Antonio berjalan menuju kamar belakang, ia sedikit kesal dengan Aluna yang malah menyuruhnya untuk tidur di tempat pelayan. Dia adalah seorang tuan muda yang selalu di sanjung dan di puja, tapi kini ia malah berakhir seperti ini.
Antonio duduk di atas ranjang tipis dengan sprei yang kusut, ia menatap kesal dan marah dengan kondisi kamar yang ia tempati sekarang.
"Sial, harga diri ku." Ucap Antonio, mengingat bagaimana tingginya harga diri miliknya tapi kini harga dirinya seperti telah di injak-injak oleh keadaan.
Antonio mengeluarkan handphone miliknya dari saku celana, ia lalu mengaktifkan handphone yang selama ini sengaja ia matikan. Antonio melihat banyaknya pesan masuk dan panggilan masuk dari Naysilla.
Antonio membaca satu demi satu chat dari ibunya yang terus menanyakan dimana keberadaannya.
"Antonio, dimana kamu nak?"
"Antonio, Mama sangat merindukanmu. Pulanglah nak. Mama akan mencari cara agar kau bisa sembuh."
"Antonio, angkat sayang."
"Antonio, apa kau sudah makan? Mama sangat merindukanmu, Mama mohon pulanglah."
"Antonio,"
"Antonio, Mama dan ayahmu sangat merindukanmu. Kapan kau akan pulang? Kita akan pergi ke dokter ternama agar kau bisa sembuh, Mama janji akan mencari cara agar kau bisa sembuh."
Antonio menghela nafas saat membaca pesan dari Naysilla, ia mengakui jika wanita itu sangat menyayanginya meski kelakuannya sudah seperti iblis.
Di saat Antonio tengah memejamkan mata, handphone nya kembali berdering. Ia melihat nama Naysilla tertulis di layar ponselnya.
"Hallo?"
"Antonio, sayang. Akhirnya kau mengaktifkan handphone mu, dimana sekarang kau nak?"
Antonio tersenyum tipis saat mendengar nada khawatir dari Naysilla, baru juga beberapa detik tapi wanita itu sudah melontarkan banyak kata untuknya.
"Aku ada di suatu tempat."
"Di suatu tempat? Dimana, Mama akan menjemput mu sekarang."
"Tidak usah, aku akan pulang jika aku sudah bosan di sini."
"Nak, apa kau masih marah kepada ayah mu? Jika kau masih marah, Mama akan meminta ayahmu untuk minta maaf. Tapi sekarang kau pulang yah, Mama sangat merindukanmu."
"Aku tidak marah, lagi pulang kini aku sudah sembuh dan tidak Impoten lagi."
"Sungguh nak? Apa kau benar-benar sudah kembali normal? Mama sangat bahagia sayang."
"Em.. Aku akan pulang, tapi bukan sekarang. Jadi ku mohon, Mama jangan mencari ku."
"Tapi Nak, bagaimana dengan perusahaan mu?"
"Bukankah ada ayah? Biarkan saja ayah yang mengurusnya, anggap saja sekarang aku sedang mengambil cuti."
"Tapi Antonio.."
"Ma, jangan membuatku berbicara dua kali. Aku bukan anak kecil lagi yang harus kau khawatir kan, aku sudah besar."
"Mama tahu kau sudah besar, tapi mau bagaimana pun kau tetap putra kecil ku. Jika kau sudah bosan di luar sana, maka pulanglah nak. Pintu rumah akan selalu terbuka untuk mu."
"Tentu, aku akan pulang. Mama jaga kesehatan mu di sana, ingat kau punya kolesterol."
"Tentu Nak, kau juga jaga kesehatan mu."
Antonio lalu mematikan panggilan tersebut, ia tersenyum tipis. Dari dulu ibunya sama sekali tidak pernah berubah, ia selalu mengkhawatirkan dirinya dan bahkan hal itu membuat Kakak perempuannya selalu cemburu dan marah kepadanya.
Antonio kembali melihat handphonenya, ia melihat nama Emily yang tertera di layar ponselnya.
Tak ada niatan Antonio untuk mengangkat panggilan dari Emily, tapi wanita itu terus menelponnya tanpa henti.
"Ada apa?"
Antonio mengangkat panggilan dari Emily dan membentak Kakak perempuannya.
"Dasar adik gila, kau malah membentak ku seperti itu."
"Apa apa kau terus menelpon ku?"
"Mama mengatakan jika handphone mu sudah bisa di hubungi, jadi kapan kau pulang? Mama sudah sangat merindukan mu."
"Aku akan pulang jika aku mau."
"Kau gila! Apa kau tidak kasihan dengan kondisi Mama. Dia selalu sakit-sakitan gara-gara memikirkan mu."
"Sudah ku bilang, aku akan pulang jika aku mau. Dan jangan buat aku mengucapkan dua kali."
"Kau anak tidak tahu di untung, harusnya kau bahagia karena Mama sekarang menyayangi mu tapi kau malah bersikap seperti ini. Jika bukan karena kondisi Mama yang selalu sakit-sakitan, aku sama sekali tidak peduli jika kau pergi selamanya dari rumah."
Antonio terdiam saat mendengar kata-kata Emily.
"Apa sudah puas memaki ku?"
"Tentu saja belum, anak seperti mu memang harus di buang saja ke tong sampah. Harusnya dari dulu saat kau bayi, aku membuang mu ke tong sampah. Dasar adik tidak tahu malu, gara-gara kau Mama selalu sakit-sakitan. Dan kau bersikap seperti anak kecil, yang kabur dari rumah."
"Itu semua ada alasannya."
"Kau pikir aku tidak tahu alasan mu kabur! Harusnya kau bersikap bijak dan mengakui dosa-dosa mu pada Tuhan bukan malah kabur seperti seorang gelandangan."
Tut.. Tut.. Tut..
Antonio langsung mematikan panggilan dari Emily, wanita itu malah memakinya habis-habisan dan terus melampiaskan kekesalannya. Jika terus didiamkan, Antonio tahu. Emily akan memakinya sampai pagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Lina RA
setuju
2024-05-28
0
Abimanyu Rara Mpuzz
seperti diriku dan adikku 🤭
2024-05-03
0
Yunita Widiastuti
namanya kakak bgitu...mulut omongannya pedes kayak lombok tp hati tulus n sayang... bgitulah
2023-11-26
1