Bab 1

...✨✨✨...

Di dalam ruangan VVIP terdapat satu perempuan yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit, perempuan berkulit putih dan berambut hitam pekat tersebut terlihat mulai menggerakkan tangannya.

"Eugh."

Perlahan netranya mulai terbuka, tatapannya tertuju pada langit-langit rungan itu yang bernuansa putih polos.

'Gue dimana?' batin perempuan tersebut, yang tak lain adalah Raeesha.

Di tengah kebingungan nya, tiba-tiba dia mendengar suara pintu terbuka.

Ceklek.

Tap. Tap. Tap.

"Astaga, nona sudah sadar?" ujar perempuan paruh baya yang baru saja memasuki ruangan tersebut.

Raeesha yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit, merasa heran dengan kedatangan wanita paruh baya di sampingnya.

"Anda, siapa ya?" ujar Raeesha, tatapannya tampak sangat kebingungan.

"Astaga ini saya, nona. bibi Ira pelayan nona." Sahut perempuan paruh baya tersebut.

Raeesha menarik satu alisnya ke atas, dia merasa tidak memiliki pelayan pribadi selama hidupnya, "Apa mungkin anda salah orang? mungkin nona yang anda maksud bukan saya."

Mendengar jawaban nonanya yang tidak mengenali dirinya, membuat bi Ira cemas.

"Nona, saya akan panggilkan dokter sebentar." Ujarnya dan berlalu meninggalkan Raeesha sendirian.

Setelah kepergian bi Ira, Raeesha mulai memperhatikan sekelilingnya hingga tatapannya tertuju pada ponsel di nakas samping ranjangnya.

Dia mengambil ponsel tersebut yang dia kira merupakan ponselnya, sebab casing ponsel itu sama persis seperti miliknya. Namun saat dia akan menyalakan ponsel itu dia terkejut melihat wajahnya yang berbeda.

Tak percaya dengan penglihatannya, Raeesha memilih membuka kamera dan betapa terkejutnya dia ketika melihat wajahnya benar-benar telah berubah.

"Ini wajah siapa? kenapa wajah gue jadi seperti ini." Gumam Raeesha.

Bersamaan dengan keterkejutannya, tiba-tiba lintasan memori yang entah milik siapa mulai masuk ke dalam kepala Raeesha.

Menjauh dariku bit**.

Kau menjijikan.

Tidak tau diri.

Kau hanya pengganggu .

Sampah sepertimu tidak pantas berada di sini.

"AARRGHH." Raeesha menjatuhkan ponselnya asal, dia mengerang kesakitan sembari memegangi kepalanya yang terasa seperti akan meledak.

"Sa-kit aakhhh."

Semua ingatan yang memaksa menerobos masuk ke dalam kepala Raeesha hanya berisi hinaan dan cacian.

Raeesha menarik dan memukuli kepalanya sendiri dengan kasar, berharap hal itu bisa membuat ingatan yang masuk berhenti. Namun sayang justru rasa sakit di kepala Raeesha semakin menjadi. Saat Raeesha sedang sibuk memukuli kepalanya, datanglah dokter yang di panggil oleh bi Ira.

Ceklek.

Drap. Drap. Drap.

"Ya ampun, nona. apa yang anda lakukan?" panik bi Ira sambil berlari menghampiri ranjang Raeesha, dia berusaha menahan kedua tangan Raeesha agar berhenti memukuli kepalanya sendiri.

"Argh sakit, sakit banget sialan." Umpat Raeesha yang mampu membuat dokter dan bi Ira terkejut.

Dokter yang melihat Raeesha tidak bisa di kendalikan ,akhirnya menyuntikan obat tidur agar Raeesha bisa tenang. Setelah Raeesha tenang dan mulai memejamkan matanya, sang dokter pun bergegas memeriksa keadaan pasiennya.

Beberapa saat kemudian dokter telah selesai melakukan pemeriksaan, dia menghela nafas berat yang membuat bi Ira semakin cemas.

"Bagaimana kondisi nona saya, dok?"ujar bi Ira.

"Keadaan nona sudah stabil tapi-"

"Tapi apa, dok. jangan bikin saya panik." Potong bi Ira tidak sabar.

Dokter tersebut kembali menghela nafas berat, "Sepertinya nona mengalami amnesia ringan akibat benturan yang mengenai kepalanya, selebihnya tidak ada masalah dalam tubuhnya dan nona bisa pulang dua hari lagi."

Mendengar kabar tersebut membuat bi Ira merasa sedih sekaligus lega di saat yang bersamaan, dia tidak menyangka hal itu akan menimpa nonanya. tanpa bi Ira ketahui jika nonanya telah pergi dan di gantikan dengan jiwa milik Raeesha. Setelah mengatakan kondisi pasien pada bi Ira, dokter pun berlalu dari ruangan tersebut.

...-------------------------------------...

Di alam bawah sadarnya, Raeesha sedang berjalan menyusuri rerumputan di tengah hamparan tanah yang terbentang luas.

Raeesha tidak tau dia sedang ada di mana dan apa yang dia lakukan di sana, dia hanya berjalan terus menerus sampai pada akhirnya dia mendengar seseorang memanggil namanya.

"Raeesha."

Seketika Raeesha menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, dia melihat perempuan cantik yang mengenakan gaun berwarna putih yang sangat kontras dengan kulit mulusnya.

"Siapa lo?" ujar Raeesha waspada.

