Bab 15

...Kita ibarat galaksi andromeda dan bima sakti, dapat di lihat dengan mata namun sulit di pertemukan....

...~Ardelio~...

.......

.......

...☠️☠️☠️...

Empat hari telah berlalu sejak pertemuan Ruby dan keluarga Lucas, di sisi lain lebih tepatnya markas Cruelest Devil terlihat sangat berantakan. Ruangan yang tadinya bersih kini berceceran bungkus makanan ringan yang sejak tadi di buang Satria Blanski.

Ardelio yang baru tiba di markas hanya bisa menatap datar tingkah sahabatnya, sedangkan Satria tetap acuh, dia sama sekali tidak perduli tatapan Ardelio yang mengarah padanya.

Tap. Tap. Tap.

Bruk.

Ardelio mendudukan tubuhnya di single sofa, Satria yang melihat sahabatnya murung jadi penasaran.

''Lo lagi mikirin apa, Ar?" cetus Satria.

''Mikirin hidup di tumpukan masalah,'' jawab Ardelio asal.

Mendengar jawaban Ardelio seketika tawa Satria pecah, ''Pftt makanya jangan cari musuh mulu Ar, kasian otak lo nggak pernah istirahat.''

''Ck sialan, jangan menambah beban pikiranku, Sat. lebih baik kamu bereskan saja bekas makanan itu,'' jawab Ardelio jengkel.

''Nantilah gue masih mager," tolak Satria tanpa memperdulikan ucapan Ardelio.

Di tengah obrolan mereka, datang sahabat mereka yang biasa di panggil si bungsu oleh mereka berdua.

''Apa-apaan nih? kenapa markas kaya tempat sampah, Bang?'' ujar Seno yang baru memasuki markas.

Satria tersenyum cerah menampilkan deretan gigi putihnya, ''Eh bungsu baru datang, gimana kerjaannya hm enak nggak?"

''Lo ngeledek, Bang?'' sinis Seno sembari berjalan menghampiri mereka berdua.

Satria mengangkat kedua bahunya acuh, dia kembali sibuk dengan camilan di tanganya.

Seno mengambil tempat duduk di samping Satria, dia menghela nafas berat yang terdengar jelas di telinga kedua sahabatnya, mereka dapat melihat raut wajah lelah yang terpampang jelas di wajah Seno.

''Cape banget yah kerja sama bajingan itu?'' tanya Satria simpati.

Seno mengangguk lesu, ''Gue lembur dua hari, kepala gue sampai mau pecah.''

Ardelio mengernyit heran mendengar hal itu, "Tumben lembur, apa ada bisnis baru yang dia kerjakan?''

Seno menggeleng pelan, dia mengambil minuman soda yang ada di atas meja dan meminumnya sebelum menjawab pertanyaan Ardelio.

''Bukan bisnis baru, Bang. lebih tepatnya dia lagi kencan sama masa lalunya, dia bahkan nggak pulang ke rumah sampai nona di rumah sendirian selama dua hari,'' jawab Seno menjelaskan situasinya.

''Jadi si jala** itu beneran balik?'' tanya Satria kepo.

''Hm gue juga yang nyariin apartemen buat dia,'' jawab Seno.

Satria tersenyum tengil, "Cie yang ketemu musuh haha."

"Sialan, gue juga ogah kali kalo bukan karena kerjaan! lagian Bang Ar, kenapa masukin gue kesana sih?" protes Seno pada Ardelio.

Ardelio mengangkat kedua bahunya acuh, dia mengeluarkan rokok yang selalu menemaninya begitu juga juga dengan korek api yang menjadi pasangannya.

"Kamu harus menjaga nona mu dengan baik, kamu tidak boleh lengah pada pergerakan mereka," ucap Ardelio sesaat sebelum menyalakan rokoknya.

Seno menghela nafas lelah, jika dia bukan anggota Cruelest Devil pasti dia sudah sekarat karena tekanan kerja yang menumpuk dari dua orang sekaligus.

