Salah Paham
Seorang gadis berdiri dengan gelisah dan terus memperhatikan jam tangannya. Matanya liar mencari dua orang yang ditunggunya dari satu jam yang lalu. Hingga dua sosok sahabatnya itu muncul di tengah keramaian pasar malam dan datang menghampirinya.
Mereka berdua berlari kecil dengan nafas yang tak beraturan. Melihat keadaan mereka yang seperti telah dikejar anjing, membuat gadis yang tadinya ingin mengomel panjang lebar mau tak mau merasa kasihan dan bertanya dengan prihatin. "Ada apa dengan kalian berdua?" Tanya gadis tersebut, Putri.
Gina menatap Putri dengan tatapan menyedihkan dan menggelengkan kepala. "Ayahku melarang aku pergi, ya udah aku pergi diam-diam saja. Siapa yang sangka selama aku pergi menuju rumah Lila, Ayah terus mengikutiku. Jadi, aku dan Lila terus berjalan acak dan berusaha menghindar dari Ayah."
Putri menepuk punggung Gina dengan pelan untuk mengekspresikan kepeduliannya. Ayah Gina memang terlalu protektif terhadap Gina, hingga anaknya ini sering kali berbuat nakal dan melawan.
Melihat Putri yang sudah melupakan amarahnya, membuat Gina menghela nafas lega. Dalam hati dia meminta maaf atas nama ayahnya, 'Ayah, maaf karena meminjam namamu. Sesungguhnya ini demi kebaikan anakmu.'
Sebenarnya, alasan yang Gina katakan itu ialah sebuah kebohongan. Karena faktanya, mereka sedari tadi sudah sampai di pasar malam, hanya saja mereka tergoda oleh penjual baju dan lupa untuk menemui Putri. Demi kedamaian bersama, maka ayah Gina yang protektif harus dapat diandalkan saat ini.
"Aku tidak mampu hidup lagi." Ucap Lila yang terduduk di tanah. "Napasku habis rasanya." Lanjutnya dengan lelah.
Gina menatap datar Lila yang terlalu mendramatisir keadaan. Sepertinya Lila pantas menjadi pemain sinetron, dramanya tidak pernah setengah-setengah.
Putri tidak pernah berpikir jika dia telah berhasil tertipu oleh kebohongan dua sahabatnya itu. Dengan antusias, dia menarik tangan Gina dan Lila untuk jalan-jalan mengelilingi pasar malam. "Tadi, aku lihat ada cogan. Kyaa, tampan gila." Ucap Putri heboh.
Mata Lila segera berbintang mendengar kata cogan. "Cogan? Dimana?"
Sedangkan Gina hanya memutar mata malas, "Kamu tau Putri, kan? Semua cowok dia katain cogan, bahkan bang Jali pun dikatai ganteng. Gila."
Putri dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Kali ini benar-benar cogan. Kalau gak salah, dia menuju ke sana." Ucapnya sambil menuju ke arah bagian wahana permainan.
Mereka berjalan ke bagian wahana permainan. Banyak wahana permainan yang mereka lewati begitu menggoda dan membuat mereka menatap antusias. Mereka ingin bermain setidaknya satu wahana permainan.
"Itu dia! Itu cogannya!" Ucap Putri antusias.
Gina dan Lila menatap arah yang ditunjuk Putri. Mata mereka melebar melihat lelaki tampan dengan kemeja hitam sedang berjalan sambil membawa dua minuman kaleng. Kemudian, mata mereka meredup ketika lelaki tampan itu memberikan satu minuman di tangannya kepada gadis yang sedang menunggunya.
"Mana ada coba cowok ganteng yang jomblo saat ini. Kalaupun ada, pasti gay." Gumam Lila kesal.
Buk
Dua orang pria yang sedang berjalan bergandengan tangan melewati mereka tersandung ketika mendengar ucapan Lila. Mereka bertiga sontak menoleh dan menatap datar kedua pria yang sedang menggunakan baju pasangan. Kedua pria itu melepas dengan cepat tangan mereka yang saling menggenggam.
Tiga gadis jomblo, "..."
Dua pria yang berpegangan tangan, "..."
Gina menatap tajam kedua pria itu dan mengeram ganas, membuat kedua pria itu cepat-cepat melewati gadis-gadis tragis tersebut. Setelah kedua pria yang menggunakan baju pasangan itu pergi, keheningan yang tajam terjadi pada tiga gadis yang jomblo.
"Kita ke sana, yuk!" Ajak Lila sambil menunjuk sebuah tenda yang memiliki spanduk besar di depannya. Spanduk itu tertulis, 'Datang dan ramal nasibmu!'
Putri dan Gina serentak mengangguk setuju.
Mereka bertiga masuk ke tenda peramal dan melihat wanita tua yang menggunakan jubah hitam duduk terdiam. Di depan wanita tua itu, terdapat sebuah bola kaca di atas meja pendek.
Mata wanita itu tertuju pada mereka bertiga, "Siapa duluan?" Tanyanya dengan suara serak.
Sontak Gina dan Lila dengan ketakutan menunjuk ke arah Putri untuk mengorbankan sahabat terbaik mereka. Putri melotot dan menolak keras, namun tatapan wanita tua itu membuatnya menelan ludah kasar dan duduk dengan baik.
