Bab 5

...☠️☠️☠️...

Di sebuah ruangan yang cukup luas dan berkas yang berserakan di atas mejanya, terlihat Lucas sedang menghubungi seseorang. Dari arah pembicaraannya Lucas sedang meminta bantuan pada orang tersebut untuk mengawasi Ruby.

"Kau awasi perempuan itu, dan laporkan semua yang dia lakukan seharian ini," Ujar Lucas pada orang yang tak lain adalah asistennya.

"Baik, tuan."

Setelah mendapat jawaban yang sesuai, Lucas mematikan telfonnya dia sangat penasaran kenapa sikap Ruby berubah drastis bahkan dia tidak lagi merengek seperti dulu.

"Apa otaknya sudah geser? makanya dia menjadi seperti itu," Gumam Lucas sebelum melanjutkan pekerjaannya.

...___________________...

Di sisi Ruby, saat ini dia sedang mengendarai mobilnya menuju perusahaan milik mendiang ayahnya.

Ruby mendapat laporan tentang semua bukti penggelapan dana dari asistennya yang bernama Jean Abigail.

Saat Ruby pertama kali menghubungi Jean, terdengar nada sumringah dari Jean.

Jean merupakan asisten yang kompeten, dia mengerjakan semua tugasnya dengan baik. Saat Ruby meminta Jean untuk membantu menyelidiki dana yang di alokasikan pada butik, dan perusahaannya dari sana lah Ruby bisa mendapatkan semua bukti tersebut.

Tanpa terasa Ruby telah sampai di perusahaan milik papahnya, dia turun dari mobil dan melangkah menuju pintu masuk.

Saat dia tiba di resepsionis, banyak karyawan yang menatap heran pada kedatangannya. Tanpa memperdulikan hal itu, Ruby mengutarakan maksud kedatangannya ke kantor.

"Saya, ingin bertemu dengan om Hansen." Ujar Ruby dengan wajah datarnya.

"Baik, Nona, mari saya antar ke ruangan pak Hansen."

Ruby mengangguk, dia mengikuti resepsionis tersebut dari belakang. Sesampainya di depan ruangan Hansen, Ruby meminta resepsionis tersebut untuk meninggalkannya.

Resepsionis itu mengangguk patuh dan berpamitan untuk kembali bekerja, setelah Ruby di tinggalkan sendirian. Tanpa mengetuk pintu dia langsung masuk ke dalam ruangan Hansen.

Ceklek.

Tap. Tap. Tap.

Hansen yang sedang membereskan berkas, seketika menoleh saat mendengar suara pintu terbuka.

"Ruby," Sapa Hansen tersenyum canggung.

"Hm." Sahut Ruby dingin.

Dia berjalan menuju sofa dan mendudukan dirinya di sana, "Om, bisa kita bicara sebentar."

"Tentu saja, Om selalu punya banyak waktu untuk kamu, Ruby."

Ruby mengangguk, setelah Hansen duduk di hadapannya Ruby mulai membicarakan tujuannya datang ke sana.

"Om, aku ingin kembali ke perusahaan mulai lusa dan, Om. bisa kembali mengurus perusahaan yang Om miliki," ujar Ruby tanpa basa basi.

"APA!" pekik Hansen terkejut.

"Sudah sepantasnya aku yang terlibat dalam perusahaan ini, dan aku sangat berterimakasih karena, Om mau menggantikan aku selama ini. Tapi aku tidak bisa membuat om terus kerepotan, makanya aku akan mengambil alih pekerjaan itu."

Ucapan Ruby bagaikan tornado besar yang memporak porandakan pikiran Hansen.

"Ruby, sepertinya ada kesalahan pahaman di sini. Om tidak pernah merasa kerepotan dengan tugas ini, Ruby." Ujar Hansen.

"Aku, tau hanya saja sudah waktunya aku terjun langsung dalam perusahaan yang papah tinggalkan," Sahut Ruby singkat.

"Tapi kenapa baru sekarang kamu seperti ini, Ruby?" heran Hansen, sebab tidak biasanya Ruby bertindak tegas dengan keputusannya.

"Karena aku baru menyadarinya, Om. Setelah Om, menyalah gunakan kekuasaan yang aku pinjamkan sementara dan, Om melakukan penggelapan dana yang cukup membuat perusahaan mengalami kerugian," penjelasan Ruby membuat Hansen tertohok.

DEGH.

