Bab 6

...✨✨✨...

Lima puluh menit kemudian Ruby telah sampai di mansion kedua orang tua Delvin, Ruby turun lebih dulu dan mengitari mobil untuk membantu memapah Delvin berjalan.

''Kakak, mau gendong aku lagi?'' ledek Delvin tersenyum tengil.

''Nggak,'' jawab Ruby singkat.

Delvin tertawa pelan, ''Kenapa, Kak?"

''Nanti, mamah bisa pingsan kalau tau.''

''Pffttt benar juga sih, ya udah Kakak bantu papah aku aja," usul Delvin.

Ruby mengangguk dan langsung memapah tubuh Delvin, meski wajah Delvin bonyok tapi dia terlihat biasa saja.

''Kamu udah sering dapat perlakuan begini, Vin?" tanya Ruby di sela perjalanan mereka menuju pintu mansion.

'' Nggak juga sih, cuma beberapa kali doang kalo lagi apes hehe,'' sahut Delvin terkekeh pelan.

Ruby mendengus sebal, mereka telah tiba di depan pintu dan saat Ruby membuka pintu dia terkejut melihat mamahnya berada di depan pintu.

Ceklek.

''Astaga, Mamah!'' pekik Ruby dan Delvin bersamaan.

"Ya ampun, sayang ada apa dengan kalian? kenapa kalian acak-acakan kaya gini."

"Jangan bilang, Delvin ngajak kamu berantem, Ruby?" lanjut Valeri pada menantunya.

Delvin mendengus jengkel dia tidak terima di tuduh seperti itu, "Mah, yang bonyok aku bukan kak Ruby, kenapa malah aku yang di tuduh?"

"Itu salah kamu sendiri, siapa suruh kamu sering pulang dengan wajah kaya gitu, sayang tau muka warisan papah jadi jelek," sahut Valeri pada putranya.

"Maaaah," rengek Delvin frustasi.

"Apa? kamu mau ngelak lagi hm?" Valeri berkacak pinggang menatap Delvin garang.

"Ck Mamah nggak asik ah," sungut Delvin.

"Dih kamu kira, Mamah teman kamu?"

"Mamah, malu tau ada kak Ruby di sini," gerutu Delvin.

Ruby tertawa lirih melihat perdebatan ibu dan anak di hadapannya.

"Nggak papa Mah, aku juga mau pamit lagi masih ada urusan lain di luar mah."

"Loh, kamu nggak mau main dulu di sini sayang?" ujar Valeri heran.

Ruby menggeleng pelan, "Lain kali aku main kesini mah, sekarang belum bisa."

Valeri mengangguk singkat, "Kamu hati-hati di jalan, sayang."

Ruby mengangguk, "Aku pergi Mah, Vin."

Ruby mencium punggung tangan mamahnya, dia juga mengusak rambut Delvin pelan.

"Jangan keseringan berantem Vin, inget kata Mamah wajah warisan papah kamu bisa jelek kalo kamu sering bonyok, Vin."

"Ck, Kak Ruby jangan ikut-ikutan Mamah ih," Dumel Delvin tapi dia tidak menyingkirkan usapan Ruby di kepalanya.

Ruby tersenyum simpul, "Kakak pergi yah bye."

Delvin mengangguk singkat, "Sering-sering main kesini Kak, biar aku nggak stres sendiri ngurusin Mamah."

Pletak.

"Dasar anak nakal," ujar Valeri setelah menjitak kepala putranya.

Ruby tersenyum simpul dan mengangguk, dia berbalik lalu meninggalkan mereka berdua yang masih menatapnya. Saat sudah di mobil Ruby menyempatkan melambaikan tangan pada mereka berdua dan berlalu meninggalkan mansion mamahnya.

Setelah kepergian Ruby, Delvin menatap wajah Mamahnya penuh tanda tanya.

"Mah, sepertinya kak Ruby sudah berubah?"

