Festival 2 ; Hal Menarik

Gina berdiri di pinggir jalan yang ramai oleh pengunjung. Dia memegang lembaran brosur dengan malas. Ketika orang melewatinya, dia segera tersenyum dan menyerahkan selembar brosur dan mengatakan : "Datanglah ke rumah hantu kami!" Ucapnya riang.

Setelah orang itu mengambil brosur dan lanjut berjalan meninggalkannya, senyumnya kembali hilang dan tampang malasnya kembali datang. Itu terjadi terus menerus, hingga dia merasa pegal karena terus berdiri.

Dia sama sekali tidak mengerti dengan murid-murid di sebelahnya yang selalu ceria dengan senyum tak pernah luntur. Kadang kala mereka memelas pada pengunjung untuk datang ke stan mereka, itu membuat Gina mendelik tidak suka. Tapi apa bedanya mereka dan dia yang juga tersenyum dan meminta orang lain datang ke rumah hantu.

Gina menguap besar, ketika dia melihat gelombang pengunjung yang akan datang, dia segera berdiri tegak dan tersenyum sopan. Suaranya terdengar semangat dan tangannya terus bergerak menyerahkan brosur demi brosur.

"Silakan datang di rumah hantu kami! Hanya 5 ribu dan kalian dapat bersenang-senang. Ketika malam nanti, maka harganya menjadi 10 ribu!" Dia terus mengulang kata-katanya hingga dia melihat sosok yang dikenal.

"Tante! Om!" Panggilnya semangat.

Mama dan papa Putri berjalan menghampiri Gina, senyum mereka mekar melihat sahabat anaknya itu. "Eh, Gina, kenapa sendiri disini? Mana Putri dan Lila?" Tanya mama Putri dengan mata mengelilingi halaman sekolah.

Gina memasang wajah lelahnya, dia mengangkat brosur untuk menunjukkan keluhan. "Tugasku membagikan brosur disini, mereka berdua ada di kelas. Mempersiapkan diri sebagai hantu." Di akhir ucapannya, nadanya sedikit geli mengingat tampang kedua sahabatnya yang konyol.

Gina memberikan brosur di tangannya ke orang tua Putri, dan meminta mereka untuk berjalan-jalan menikmati festival, lagi pula masih terlalu dini untuk bertemu dengan anak mereka. Setelah orang tua Putri pergi, Gina kembali lesu dan mengoyangkan pergelangan kakinya yang pegal.

"Kak!"

Gina mengerutkan kening, melihat sosok yang memiliki tinggi sebahunya menatapnya dengan binar. "Kenapa kamu ada disini, bocah?"

Beta mengerutkan bibirnya karena panggilan Gina padanya tak kunjung berubah. "Namaku Beta." Gumamnya dengan wajah cemberut.

Gina tidak mempedulikan sikap kesal Beta dan kembali bertanya. "Kamu datang dengan siapa disini?"

"Sendiri." Ucap Beta dengan semangat. Dia berseru ketika mengingat sesuatu, "Kak, ini!" Ucapnya sambil menyerahkan coklat.

Gina mengerutkan keningnya, namun tetap mengambil coklat pemberian Beta. Coklat itu hanyalah coklat murahan yang laku dikalangan anak-anak. Dia dengan acuh tak acuh menyimpan coklat itu di saku seragamnya.

"Kamu tidak takut hilang?" Tanya Gina yang sengaja membuat Beta kesal.

Benar saja, wajah Beta langsung cemberut, umurnya sudah 14 tahun, dia sudah tahu jalan dari timur ke barat!

"Kak, aku sudah 14 tahun! Kelas 2 SMP, tidak mungkin hilang." Gerutunya.

Gina mengangkat bahunya tak peduli. "Kalau gitu bersenang-senanglah."

Beta mengangguk dan melihat sekeliling, tak berniat untuk pergi bersenang-senang.

"Kenapa belum pergi? Kamu janjian dengan teman?" Tanya Gina dengan tampang terganggu.

Beta ingin menjawab, tetapi Gina segera mengalihkan pandangannya. Senyum Gina muncul dan menyapa pengunjung, dia menyerahkan selembar brosur dan mengatakan untuk datang ke rumah hantu. Melihat itu, Beta merasa terpana, dia selalu melihat tampang jutek Gina, hingga benar-benar dikejutkan dengan senyum manis itu.

"Jadi siapa yang kamu tunggu?" Ucap Gina yang menyadarkan Beta dari lamunannya.

Beta menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa terhipnotis oleh senyum Gina sedetik yang lalu. "Kakakku yang menyuruhku datang ke sini. Dia memberiku 2 tiket pertunjukan drama, katanya ini mahal."