Raut terkejut terlihat jelas di wajah Hansen. "Ruby, kamu jangan asal bicara, Om tidak mungkin melakukan hal licik seperti itu sama kamu."

"Om, perlu bukti ternyata baiklah tolong panggilkan, Jean kesini." Perintah Ruby pada asisten Hansen yang sejak tadi berdiri di samping Hansen.

"Baik, Nona," Jawabnya dan berjalan menuju meja dimana tempat telefon berada untuk menghubungi Jean.

Beberapa saat kemudian Jean datang membawa berkas di tangannya, dia menyerahkan berkas tersebut pada Ruby.

"Ini laporan yang anda minta, Nona." Lapor Jean.

"Makasih, Jean." Sahut Ruby dan mengambil berkas tersebut.

Jean mengangguk, dia berdiri di samping Ruby seperti asisten Hansen.

"Semua yang ada di laporan ini merupakan, bukti pengeluaran yang, Om lakukan di luar keperluan perusahaan." Ujar Ruby datar.

Hansen melihat laporan tersebut seketika kedua netranya membulat sempurna, dia tidak percaya jika Ruby bisa mendapatkan semua bukti yang sudah susah payah dia sembunyikan.

"O-Om, bisa jelasin ini semua, Ruby, Om khilaf." Ujar Hansen dengan nada memelas.

"Hm aku tidak butuh penjelasan dari, Om dan di situ juga sudah tertulis dengan jelas kemana uang itu mengalir." Sahut Ruby dingin.

"Ruby, Om minta maaf tolong beri, Om. satu kesempatan lagi, Ruby. Om, janji tidak akan mengulangi perbuatan ini."

"Tidak bisa, kepercayaan yang aku berikan sudah cukup. Tapi Om sendiri yang membuangnya maka sekarang, Om harus menerima konsekuensinya!" jawaban Ruby membuat raut wajah Hansen memerah menahan marah.

"Ruby, coba pikirkan lagi jika kamu melakukan ini maka, Om bisa keluar dari perusahaan kamu, apa kamu sanggup mengurus semuanya?"

Tanpa merubah raut wajahnya, Ruby kembali menjawab, "Yah, memang itu tujuanku dan silakan tinggalkan kantor ini hari ini juga."

DEGH.

Niat hati ingin mengancam keponakannya, namun ternyata Ruby tidak seperti dulu sekarang dia menjadi sosok dingin yang tegas.

"Ruby-"

"Apa ada alasan lain yang mau, Om sampaikan sama aku?"ujar Ruby memotong ucapan Hansen.

Hansen menghela nafas berat, dia tidak bisa lagi mengelak ucapan keponakannya.

"Kamu pasti akan menyesal, Ruby camkan itu." Hansen menunjuk wajah Ruby.

"Semua pilihan ada konsekuensinya masing-masing Om, jadi Om nggak perlu khawatir sama aku." Jawaban santai dari Ruby mampu membuat Hansen diam.

Hansen berdiri lalu bergegas meninggalkan ruangan Ruby.

Setelah kepergian Hansen, Ruby meminta Jean untuk menyiapkan agendanya mulai besok.

Setelah menyelesaikan urusannya, Ruby bergegas meninggalkan kantor. Dia ingin mampir ke minimarket sebelum pulang.

Hingga di pertengahan jalan, dia melihat segerombolan preman sedang menghajar satu pemuda yang masih mengenakan seragam SMA.

BUGHH. BUAKK. BUAGH.

Terlihat mereka menghajar habis-habisan pemuda tersebut, hingga dia tersungkur di aspal.

Ruby menjalankan mobilnya mendekati mereka, begitu tiba Ruby langsung turun dari mobilnya. Dia merasa tidak asing dengan pemuda yang tergeletak di aspal.

'Siapa dia? Kenapa rasanya tidak asing,' batin Ruby.

Tap. Tap. Tap.

''Kamu bisa bangun?'' ujar Ruby sambil mengulurkan tangannya di depan pemuda tersebut.

Pemuda itu mendongak, dia terkejut melihat wajah kakak iparnya ada di sana. ''Kakak ipar, ngapain disini?''

'Jadi dia adiknya, Lucas.' Batin Ruby .

Belum sempat Ruby menjawab, tiba-tiba pundaknya di tarik ke belakang hingga dia jatuh terduduk di aspal.

SRET.

BRUK.

''Sstt.'' Ruby mendesis saat pantatnya terasa sakit setelah membentur aspal.