Valeri mengangguk, "Mamah juga merasa seperti itu, kita berdoa aja semoga perubahan kakak kamu kali ini menjadi hal baik untuknya."

Delvin mengangguk, "Tapi, Mamah tau nggak kalo kak Ruby bisa beladiri?"

Kedua netra Valeri membulat sempurna, dia menggelengkan kepala perlahan.

"Nggak, Mamah nggak tau sama sekali, memangnya kenapa kamu tanya seperti itu, Vin?"

"Tadi kak Ruby yang nolongin aku, dia bisa beladiri Mah, aku aja sampai kagum lihatnya," ujar Delvin antusias.

Dia menceritakan kejadian yang tadi di alaminya pada Valeri, dalam pikiran mereka berdua tersimpan pertanyaan sejak kapan Ruby bisa beladiri? Sebab setau mereka, Ruby selalu menjadi gadis anggun dan feminim.

"Apa mungkin, kecelakan bisa membuat seseorang menjadi berubah drastis?" gumam Valeri keheranan.

Sedangkan Delvin juga memikirkan hal yang sama dengan mamahnya, Delvin baru duduk di bangku kelas dua SMA dan dia juga baru kali ini melihat sikap Ruby yang tidak sungkan seperti dulu pada keluarganya.

'Mungkin, perubahan kak Ruby karena bang Lucas sudah menerimanya?' batin Delvin penasaran.

Mereka berdua memilih masuk ke dalam mansion untuk mengobati luka Delvin, sebelum infeksi karena Delvin juga mendapat sayatan di kakinya tadi.

...______________________...

Ruby membawa mobilnya menuju taman yang terletak cukup jauh dari mansion kedua orang tua Lucas. Dia ingin melepaskan rasa lelahnya setelah seharian sibuk mengurus saudara yang tidak tau di untung.

Sesampainya di taman, Ruby langsung keluar dan berjalan menuju salah satu bangku yang ada di sana. Dia menghela nafas berat sembari memejamkan kedua matanya.

Beberapa saat kemudian kedua mata Ruby kembali terbuka, dia menatap cakrawala yang membentang indah di antara nabastala.

"Sangat cantik," ucap Ruby tanpa sadar.

"Benar, sangat cantik," Sahut seseorang di samping Ruby.

"Astaga!" pekik Ruby terkejut.

Dia menoleh dan melihat seorang pemuda sedang tersenyum manis padanya.

"Hay," sapa pemuda tersebut.

Mendengar sapaan sok akrab darinya, kedua alis Ruby langsung menukik tajam.

"Siapa kau?" tanya Ruby dingin.

"Aku? kenalin nama aku, Ardelio Carloza." Ujarnya tersenyum ramah.

Mendengar nama yang asing di telinganya, Ruby merasa heran.

"Ada perlu apa anda dengan, saya?"

"Tidak ada, hanya ingin menyapa saja," Sahut Ardelio.

Mendengar jawaban tersebut, Ruby kembali menatap taman yang kini mulai terlihat sepi. Ruby merasa beban beratnya terasa sedikit ringan setelah dia berdiam diri di sana.

"Btw, nama kamu siapa?" ujar Ardelio menatap wajah Ruby dari samping.

"Tidak penting untuk anda tau."

"Kenapa?" tatapan heran terlihat jelas di wajah Ardelio.

Ruby menoleh ke arah Ardelio, bersamaan dengan itu hembusan angin menerbangkan helaian rambutnya yang tergerai.

"Tidak ada alasan khusus, untukku memberitahu anda," sahut Ruby dingin.

Ardelio terpana dengan kecantikan yang Ruby miliki, seakan-akan hal itu membiusnya.

"Tidak kah, anda menjawabnya terlalu dingin nona?" cetus Ardelio.

"Jika itu kesimpulan anda, maka saya menyetujuinya," sahut Ruby acuh.

