Bab 4

...✨✨✨...

Waktu berlalu begitu cepat, tanpa terasa dua minggu sudah Raeesha menjalani kehidupannya sebagai Ruby. Dia pun sudah memberi tau kedua orang tua Lucas jika ingatannya telah kembali.

Selama dua minggu Ruby sibuk mencari tau hal-hal janggal yang menimpa Ruby asli, dan selama dua minggu itu juga hubungan Lucas dan Ruby semakin buruk.

Namun Ruby yang sekarang tidak perduli dengan keberadaan Lucas, dia bahkan menganggap Lucas seperti angin yang tak kasat mata. Seperti saat ini Ruby yang sedang menikmati sarapannya tidak menyapa atau pun menoleh pada Lucas yang baru saja tiba di meja makan.

Lucas mendudukan bokongnya di kursi meja makan, dia menatap Ruby yang tetap acuh tak acuh padanya.

"Jadi ini sifat kamu yang asli? Kamu bahkan tidak memilik sopan santun terhadap suamimu.''

Tanpa menoleh Ruby menjawab, ''Sebelum mengoreksi kesalahan orang lain, ada baiknya kamu introspeksi diri sendiri kira-kira apa pantas kamu mendapat sopan santun dariku?"

Yah Ruby telah mengganti kosa katanya setelah mendapat teguran dari kedua orang tua Lucas beberapa hari yang lalu, demi menghormati kedua mertuanya Ruby menuruti perintah mereka meski dalam hati dia enggan.

Mendengar nada sindiran dari Ruby membuat Lucas menggeram marah, "Jaga bicaramu, Ruby. sebelum saya robek mulut sialan mu itu.''

Jengah dengan ocehan Lucas, kini Ruby menatap dingin tepat pada kedua netra Lucas.

''Jika kamu di sini hanya untuk berdebat, lebih baik kamu pergi dari meja makan sekarang.''

''Beraninya kamu mengusirku? Kamu cuma numpang di sini jangan berlagak menjadi nyonya rumah di kediamanku, Ruby. posisi itu bukan milikmu!" hardik Lucas menatap nyalang istrinya.

TAK.

Ruby meletakan sendoknya ke atas piring dengan kasar, ''Yah aku tau, tapi sekarang status aku masih istri kamu jadi wajar kalo aku memiliki wewenang di kediaman ini."

"KAMU-"

"Cukup, aku malas berdebat denganmu jika kamu tidak mau pergi biar aku yang pergi." Ruby memotong ucapan Lucas.

Ruby berlalu meninggalkan sarapannya yang baru dia makan sedikit. Lucas menggeram tertahan, sikap Ruby benar-benar membuatnya jengkel setengah mati.

"Awas saja kamu, Ruby!" hardik Lucas, menatap tajam punggung Ruby yang semakin menjauh.

..._____________________...

Pagi telah berganti siang, saat ini Ruby sedang bersiap untuk keluar rumah dia ingin memulai perubahan dan menata kembali kehidupan Ruby yang asli.

Ruby mengenakan pakaian berwarna hitam dan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, rambut panjangnya dia gerai begitu saja lalu dia mengambil tas miliknya dan menyampirkan nya di pundak.

Semua pakaian Ruby telah berganti menjadi pakaian yang lebih sopan, tidak ada lagi baju kurang bahan di dalam lemari pakaiannya.

Ruby keluar dari dalam kamar dan berjalan menuruni tangga, kedua orang tua Lucas sudah meninggalkan mansion dan kembali ke mansion mereka sendiri empat hari yang lalu.

Tap. Tap. Tap.

"Nona, anda mau kemana?"ujar Bi Ira yang sedang bersih-bersih di ruang tamu.

"Saya ada urusan di luar, mungkin akan pulang telat Bi." Sahut Ruby.

"Baik, nona."

Setelahnya Ruby kembali melanjutkan jalannya menuju pintu keluar, saat dia tiba di garasi Ruby mengambil kunci mobilnya dan membuka pintu mobil tersebut.