Terkadang Seno merasa tidak yakin makanan yang dia makan masuk ke perutnya atau tidak, dia hanya memikirkan kerjaan dan memantau nonanya aman atau tidak dari jangkauan suami iblisnya, meski tak jarang Ruby berada di luar jangkauannya.

"Tapi ngomong-ngomong soal nona Ruby, beberapa hari yang lalu gue ketemu nona di tepi danau dia kaya abis nangis. Cuma waktu gue tanya katanya dia nggak papa," curhat Seno mengingat kembali pertemuannya dengan Ruby.

"Kok bisa dia ada di danau?" heran Satria.

Seno menggeleng pelan dia sendiri penasaran dengan apa yang Ruby lakukan di danau itu, Seno menunggu respon Ardelio namun yang dia lihat hanya tatapan penasaran di wajah Ardelio.

"Sepertinya sebentar lagi akan ada kejadian yang membuat keluarga Sinaga terguncang, kamu tetap awasi pergerakan mereka dan jaga Ruby untukku!" pesan Ardelio langsung di angguki Seno.

"Btw lo kenapa sampai mengkhawatirkan Ruby segitunya Ar? Bukannya dia istri dari musuh lo?" ujar Satria.

Dia belum pernah mendengar alasan di balik sikap Ardelio terhadap Ruby. Ardelio terdiam sesaat sebelum menjawab tanpa keraguan sedikit pun.

"Aku menginginkannya berada di sampingku."

Seketika Satria dan Seno melotot mendengar jawaban tersebut.

"Lo gila Ar? Lo mau jadi pebinor hah!" sentak Satria.

"Tidak, tapi bajingan itu sendiri yang akan menyerahkan Ruby padaku," sahut Ardelio lantang, dia mengangkat sedikit sudut bibirnya.

"Maksudnya gimana? Gue nggak paham sama jalan pikiran lo," ujar Satria menggelengkan kepalanya pelan.

"Kalian juga tau nanti, lagi pula hubungan mereka sudah di ujung tanduk," jawaban santai Ardelio kembali membuat kedua sahabatnya tercengang.

Seno yang belum paham kembali menanyakan maksud ucapan Ardelio.

"Bang, kenapa lo menginginkan nona berada di samping lo? Padahal masih banyak wanita lain yang mau sama lo."

Ardelio mengangguk membenarkan ucapan Seno.

"Ucapanmu memang benar tapi di antara mereka tidak ada satupun yang sama seperti Ruby, aku hanya menginginkan perempuan itu sekarang atau pun nanti tidak ada bedanya."

Satria dan Seno hanya bisa pasrah melihat tekad yang ada pada sahabatnya, mereka tidak bisa mencegah keinginan Ardelio. Sebab bagaimana pun caranya Ardelio selalu mendapatkan apa yang dia inginkan dan itu juga berlaku untuk mendapatkan Ruby. satu-satunya perempuan yang berhasil membuat Ardelio tertarik.

..._____________...

Di sisi lain om dan tante Ruby, sedang berada di sebuah cafe yang berada tidak jauh dari kediaman mereka. di dalam cafe tersebut tidak hanya ada mereka melainkan ada satu orang lagi yang ikut duduk di sana.

"Bagaimana kabarmu, Sella?" ujar tante Ruby.

"Aku baik Tan, kabar kalian gimana?" tanya balik Grisella.

Yah Melani dan Hansen sedang mengadakan pertemuan dengan Grisella untuk membahas rencana yang akan mereka tawarkan pada Grisella.

"Kami juga baik, kami kesini mau menawarkan kerjasama denganmu apa kamu tertarik?" ujar Melani antusias.

Mendapat penawaran seperti itu membuat Grisella penasaran, "Kerjasama seperti apa yang kalian tawarkan?"

Melani dan Hansen tersenyum misterius, mereka berharap rencananya kali ini akan berhasil

"Kami membutuhkan bantuanmu untuk menyingkirkan Ruby, bukankah kamu juga menginginkan Lucas?" ujar Hansen.

