunya, ya sudah kalau tidak mau. Ia akan memikat Asmita sendirian, biarkan saja Mahanta menjadi bujangan jomblo.

"Boleh gabung nggak?" Tanya Satya dengan sikap sok cool-nya.

Aamita yang tengah berbincang dengan Bela itu langsung mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang menghampirinya, "boleh." Jawabnya dengan tersenyum manis.

Lumayan kan nggak dapet Raka, Satya pun jadi. "Tumben lo sendiri Sat?" Siapa sih yang tidak mengenal Satya di gombal ulung di sekolahnya. Mustahil untuk tidak mengenal seorang Satya.

"Lo tau nama gue?" Tunjuk Satya pada dirinya sendiri.

"Yaelah Satya, lo udah terkenal sebagai gombal ulung." Bela memutar bola matanya dengan malas.

"Bener bgt." Imbuh Asmita.

Satya terbahak mendengar ucapan Bela, ternyata ia seterkenal itu. "Gila, pesona gue nggak main-main."

Asha berjalan tergesa-gesa untuk menyusul Asmita, karena ia baru saja menyelesaikan catatannya. Ia menghembuskan nafasnya dengan kasar saat melihat Asmita yang tengah menggarap mangsanya, entah Asmita berbicara dengan siapa. Ia tak mengenalnya, dengan langkah yang malas ia memutuskan untuk memesan makanan.

Mata Asha menyusuri ke penjuru kantin, sayang sekali semua meja sudah terisi penuh padahal tadi ia melihat ada meja yang kosong. Tetapi setelah ditinggal memesan makanan, mejanya sudah ada yang menempati. Ia mendengus kesal, apa ia harus bergabung dengan Asmita saja? Rasanya sangat malas

"Asha."

Asha menoleh saat merasa ada yang memanggilnya, "lho kok?"

"Duduk sama gue sini."

Asha mengangguk, tak apalah ia duduk dengan orang yang memanggilnya itu. Tetapi bagaimana bisa ia bertemu pria yang kemarin ia peluk, kenapa dunia sesempit itu. Asha menggelengkan kepalanya seperti enggan memikirkan semua itu.

"Sorry ya sekali lagi," ucap Asha.

"Buat?"

"Karena gue baju lo jadi basah, pasti sangat menjijikan kan gue."

Ia terkekeh mendengar perkataan Asha?, "Enggak kok, santai aja."

"Gue Mahanta." Lanjutnya.

Asha hanya mengangguk sambil memakan burgernya, "oke deh. Thanks ya udah diajakin gabung ke meja lo."

"Lo nggak sama temen lo?" Tanya mahanta. Ia sedikit bingung, pasalnya perempuan itu tidak mungkin jika ia tak memiliki teman.

Bukannya menjawab, Asha hanya mengarahkan dagunya ke arah meja Asmita berada. "Lo temennya Asmita?"

Asha sama sekali tak kaget dengan Mahanta yang mengenal Asmita, siapa juga yang tak mengenal Asmita si anak baik hati dan cantik. Mustahil untuk tidak menyukai Asmita.

"Iya, lo suka sama Asmita?"

"Nggak! Gue tau namanya dari Satya, tuh orangnya lagi duduk sama Asmita." Ooo ternyata orang yang duduk dengan Asmita dan Bela adalah Satya teman Mahanta.

"Boleh minta tolong nggak?" Tanya Asnya dengan hati-hati.

"Lo suka sama Satya?"

"Ngaco lo, kenal juga enggak. Tolong lepasin kacamata gue, idung gue pegel pake kacamata. Tangan gue kotor dua-duanya kena saus," asha menunjukan kadua tangannya yang kotor terkena saus. Entah Asha pasti selalu seperti itu kalau sedang makan.

"Oke," Mahanta melepas kacamata Asha dan meletakkannya di meja.

"Thankyou mahanta," Asha tersenyum dengan pipinya yang gembul karena mengunyah makanan.

"Gue baru tau kalo lo sekolah di sini," ujar Satya.

"Gue juga nggak pernah liat lo disekolah, eh tapi gue anak kudet deng." Ujarnya dengan tertawa.

Uhuk! Uhuk! Uhuk!

"Nih minum."

Asha meminum minuman yang diserahkan Mahanta padanya, "ini kan minuman lo!"

"Emang,"

"Daripada lo mati keselek," lanjutnya.

Asha hanya nyengir kuda, "iya sih."

"Gue ganti ya, gue abisin soalnya minuman lo."  Asha tak enak hati melihat minuman Mahanta yang habis tanpa sisa.

"Nggak usah. Gue juga udah selesai makan," tolaknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!