Hari ini kondisi kelasnya sepi, Cakra berjalan ke arah Asha yang tengah membaca. Entah membaca apa ia tak tahu, dengan senyum sumringahnya ia menghampiri Asha yanf tengah duduk seorang diri.
Ia langsung menggeret kursi untuk duduk di dekat Asha, "Nggak ke kantin lo Sya?" Tanyanya dengan memandang lekat wajah Asha.
Asha sedikit kaget karena kedatangan Cakra, ia sedikit bingun kenapa Cakra disini tidak ke kantin seperti yang lain? "Enggak, lo sendiri ngapain disini?"
"Gue mau nemenin lo,"
Asha yang tengah membaca susunan acara yang diberikan Reksa itu mendongakkan kepalanya, alisnya mengernyit bingut. "Buat?"
"Ya buat nemenin orang yang gue suka lah," ujarnya dengan percaya diri.
Asha menganggukkan kepalanya mengerti, "Asmita udah di kantin. Susul aja," ucapnya seolah mengerti maksud dari kalimat Cakra.
Cakra tertegun sesaat, bagaimana Asha tau mengenai rencananya yang mendekati Asha hanya untuk tau kesukaan Asmita sang pujaan hatinya. Apa Asha mengetahui banyak hal?
Cakra menggelengkan kepalanya, "Enggak. Gue emang mau disini sama lo," ia berusaha meyakinkan Asha.
"Oke. Sebentar lagi Asmita juga dateng, katanya dia cuma beli roti aja." Jelasnya.
Cakra mendengus napasnya kasar, "Lo tau?"
Asha terkekeh, siapa yang tidak tau. Asha sering didekati seseorang hanya ingin mengetahui kesukaan Asmita. Ia bukan orang bodoh yang tidak tau, bahkan Cakra secara terang-terangan untuk bertanya kesukaan Asmita. Awalnya Asha mengira Cakra berbeda dari yang lain, ternyata sama saja. Ya begitulah manusia, pikirnya.
"Gue nggak kaya yang lo pikirin Sha," bisa-bisa rencana Cakra gagal jika Asha tidak mau memberikan informasi kepada Cakra. Ia tak akan membiarkan Asha untuk pergi sebelum Cakra mengetahui semua tentang Asmita.
Asha menghentikan aksi membacanya, "informasi terakhir Asmita suka warna girly. Dia juga suka sama barang-barang mewah, dia suka diajak liburan." Ucapnya yang seolah tau isi pikiran Cakra.
"Sha lo salah paham."
"Salah paham buat apa?"
Cakra menghela nafasnya, "gue pengen deket sama lo."
"Buat dapetin Asmita kan, santai aja." Ucap Asha tepat sasaran.
Cakra bungkam, ia tak tahu lagi harus berbicara seperti apa. Lidahnya mendadak kelu seketika, ia bingung harus bagaimana. Setaunya Asha adalah perempuan yang mudah didekati, kenapa malah terlalu to the point begini. Gagal sudah rencananya.
"Lo nggak perlu pura-pura suka sama gue biar lo bisa dapetin Asmita. Cara lo terlalu mudah ditebak," lanjutnya.
🍄🍄🍄
"Lo nggak nemuin si Asha?" Tanya Arik.
"Enggak, nanti di risih sama gue."
Arik memijat pelipisnya dengan kedua tangannya, bagaimana tidak. Mahanta menyukai Asha tetapi tidak memperlihatkan tanda bahwa ia menyukainya. Bahagimana Asha tau. "Lo goblok apa gimana sih, orang dari kemarin aja lo diem aja." Herannya.
"Gue udah sering peluk dia," ujarnya.
Arik membelalakkan matanya, kapan Mahanta memeluk gadis itu. Pasalnya Mahanta selalu menghabiskan waktunya dengan Arik, apa dia bisa jurus seribu bayangan? Ia cukup kaget, apa mereka sudah sedekat itu.
"Kapan lo peluk dia? Perasaan lo sama gue terus."
"Noh liat si Satya lagi melancarkan aksinya," lanjutnya dengan tangan yang menunjuk ke bawah arah lapangan dimana Satya berada. Arik dan Mahanta berada di lantai dua jadi ia bisa melihat Satya dari atas.
"Terus?" Tanya Mahanta.
"Ya lo kaya Satya dong nyet," gemasnya.