Perempuan tersebut berjalan menghampiri Raeesha, "Perkenalkan, aku adalah pemilik tubuh yang akan kamu tempati, dan sekarang kita sedang berada di alam bawah sadar mu."

Mendengar ucapan tidak masuk akal dari perempuan di hadapannya membuat kedua alis Raeesha mengernyit heran. "Maksudnya?"

"Kamu akan mengambil alih kehidupanku, lebih tepatnya kamu bertransmigrasi ke dalam tubuh aku, Raeesha."

"Why?" ujar Raeesha masih tak mengerti dengan ucapan perempuan tersebut.

"Aku tidak bisa menjelaskan padamu Raeesha, aku hanya bisa bilang jika kita saling terhubung satu sama lain. Selebihnya kamu harus mencari tau sendiri jawabannya.".sahut perempuan tersebut.

"Lalu bagaimana denganmu?"

Perempuan tersebut menatap hamparan rumput di hadapannya dengan tatapan hampa, "Aku sudah meninggal, Ra. aku tidak sanggup melanjutkan kehidupanku, di sana tidak ada satu pun orang yang mengharapkan kehadiranku."

"Namun kamu berbeda denganku, Raeesha. kamu pasti mampu bertahan dan menemukan kebahagiaanmu kali ini."

Raeesha tidak menampilkan wajah sedih atau pun senang, dia hanya menatap datar pada perempuan di depannya.

"Kalo gue nggak mau gimana?"ujar Raeesha setelah beberapa saat terdiam.

"Kamu tidak bisa mengelak dari takdir yang sudah di tentukan, Raeesha." Jawaban mutlak dari perempuan di hadapannya berhasil membuat Raeesha bungkam.

Perempuan tersebut meraih kedua tangan Raeesha dan menggenggam nya dengan erat.

"Aku akan memberikan semua ingatan yang aku miliki padamu sebagai petunjuk agar kamu tidak kebingungan nantinya, Raeesha. kehidupan kita hampir sama hanya saja kamu mampu melewati semuanya sedangkan aku tidak." ujar perempuan tersebut sendu.

Raeesha menatap tepat pada netra perempuan di hadapannya, "Lo salah menilai gue, jika saja bunuh diri bukan sebuah dosa pasti udah dari dulu gue lakuin. Tapi gue nggak sebodoh itu sampai menyerah dengan takdir meski pada akhirnya gue tetap kalah."

"Kamu bukan kalah, Ra. tapi kamu mengalah andai saja kamu mau melawan pasti kamu mampu mengalahkan mereka." Ujar perempuan tersebut tersenyum lembut.

Raeesha tertegun, kata-kata itu yang selama ini ingin dia dengar. Kata-kata singkat yang mampu membuat dia bangkit dari rasa sakitnya.

Raeesha merasa baru kali ini dia bisa berbicara panjang lebar dengan seseorang, itu pun dengan orang yang telah meninggal. sedangkan saat bersama Naomi dia tidak bisa mengutarakan perasaannya karena dia tidak ingin membuat Naomi khawatir.

"Thanks, tapi sebelum gue gantiin kehidupan lo pasti ada hal yang lo mau dari gue kan?"

Perempuan tersebut tersenyum tipis, "Yah kamu ternyata sangat peka, Raeesha. aku ingin meminta bantuan kamu untuk mengusut kematian kedua orang tuaku karena aku tidak bisa menyelidikinya, selama ini aku terlalu bodoh dan tergila-gila pada cinta sampai aku melupakan fakta tentang kejanggalan kematian orang tuaku."

"Oke bakal gue bantu, anggap aja sebagai bayaran atas raga yang lo berikan sama gue. tapi sebelum itu apa lo yatim piatu sekarang?"

Perempuan tersebut menangguk singkat, "Bukankah kamu menginginkan hal seperti ini di kehidupanmu yang dulu, Ra?"

"Benar, karena dulu orang tua gue brengsek dan ibu gue pergi ninggalin gue sendirian." sahut Raeesha dingin.

Perempuan tersebut menatap lama pada netra Raeesha sebelum kembali berbicara, "Namaku, Ruby Xaviera Zamora dan mulai sekarang itu akan menjadi namamu, Raeesha."

"Baiklah, btw gue nggak pindah dimensi kan?"

"Tidak, kamu masih berada di negara yang sama dengan orang tua kandungmu." Jawab Ruby.

Raeesha kembali mengangguk sebagai respon, Ruby yang merasa waktunya telah habis segera berpamitan dengan Raeesha.

"Ra, waktu ku telah habis aku hanya bisa berharap kamu mampu menemukan apa yang kamu cari dalam kehidupanmu kali ini, aku pamit, Raeesha. jaga diri baik-baik."

Belum sempat Raeesha menjawab tubuh Ruby telah hilang seperti butiran debu yang berterbangan, bersamaan dengan itu Raeesha kembali ke dalam kehidupan nya yang nyata.

Ingatan yang di berikan oleh Ruby pun perlahan memenuhi kepala Raeesha, hanya saja rasa sakitnya tidak seperti tadi.

Terpopuler

Comments

Hanes S

Hanes S

aku pengen liat apa balasan bagi orang tua yang menyakiti anaknya

2024-04-14

2

Safeiru

Safeiru

oh! bBisa balas dendam tuh!

2024-05-04

0

Wo Lee Meyce

Wo Lee Meyce

ku pantau dulu ya thor,,semga aku suka sampe akhir

2024-03-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!