"Apa yang kamu ingin saya ramal?" Tanya wanita tua itu sambil mengusap-usap bola kacanya.
Gina yang duduk di belakang Putri berseru, "Ramal jodohnya! Dia dari lahir jomblo, Nek!"
Wanita tua itu menatap tajam Gina yang membuat Gina tersentak kaget. "Panggil saya Nona."
Tiga gadis, "..."
Wanita tua itu mengabaikan ekspresi tiga gadis di hadapannya dan fokus pada bola kacanya. Mulutnya bergerak-gerak seolah mengucapkan mantra, tangannya mengambil segenggam kelopak bunga yang sudah dia sediakan di bawah meja. Kelopak bunga itu dia lempar ke arah Putri, membuat tiga gadis itu merinding ketakutan.
Setelah beberapa detik, wanita tua itu akhirnya berhenti menggerakkan mulutnya dan menatap Putri lurus.
Putri menoleh ke belakang, menatap bertanya pada kedua temannya. Namun, kedua sahabat yang telah mengorbankannya itu menggelengkan kepala tidak tahu. Dengan ragu-ragu dia bertanya, "Um... Nona, ada apa dengan saya?"
Wanita tua itu tersenyum senang mendengar panggilan Putri dan menjawab dengan misterius. "Jodohmu selalu dekat denganmu, dia selalu ingin mengutarakan perasaannya padamu tapi..."
Ketiga gadis itu menajamkan telinga mereka dan menatap wanita tua itu dengan rasa penasaran. "Tapi?"
"Kamu disukai oleh temannya, jodohmu tidak ingin merusak persahabatannya dan menyerah padamu."
Mata Putri melebar, "Apa? Menyerah? Siapa jodohku? Siapa cowok brengsek itu?"
Wanita tua itu menjawab dengan tenang, "Jodohmu adalah seseorang yang kamu suka, saya tidak bisa mengatakan teman jodohmu ini. Yang pasti mereka sahabat dekat."
Ketiga gadis itu saling menatap penuh pengertian. Rasa senang Putri muncul ketika wanita tua itu mengatakan jika jodohnya adalah seseorang yang dia suka, namun rasa kesalnya tiba-tiba datang ketika dia mendengar jika sahabat orang yang dia sukai ternyata menghalangi kisah cintanya.
Lila menggenggam tangan Putri antusias. "Berarti selama ini Beni suka ama kamu, Put!"
Ya, seseorang yang Putri taksir selama ini adalah Beni. Ketua OSIS di sekolahnya.
Gina juga antusias, "Dan sahabat Beni yang suka kamu dan halangi Beni untuk mengutarakan perasaannya padamu adalah..."
Wajah Putri langsung menggelap saat satu nama terlintas di pikirannya. "Dion?" Ucap Putri datar.
Lila dan Gina mengangguk membenarkan tebakan Putri. Tiada murid di sekolah yang tidak tahu, jika Dion adalah sahabat terdekat Beni. Hingga hal seperti ini rasanya tidak perlu ditebak dengan susah payah.
Lila segera maju dan menyingkirkan Putri ke samping, "Ramal aku! Aku juga ingin tahu siapa jodohku!"
Wanita tua itu dengan malas kembali mengulangi ritualnya dan menjawab secara acak. "Lelaki yang terakhir kamu temui sebelum datang ke sini adalah jodohmu."
Bulu kuduk Lila merinding, tatapannya bergetar tak percaya. Sepasang pria yang menggunakan baju pasangan terlintas di pikirannya. Dia menggelengkan kepala tidak menerimanya. "Tidak mungkin." Ucapnya ketakutan.
Gina dan Putri memukul pelan bahu Lila dengan prihatin dan menarik mundur Lila. Kali ini giliran Gina yang maju dan wanita tua itu kembali mengulangi ritualnya. Wanita tua itu mengerutkan keningnya ketika tidak menemukan kelopak bunga di bawah meja. Persediaan kelopak bunganya telah habis.
Gina memperhatikan gerak gerik aneh wanita tua itu. "Ada apa?" Tanyanya dengan penasaran karena wanita tua itu tak kunjung melemparkannya kelopak bunga seperti yang dilakukannya pada Putri dan Lila.
Wanita tua itu berbatuk samar dan menjawab dengan suara rendah. "Kamu tidak bisa."
Ketiga gadis itu saling bertatapan tidak mengerti. "Kenapa tidak bisa?"
Dengan usaha keras, peramal itu mencari jawaban yang bagus dengan cepat. Dia melanjutkan ucapannya dengan suara serak yang mengerikan. "Jodohmu belum lahir."
"..."
Tiga gadis keluar dari tenda peramal dengan perasaan aneh yang tak bisa dijelaskan. Mereka kembali berjalan-jalan mengelilingi pasar malam dengan perasaan yang hampa. Tiada di antara mereka yang mengeluarkan suara dan keheningan terus berlanjut hingga mereka pulang dari pasar malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Zanuba Mashud (ririn)
semangat saling dukung ya
2020-07-04
0
An
😂😂😂
2020-06-07
0
Bunny🥨
Misi thor izin titip jejak.
Yuk baca ceritaku "Bosku adalah mantanku" yang penasaran boleh langsung klik profile disamping ini😍
2020-06-06
0