'' Ck ck ternyata lo cakep juga.'' Ujar preman yang berkepala pelontos.

Ruby bangkit dari duduknya, dia menatap tajam pada mereka yang berjumlah tujuh orang.

''Cih pecundang, beraninya main keroyokan.'' Sindir Ruby.

''Wah lo berani juga hah! bagus kita suka sama keberanian lo.'' Sahut mereka meremehkan Ruby.

Tanpa menjawab ucapan mereka, Ruby langsung menyerang mereka semua secara membabi buta. Mereka bertarung terlihat sangat sengit.

BUAGH. BUGH. BRAKKK.

DUAAGH. SRING. BUAAK.

Ruby berhasil menendang belati yang mengarah padanya, dia melawan mereka menggunakan tangan kosong. Adik Lucas yang melihat kakak iparnya melawan para preman sampai tidak bisa berkedip.

'Gila, kak Ruby jago banget.' Batin pemuda yang bernama DELVIN SINAGA.

BRAAK. BUAAK. DUAGH.

"Hosh ... Hosh,'' Ruby terengah-engah setelah berhasil mengalahkan mereka bertujuh.

Dia menyeka keringatnya dan menghampiri Delvin, ''Kita pulang yuk, biar kakak anter kamu.''

Delvin mengangguk senang, dia sudah berdiri sejak tadi Ruby masih bertarung.

''Kak, kalo boleh tau sejak kapan, kakak bisa beladiri?''

''Udah lama, cuma kakak nggak pernah nunjukin aja,'' Sahut Ruby meyakinkan Delvin.

Delvin mengangguk singkat, saat dia akan melangkah tiba-tiba tubuhnya limbung akibat pukulan yang dia dapat di seluruh tubuhnya.

BRUKK.

Untungnya Ruby berhasil menahan tubuh Delvin, ''Kamu nggak papa?''

Delvin melihat wajah Ruby yang berjarak beberapa senti dengannya, 'Cantik.' Batin Delvin tanpa sadar.

''Delvin,''

Panggilan Ruby membuat Delvin tersadar, Ruby bisa mengetahui nama adik Lucas dari seragam sekolahnya.

''A-ah maaf, Kak tadi kaki aku lemas.''

Delvin menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia malu karena kepergok menatap Ruby cukup lama.

Mendengar ucapan Delvin, tanpa di duga Ruby menggendong Delvin ala bridal style. hal itu membuat wajah Delvin memerah karena malu.

''K-kak, aku masih bisa jalan sendiri.'' ujarnya canggung.

''Tadi kamu bilang kaki kamu lemas? lebih baik kamu menurut sama Kakak, jarak mobilnya juga tidak jauh dari sini.'' sahut Ruby enteng.

''Tapi, Kak aku malu.'' Ujar Delvin sambil menutup wajahnya.

Ruby menarik sudut bibirnya ke atas, dia jadi teringat dengan Naomi. Sikap Delvin mirip dengan sahabatnya dulu.

''Kamu bisa menutup kedua matamu jika malu.'' Ucap Ruby sambil melangkah menuju mobilnya.

Delvin hanya bisa mengangguk pasrah, entah kenapa dia merasa kakak iparnya berubah. Dulu Delvin sangat ingin dekat dengan Ruby, namun selalu di acuhnya karena Ruby sibuk mengejar cinta suaminya.

Tanpa mereka sadari sejak tadi asisten Lucas yang melihat semua kejadian di sana, bahkan dia merekam saat Ruby menghajar para preman.

''Tuan pasti akan terkejut melihat hal ini.'' Gumam asisten Lucas sebelum berlalu dari sana.

Terpopuler

Comments

Yuyun Yunita

Yuyun Yunita

kl bs bertarung knp dl gk nahan serangan dr papanya... menahan kan bukan berrti melawan jd tdk akan durhaka... 🤔
trus masa iya hilanh ingatn bisajd kuat gt bs gendong lg ala bridal style... bukanny delvin laki laki remaja sdh otomatis berat tubuhny hmpir sprt laki laki dewasa🤔😔😜

2024-05-10

0

Helen Nirawan

Helen Nirawan

bini gk dianggap apain di mata2 in , isshh laki gk tau diri , sono lu jauh2 ,gk mutu

2024-05-06

0

Evana Gusani

Evana Gusani

lpas dr suami dpt adkny

2024-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!