Mobil yang Ruby kendarai mulai keluar dari kediamannya, tujuan Ruby kali ini adalah butik miliknya yang sedang di pegang oleh tantenya.

Dalam perjalanan menuju butik, Ruby sesekali mengamati jalanan yang dia lalui suasana jalanan yang ramai masih sama seperti saat dia menjadi Raeesha.

"Yah sepertinya tidak terlalu buruk menjadi seorang Ruby." Gumamnya pelan.

Perjalanan yang di tempuh Ruby memakan waktu hingga empat puluh lima menit, dia memarkirkan mobilnya di depan butik yang bertuliskan R.Z FASHION.

Ruby turun dari mobil setelah mengenakan kembali kacamata hitamnya yang tadi dia lepas.

Penampilan Ruby .

Begitu dia keluar banyak pasang mata yang langsung menatap ke arahnya, tapi Ruby memilih acuh tak acuh pada tatapan tersebut.

Krincing.

Ruby membuka pintu butik, yang membuat lonceng di pintu masuk berbunyi. Tak berselang lama seorang perempuan paruh baya serta gadis yang seumuran dengan Ruby menoleh ke arah pintu.

Tap. Tap. Tap.

"Astaga, Ruby. tumben kamu kesini nggak ngabarin dulu?" ujar perempuan paruh baya yang bernama MELANI ZAMORA.

"Kak Ruby, tumben kesini apa kakak nggak sibuk?" imbuh putri tunggal Melani yang bernama SESILIA ZAMORA.

Mereka tak mendapat jawaban dari Ruby, tapi mereka melihat Ruby berjalan menuju sofa dan duduk disana.

"Duduk." Titah Ruby tak terbantahkan.

"A-haha kamu benar, tante sampai lupa untuk menyuruhmu duduk." Ujar Melani canggung.

Mereka berjalan mendekati Ruby dan duduk di hadapannya, tanpa basa basi Ruby mengeluarkan kertas dari dalam tasnya.

"Aku langsung ke intinya saja, aku ingin mengambil alih butik ini mulai besok pagi." Ucap Ruby dengan wajah datar.

"APA?" pekik kedua orang di hadapan Ruby.

"Lelucon kamu sedikit aneh, By. bukannya selama ini kamu mempercayakan butik ini pada kami?" ujar Melani.

Ruby mengangguk singkat, "Tante, benar tapi sekarang aku tidak bisa lagi menyerahkan butik ini sama kalian."

"Apa alasan, kakak. melakukan ini sama kita? Kita keluarga, kak. kalo kakak ngambil butik ini gimana nasib kami?"ucap Sesilia memasang wajah sendu.

Ruby menyilangkan kakinya, dia melepas kacamata hitamnya lalu dia menatap kedua orang di hadapannya tanpa ekspresi.

"Kalian bisa melanjutkan bisnis kalian yang tertunda, bukankah dulu kalian berniat mengcopy ulang desain di butik ini untuk mengisi butik kalian?" sindir Ruby tepat sasaran.

Melani menggeleng brutal, "Tidak mungkin tante melakukan hal seperti itu, Ruby. kamu dengar berita seperti itu dari mana?"

"Itu tidak penting, intinya aku akan menjalankan sendiri butik ini dan tolong kabari om Hansen kalau aku akan ke kantor hari ini." Ucapan Ruby kembali membuat Melani dan Sesilia tercengang.

"Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu, Ruby? tidak biasanya kamu seperti ini." heran Melani.

"Ada banyak hal yang membuatku seperti sekarang, contohnya penggelapan dana yang kalian bertiga lakukan secara besar-besaran. Dan itu hampir membuat bangkrut usaha yang di tinggalkan oleh kedua orang tuaku." Sahut Ruby dengan dingin.

DEGH.

'Bagaimana bisa dia tau?' batin Melani cemas.