Dia berdiri dari duduknya dan berlalu meninggalkan Ardelio yang masih penasaran dengannya.

Ruby memasuki mobilnya lalu mengendarainya menuju mansion Sinaga.

Sikap Ruby barusan berhasil membuat Ardelio tertarik padanya.

"Sangat menarik, akhirnya aku menemukan wanita seperti dia."

Senyum smirk terpatri di wajahnya, dia berlalu menuju mobil sport miliknya yang terparkir tidak terlalu jauh dari taman.

...------------------------------...

Ruby akhirnya tiba di mansion tepat pukul 11.00 malam, dia turun dari mobil dan berlalu menuju pintu mansion.

Rasa lelah membakar seluruh tubuhnya, dia ingin segera mandi dan beristirahat karena besok dia akan sibuk kembali.

Ceklek.

Pintu terbuka Ruby mulai melangkahkan kakinya memasuki ruangan, baru saja lima langkah tubuh Ruby tiba-tiba terhuyung saat lengannya di tarik secara kasar.

Sreett.

"Darimana kamu jam segini baru pulang, Ruby!" sentak Lucas dingin.

Ruby menoleh lalu menjawab, "Apa kamu menungguku?"

"Jangan besar kepala, Ruby! aku tidak sudi menunggu kepulanganmu jika bisa aku tidak ingin melihat wajahmu lagi," Tegas Lucas geram.

"Baiklah jika itu mau mu, maka jangan pernah ikut campur dalam urusanku, Lucas," sahut Ruby dingin.

"Persetan dengan urusanmu, aku hanya penasaran apa yang sedang kamu rencanakan kali ini," senyum remeh terlihat di wajah Lucas.

Mendengar tuduhan tidak bermutu dari suaminya, membuat Ruby benar-benar jengah.

"Entah lah, coba kamu cari tau sendiri bukannya kamu punya koneksi yang luas?"

Lucas geram dengan jawaban Ruby yang terlalu santai, amarahnya kembali naik, dia menarik rambut Ruby dengan kasar hingga kepalanya mendongak.

SREKK.

"Sampai mati sekalipun, aku tidak akan pernah membiarkan hidupmu bahagia Ruby! semua perjuanganku dengan dia hancur gara-gara kamu!" bentak Lucas.

Raut wajah Ruby masih terlihat datar tanpa ekspresi, "Jangan limpahkan semua kesalahan kamu sama aku, Lucas, apa kamu lupa kalau orang tua kamu yang tidak pernah menyetujui hubungan kalian?"

"Itu karena mereka termakan hasutan iblis sepertimu, jika saja kamu tidak masuk ke dalam kehidupan mamah, hubunganku dengan dia pasti baik-baik saja!" sentak Lucas tak terima di salahkan.

Ruby memegang tangan Lucas yang mencekal rambutnya, sesaat kemudian Ruby menarik dan memelintir tangan Lucas hingga berbunyi 'KREK ' yang membuat Lucas berteriak kesakitan.

"Argh, jala** sialan," umpat Lucas marah.

Ruby tersenyum smirk, dia mendekat ke arah Lucas dan berbisik.

"Teruslah benci aku, Lucas, agar nanti aku dapat membalas mu tanpa rasa kasihan."

Setelah Ruby mengatakan hal itu, dia berlalu dari hadapan Lucas yang masih tercengang dengan pernyataan Ruby barusan.

"A-apa aku tidak salah dengar?" gumam nya tanpa mengalihkan pandangannya dari punggung Ruby.

Terpopuler

Comments

Helen Nirawan

Helen Nirawan

laki.mental banci ,berani ny ama cewe , pake rok sana ,

2024-05-06

0

Zila Aziz

Zila Aziz

Bagus Ruby terus kuat melawan semua orang yang busuk hati

2024-03-30

0

Nofarahin Mohd Kamel

Nofarahin Mohd Kamel

mantap kamu rubyy....

2024-03-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!