Kedua alis Grisella menukik tajam, dia belum paham maksud dari ucapan kedua orang di hadapannya.

"Menyingkirkan Ruby? untuk apa," ucap Grisella penasaran.

"Dia menjadi penghalang kami untuk mendapatkan kekuasaan Zamora Group," jawab Hansen tegas.

'Jadi mereka juga menginginkan harta keluarga Zamora,' batin Grisella setelah memahami isi pembicaraan mereka.

Hansen dan Melani yang melihat keterdiaman Grisella menjadi cemas jika rencana mereka akan di tolak, namun ternyata dugaannya salah Grisella langsung menyetujui usulan mereka.

"Baiklah saya mau membantu kalian, tapi ada syaratnya." Sahut Grisella tersenyum smirk.

"Yah apa yang kamu inginkan?" ujar Melani.

"Jika saya berhasil menyingkirkan Ruby, saya ingin mendapat 60% saham Zamora Group," ucap Grisella tanpa beban.

Mendengar hal tersebut raut Melani dan Hansel langsung berubah marah, mereka tidak terima dengan syarat yang di berikan oleh Grisella.

"Tidak bisa! jika seperti itu maka sama saja keuntungan terbesar berada sama kamu," tolak Hansen.

Grisella mengangkat kedua bahunya acuh, dia mengambil minuman yang dia pesan lalu menenggaknya, setelahnya dia kembali menatap Hansen dan istrinya.

"Kalau kalian tidak mau tak apa, saya tidak memaksa kalau begitu saya permisi dulu," pamit Grisella.

Namun saat dia akan berdiri, tiba-tiba Melani langsung mencekal pergelangan tangannya.

"Tunggu, apa tidak bisa di kurangi sedikit lagi misal 50% Sella?"

"Tidak bisa Tante, resiko yang saya ambil cukup besar maka dari itu saya meminta bayaran yang setimpal," sahut Grisella tak terbantahkan.

Melani menghela nafas berat sebelum akhirnya menyetujui persyaratan dari Grisella begitu juga Hansen. Mereka tak punya cara lain untuk menggaet Grisella ke dalam pihak mereka.

Akhirnya mereka sepakat untuk mengadakan pertemuan secara tertutup dalam beberapa hari lagi agar mereka lebih leluasa menyusun rencana mereka.

Setelah menyelesaikan perjanjian mereka semua mulai meninggalkan cafe tersebut menuju kediaman masing-masing, tanpa mereka sadari jika sejak awal Ruby sudah ada di sana.

Yah Ruby yang duduk di bangku seberang mereka bertiga, kini sedang menatap kepergian mereka bertiga dengan raut wajah datar.

"Sebenarnya apa yang membuat mereka sangat terobsesi dengan harta Zamora?padahal mereka bukan orang miskin yang tidak memiliki harta, tapi kenapa mereka menginginkan harta orang lain sampai seperti itu?" gumam Ruby yang masih menatap ke arah pintu keluar cafe.

Dia mengenakan topi dan masker makanya tidak ada satu pun yang menyadari jika Ruby ada di sana, satu hal yang membuat Ruby penasaran dengan sosok Grisella yaitu kenapa dia bersikeras ingin bagian lebih banyak dari keluarga Zamora.

"Sepertinya banyak hal yang perlu aku selidiki, termasuk dengan kata-kata Ruby dulu yang mengatakan jika aku dan dia saling terhubung."

Terpopuler

Comments

Ra_168

Ra_168

keren banget thorrr/Sob/aku sampai deg deg serr bacanya seolah olah aku ada didlm cerita

2024-05-03

0

Zila Aziz

Zila Aziz

Tidak boleh dijangka alur cerita nya.. Memg the best la

2024-03-30

1

kutu kupret🐭🖤🐭

kutu kupret🐭🖤🐭

good job Thor 👍
up up up up up up
up up up grazy uup dong thor 😷

2024-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!