"Kayaknya gue nggak liat si Asha di kantin tadi," lanjutnya. Memang benar ia tak melihat gadis itu di kantin, pasalnya ia sempat melihat ke arah meja Asmita dimana tak ada Asha disana.
"Gue cabut," ucap Mahanta yang pergi begitu saja.
Tak sia-sia Arik mengompori Mahanta, biarlah Mahanta menghampiri gadisnya. Toh ini juga momen langka bagi Arik, kapan lagi ia bisa mengkompor-kompori sosok Mahanta yang tidak peduli dengan apapun.
Mahanta melangkahkan kakinya menuju kelas Asha, ia juga sempat membeli banyak roti dan susu cokelat untuk gadis itu. Perkataan Arik mampu membuat Mahanta kepikiran, bagaimana bisa gadis itu tak makan padahal pulang sekolah masih sore nanti.
Mahanta memasuki kelas Asha yang hanya ada sosok Asha saja di dalam kelas, sudah dipastikan teman-temannya sedang menghabiskan waktu istirahatnya. Ia melangkahkan kakinya menuju ke bangku Asha, terlihat ia sedang membaca dengan serius.
Ia tersenyum samar saat melihat Asha, pujaan hatinya. "Makan dulu," Mahanta meletakkan kantong kresek dimeja Asha, awalnya gadis itu kaget akan kehadiran Mahanta yang tidak disadari oleh Asha.
"Buat Asmita?" Tanyanya, sekarang Asha jadi kurang percaya pada semua orang yang mendekatinya. Rasanya mereka mendekatinya dengan tujuan, yaitu supaya bisa dekat dengan Asmita temannya.
"Bukan, gue nggak kenal siapa Asmita. Gue cuma sekedar tau namanya dan gue nggak suka sama dia." Jelasnya, bagaimana bisa Asha mengira jika ia menyukai temannya padahal jelas-jelas ia memberikan roti itu kepadanya bukan kepada Asmita.
"Hah?"
Mahanta tersenyum kala melihat wajah cengo Asha, "Kalo gue suka sama temen lo ngapain gue disini sama lo." Jelasnya.
"Gue tadi nggak liat lo dikantin, kenapa nggak makan?" Lanjutnya.
Asha menggaruk pelipisnya yang tak gatal seraya menunjukkan kertas yang dibacanya, "Gue harus ngurusin ini." Ujarnya.
Mahanta mengambil kertas yang berada ditangan Asha, ia membaca kertas itu. Ternyata berisi kegiatan untuk ulangtahun sekolahnya. "Makan dulu," mahanta sengaja mengambil kertasnya supaya Asha bisa fokus memakan makanannya.
"Gue nggak laper,"
"Lo nggak makan, gue sobek kertas lo." Ancamnya.
Sial sekali Asha sedang malas makan malah mendapat ancaman oleh Mahanta, enak saja kertasnya mau disobek. Ia saja hanya punya satu, ia malas jika harus meminta ke Reksa lagi. Dengan ogah-ogahan Asha memakan roti yang dibawa Mahanta.
Entah sejak kapan Mahanta sudah duduk didekat mejanya, ia tak tahu. Tetapi Mahanta telah menyelamatkan perutnya yang kosong dari tadi, pasalnya ia juga malas berdesak-desakan di kantin.
"Enak," gumamnya dengan mulut yang terus mengunyah.
Mahanta tersenyum tipis saat melihat Asha memakan makanan yang dibawanya, apa tadi katanya tidak lapar? Bahkan gadis itu melahap rotinya dengan lahap. Pasti gadis itu hanya menghabiskan waktu dengan kertasnya jika Mahanta tak datang.
"Lo jadi panitia ulangtahun sekolah?"
Asha mengangguk dengan pipi yang penuh dengan makanannya, "gue jadi ketua panitianya. Lumayan pusing," ujarnya.
"Capek banget ya pasti."
Lagi-lagi Asha mengangguk, "lumayan gratis SPP enam bulan hehe." Lanjutnya.
"Kalo capek nggak usah dikerjain."
"Nggak. Buat SPP gue nggak capek, btw rotinya enak."
Mahanta tersenyum kala Asha mengatakan roti yang dibawanya enak, "besok mau gue bawain?"
Asha menggeleng-gelengkan kepalanya. "Enggak mau, gue nggak mau manfaatin lo." Memangnya Asha perempuan macam apa yang tega menyuruh Mahanta membawakan roti untuknya. Yang ada Asha seperti sedang mamanfaatkan Mahanta.
"Enggaklah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments