Bab 8

...✨✨✨...

Tiga hari berlalu dan kini Lucas sedang bersiap-siap untuk menjemput kekasih masa lalunya di bandara.

Tap. Tap. Tap.

Lucas menuruni tangga, dia sudah berpakaian rapi dan lengkap seperti akan pergi ke kantor.

Ruby yang sedang berada di dapur mengambil minum, mengernyit heran dengan kedatangan Lucas.

"Tumben, jam segini dia sudah siap?" heran Ruby, sebab jam baru menunjukan pukul 07.00 pagi.

"Dimana kopiku, Ruby?" teriak Lucas dari meja makan.

"Kopimu sudah ada di depan mu, apa kamu tidak melihatnya? atau kamu sengaja ingin memancing pertengkaran denganku," sindir Ruby dari dapur.

"Jaga mulutmu, Ruby!" bentak Lucas lagi.

Ruby memutar bola matanya malas, "Lucas, aku tidak tuli jadi kamu tidak perlu berteriak seperti di dalam hutan."

Lucas menggeram marah, dia berjalan menuju dapur dan mendekati Ruby yang sedang berdiri di depan dispenser.

Dia memojokkan tubuh Ruby hingga jarak di antara mereka terkikis, Lucas sudah sangat yakin jika Ruby akan kesenangan seperti dulu.

Namun harapannya tertampar oleh fakta yang baru dia lihat, tatapan Ruby sangat datar bahkan tidak ada lagi tatapan cinta dari kedua matanya untuk Lucas.

"Ada perlu apa denganku? jika tidak ada bisakah kamu pergi, aku harus ke kantor," ujar Ruby datar.

BRAAK.

Lucas menggebrak dispenser di belakang Ruby, "Dia sudah kembali,maka jangan harap aku akan memperlakukanmu dengan baik, Ruby."

"Bukankah, dari awal kamu tidak pernah memperlakukan ku layaknya manusia?" sahut Ruby sinis.

Lucas terdiam, melihat hal itu Ruby kembali mengikis jarak mereka hingga kini tubuh Ruby menempel pada dada Lucas.

Dia memainkan dasi milik Lucas, lalu kembali berkata.

"Sejak pertama kita menikah, tidak ada perlakuanmu yang pantas di sebut baik padaku, semua yang kamu lakukan adalah kekerasan. Jadi sekarang aku sedang berusaha membuang semua tentangmu termasuk perasaanku padamu."

Tangan Ruby mulai naik menyentuh sensual wajah Lucas yang kini masih terdiam kaku.

"Lucas, aku bukan lah Ruby yang dulu yang mencintaimu tanpa syarat, dan membuang harga diriku demi mendapat sedikit perhatian darimu."

"Aku adalah sisi lain dari, Ruby Xaviera Zamora. Jadi mau dia kembali atau tidak semua itu bukan urusanku."

"Satu hal yang perlu kamu tau Lucas, aku bertahan dengan pernikahan menyebalkan ini semua demi mamah dan papah yang menyayangiku, jika bukan karena mereka aku pasti tidak sudi satu atap dengan bajingan seperti kamu." Lanjut Ruby di selingi senyum smirk di bibirnya.

Dia mendorong tubuh Lucas menjauh, sebelum pergi Ruby menyempatkan menginjak kaki Lucas.

"Aargh."

Reflek Lucas mengangkat satu kakinya, dia menatap wajah Ruby yang sedang tersenyum remeh dan berlalu dari dapur.

"Sialan, kamu sudah gila hah." Jengkel Lucas yang masih terdengar oleh Ruby.

Tanpa menoleh ke belakang Ruby melanjutkan langkahnya menuju pintu mansion untuk menuju mobil miliknya.

Ruby bersenandung ria di dalam mobil berwarna hitam miliknya, hingga di tengah jalan tiba-tiba seseorang memblokir jalan yang dia lalui.

Seketika Ruby mengerem mobilnya secara mendadak, dia melihat ada dua motor yang masing-masing berisi dua orang.

'Siapa mereka?' batin Ruby bertanya-tanya.

Orang-orang tersebut turun dari motor masing-masing dan berjalan menghampiri mobil Ruby.

"Turun lo!" bentak pria yang kini berdiri di samping pintu mobil.

Ruby masih bergeming di tempatnya, dia sedang mengamati orang-orang tersebut.

BRAAK.

"Turun jala**!" bentak orang itu lagi setelah memukul kaca mobil milik Ruby.

BUAK.

Orang tersebut kembali memukul kaca mobil Ruby menggunakan tongkat bisbol.

"Bedebah sialan, kel-"

BUAKK.

Belum sempat orang tersebut menyelesaikan ucapnya, Ruby telah membuka pintu mobilnya dengan kasar hingga mengenai wajah pria tersebut yang membuatnya mundur beberapa langkah.

"Argh sialan."

Pria tersebut memegangi hidungnya yang mengeluarkan darah. Ruby keluar dari mobilnya, dia menatap dingin empat pria di hadapannya.

"Siapa yang menyuruh kalian?" ujar Ruby dengan tatapan tajam.

Salah satu pria meludah tepat di depan kaki Ruby, dia menatap remeh pada Ruby.

"Kau tidak perlu tau, yang jelas kau harus mampus di sini."

Setelah mengucapkan kata tersebut, mereka langsung menyerang Ruby secara bersamaan.

BUGH.

Ruby meninju rahang salah satu pria tersebut hingga dia tersungkur ke aspal, Ruby kembali menyerang tiga orang yang tersisa.