'Apa kakak selama ini diam karena sedang menyelidiki hal ini?' batin Sesilia khawatir.

Ruby yang merasa urusannya sudah selesai segera beranjak dari duduknya, namun sebelum pergi dia memberi peringatan pada tante dan keponakannya.

"Kejadian ini tidak bisa aku biarkan begitu saja, kalian harus membayar ganti rugi atas ulah kalian berdua."

"Ruby, tapi kita keluarga apa kamu tega melakukan hal ini sama tante?" ujar Melani tak percaya.

Ruby mengangguk singkat, "Kita memang keluarga, tapi setau aku dalam hal bisnis tidak ada kata keluarga. Yang ada hanya persaingan dan jika, tante. tidak mau ganti rugi harusnya dari awal, tante. tidak melakukan hal ini."

"Ta-tapi, Ruby--"

"Aku sudah mencatat semua yang, tante. gunakan selama ini silakan, tante. lihat sendiri seberapa besar uang yang tante pakai tanpa sepengetahuanku."

Ruby menunjuk kertas yang tadi dia keluarkan dari tasnya, dia malas meladeni alasan yang berbelit-belit dari tantenya.

Sesilia yang mendengar ucapan tegas dari Ruby menjadi geram, dia menatap marah pada sosok Ruby yang berdiri di hadapannya.

"Kakak, benar-benar keterlaluan, kakak. tidak tau terimakasih harusnya, kakak. sadar kalau kita nggak bantuin, kakak. pasti butik, kakak tidak akan seperti sekarang!" sentak Sesilia.

Ruby memutar bola matanya malas, dia tidak menyangka jika harus hidup di tubuh yang memiliki saudara tidak tau diri seperti mereka.

"Hm kamu benar, andai saja aku tidak mempercayai ucapan kalian. Pasti kerugian yang aku tanggung tidak mungkin sebesar sekarang."

"Satu lagi, Sesilia. butik ini sudah ramai sebelum kalian masuk kesini, jadi ada atau tidak adanya kalian berdua itu sama saja?" ucapan Ruby tak bisa di bantah oleh Sesilia.

Diam-diam Ruby tersenyum smirk, ternyata tindakan yang sering di lakukan oleh ayahnya di kehidupan sebelumnya berhasil membuat Raeesha tidak memiliki rasa takut pada siapa pun kecuali penciptanya.

"Aku harap kalian sudah paham dengan maksudku dan sekarang bereskan barang kalian dari tempat ini! jika tidak maka aku yang membuangnya." Tegas Ruby.

Ruby berbalik menuju arah pintu meninggalkan tante dan keponakannya.

Setelah kepergian Ruby, Sesilia langsung merengek pada mamahnya.

"Mah, kita harus lakuin sesuatu aku nggak mau hidup susah kaya dulu Mah."Ujarnya sambil memeluk lengan Melani.

"Kamu tenang saja, Mamah pasti akan membuat gadis sombong itu berlutut di hadapan kita!" sahut Melani lantang.

"Caranya gimana Mah? kak Ruby, sekarang udah berani sama kita Mah."

Mendengar keluhan putrinya, tiba-tiba Melani mendapatkan sebuah ide, "Kita panggil Dia saja untuk menghancurkan, Ruby."

"Maksud, Mamah. Dia yang itu?"

Melani mengangguk, "Katanya minggu depan Dia akan kembali ke indonesia, lebih baik kita melakukan transaksi dengannya gimana menurut kamu?"

"Aku setuju, Mah. pasti semuanya akan semakin menarik jika Dia ikut terlibat." Sahut Sesilia tersenyum riang.

Melani mengangguk singkat menyetujui ucapan putrinya.

Terpopuler

Comments

Minn

Minn

🤩🤩

2024-05-12

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

🎵🎶 Dia .... dia ...dia ... 🎶🎵🎶

2024-05-09

0

Evana Gusani

Evana Gusani

pembalasan yg setimpal

2024-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!