Perkelahian tiga lawan satu terlihat sangat menarik, bahkan orang yang tadinya berlalu lalang kini menghentikan langkahnya dan melihat pertarungan tersebut.

BUAK. BRAAK.

Ruby berhasil menendang perut salah satu pria hingga menabrak mobil miliknya, Ruby kembali menyerang mereka dengan brutal.

SRET. KREEK.

Ruby mencekal leher target ketiganya, lalu dia memutar kepala pria tersebut hingga patah dan meninggal di tempat.

Tinggal satu lagi, Ruby berlari dan menerjang tubuh pria tersebut hingga mereka berdua jatuh ke aspal dengan posisi Ruby menginjak perut pria tersebut.

SREK.

Ruby menarik kerah baju pria itu dnegan kasar, "Siapa yang nyuruh mu bajingan."

"S-saya tidak tau," jawab pria tersebut gagap.

"Jawab atau.." Ruby menggantung ucapannya, namun dia mengangkat tangannya seakan ingin meninju wajah pria tersebut.

"A-ampun Nona, saya a-akan menjawab."

"Katakan," titah Ruby dingin.

"Dia, d-dia adalah-"

DOR.

Belum sempat pria tersebut menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba sebuah peluru menembus kepala pria tersebut hingga membuat pria itu tewas seketika.

"Aaakkhh."

Teriakan nyaring dari orang-orang yang tadi menonton pertarungan Ruby berhasil mengalihkan pandangan Ruby.

"Ck sial, beraninya mereka main-main denganku," gumam Ruby pelan.

Dia menatap sekitarnya, namun dia tidak menemukan hal mencurigakan dari sana.

"Sniper? siapa yang menempatkan sniper di sekitar sini?" ujar Ruby, dia berdiri dan menatap mayat yang tergeletak di hadapannya.

Ruby mengambil ponselnya, dan menghubungi Jean agar mengurus kejadian hari ini.

Setelahnya Ruby kembali ke dalam mobilnya dan melanjutkan perjalanannya menuju butik, sekalian untuk berganti pakaian.

...__________________________...

Di sisi lain seorang pria dan wanita sedang bercumbu mesra, di dalam ruangan yang redup karena mereka hanya menyalakan lampu tidur.

Tangan pria tersebut mulai berselancar kesana kemari menelusuri lekuk tubuh wanita di hadapannya, kobaran hawa nafsu terlihat jelas di mata mereka berdua.

"S-sayang." Nada menggoda keluar dari bibir wanita tersebut yang membuat nafsu pria itu naik.

Pria tersebut mendudukan wanitanya di atas meja, dia mulai melepas satu persatu kancing baju yang di kenakan oleh wanita itu.

"Apa kau menyukainya, Sayang?" ujar si pria sembari melepas kemeja wanita tersebut.

"Tentu saja, aku selalu menyukai semua tindakan yang kamu berikan padaku." Sahut wanita tersebut dengan nada manja.

Mereka kembali bercumbu, dengan gairah yang sudah membakar hasrat mereka berdua.

" Apa waktumu, masih banyak?" cetus pria tersebut di sela aktivitasnya menjelajahi leher jenjang wanita di hadapannya.

"Y-yah, aku masih banyak waktu." Suara lembut di selingi hembusan nafas panas menerpa leher pria itu.

"Ah jika begitu, aku akan melakukannya dengan perlahan," ucap pria tersebut.

Mereka kembali sibuk bertukar saliva, sedangkan tangan pria tersebut telah melucuti semua pakaian yang menempel pada wanita di hadapannya.

Jam sudah menunjukan pukul 05.30 pagi, namun mereka masih sibuk di atas ranjang dan saling membisikan kata cinta pada telinga masing-masing.

Satu jam kemudian mereka menyudahi hubungan menggairahkan tersebut dan mereka kembali mengenakan pakaian masing-masing.

"Kamu, harus ingat tujuan kamu ke sana untuk apa." Pesan pria tersebut sembari mengelus paha mulus wanita di pangkuannya.

"Kamu tenang aja, aku tidak akan mengecewakanmu, Sayang," sahut wanita tersebut.

"Bagus, aku harus membalas perbuatan mereka di masa lalu, semua keturunannya harus musnah agar aku bisa menguasai seluruh harta yang mereka miliki," ujar pria itu tertawa keras.

"Kamu benar, tinggal sedikit lagi sampai kita mencapai tujuan utama, tapi kamu juga harus ingat untuk menceraikan wanita pengganggu itu. Aku tidak mau menjadi simpananmu terus menerus." Gerutu wanita tersebut sambil memanyunkan bibirnya.

"Kamu tidak perlu khawatir, jika kita berhasil aku pasti akan membuangnya. tapi sekarang dia masih kita perlukan untuk melancarkan rencana kita." Sahut pria itu yang kini masih mengelus sensual paha wanita tersebut.

"Aku mengerti, Sayang, aku akan sabar menunggu saat sampai saat itu tiba," jawab wanita tersebut tersenyum penuh makna.

Terpopuler

Comments

Helen Nirawan

Helen Nirawan

itu laki sialan and cewe obral an pasti

2024-05-06

0

Hanes S

Hanes S

siapakah

2024-04-14

0

kutu kupret🐭🖤🐭

kutu kupret🐭🖤🐭

good job Thor 👍
up up up up up up
up up up grazy uup dong thor 😷

2024-02-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!