Gina mengangkat alisnya heran, tiket pertunjukan drama memang terbilang tidak murah tapi tiket itu dijual ketika festival dibuka. Jika Beta sudah mendapatkannya sebelum festival, berarti kakaknya merupakan murid yang berpengaruh di sekolah ini. "Siapa nama kakakmu? Mungkin aku mengenalnya."

"Namanya Beni Guntoro Farilla Ahmad." Jawab Beta dengan serius.

Gina mengabaikan kata-kata terakhir, hanya fokus pada kata 'Beni'. "Beni ini bukannya Ketua OSIS?" Tanya Gina memastikan.

Beta mengangguk, "Um, kakakku ketua OSIS disini."

"Oh." Jawab Gina acuh tak acuh. Sedetik kemudian, dia langsung melebarkan matanya. "Beni Ketua OSIS? Kelas XI IPA 5?"

Beta mengangguk lagi dengan bingung. "Iya, kenapa Kak?"

Gina menggelengkan kepalanya pelan, dia langsung tersenyum geli dan menatap Beta dengan pandangan penuh arti.

"Ambil ini, datang dan bersenang-senanglah!" Ucapnya sebari memberikan brosur rumah hantu.

Beta langsung semangat dan menerima brosur dengan senang. "Baik!" Dia memegang brosur seolah itu harta berharganya. "Ini di bagian mana, Kak?"

Gina menolak untuk menjawab, malah mengatakan hal lain yang sudah direncanakannya. "Ajak kakakmu untuk datang juga, dia tahu tempatnya."

Beta mengangguk nurut, sama sekali tidak menyadari dirinya diperalat oleh Gina sebagai perantaraan untuk mempertemukan Putri dan Beni.

Gina menunjuk ke arah stan makanan yang ada di lapangan. "Pergi ke situ, dan cari kakakmu. Jangan lupa untuk mengajak kakakmu ke rumah hantu!"

Beta melirik ke brosur dan kemudian mengalihkan pandangannya ke Gina. Dia jelas dapat merasakan keanehan dalam nada bicara Gina yang tiba-tiba berubah sejak mengetahui nama kakaknya. Pikiran yang menakutkan muncul di kepalanya, membuatnya mencengkram brosur lebih erat. Dia mengangkat kepalanya menatap Gina dengan wajah serius.

"Kenapa aku harus mengajak Kak Beni?" Tanya Beta, nadanya terdengar tidak nyaman.

Gina menyapa beberapa pengunjung sebelum menjawab pertanyaan Beta secara acak. "Semakin banyak pelanggan, semakin bagus. Bantu aku untuk menambah pelanggan."

Beta bernapas lega dan mengangguk penuh keyakinan, "Baik. Aku pasti akan mengajak Kak Beni dan juga Kak Dion. Jangan khawatir, Kak!"

Mata Gina langsung bersinar, dia mengelus kepala Beta dengan senang. "Bagus! Jangan lupakan kata-katamu, aku tidak suka bocah yang berbohong."

Lagi-lagi Beta terpaku dengan tindakan Gina yang menyentuh kepalanya. Dia tersenyum senang dan meyakinkan pada dirinya sendiri untuk membawa banyak orang ke rumah hantu tersebut. Memastikan kakak yang membantunya waktu itu mendapatkan keuntungan yang banyak dan bangga padanya.

"Yakin, Kak. Aku tidak akan berbohong."

Gina mengangguk percaya, anak kecil memang mudah untuk dikibuli. "Bagus, bagus, nanti aku akan memberimu permen kaki."

Beta meringis mendengar kata-kata Gina yang terus memperlakukannya seperti bocah umur 5 tahun. Tapi dia tahu saat ini Gina sedang senang padanya, hingga dia hanya mengangguk semangat.

"Aku pergi dulu, Kak!"

Dengan langkah berat, dia berjalan ke arah stan makanan ringan, meninggalkan kakak itu yang sibuk membagikan brosur. Padahal, dia masih ingin lebih lama bersamanya. Dan ketika dia telah berjalan jauh, dia baru ingat jika dia belum mengetahui namanya. Menggerutui kebodohannya, dia hanya bisa bertanya di pertemuan selanjutnya.

Kali ini Gina berdiri dengan riang, menyapa pengunjung dengan semangat, bahkan memberi kalimat yang lebih panjang. Dia tidak sabar dengan reaksi Putri nanti ketika bertemu dengan Beni dan Dion dalam kostum seperti itu. Membayangkannya sudah membuat Gina tertawa geli. Itu pasti akan menjadi hal yang menarik, sayangnya dia tidak bisa menonton secara langsung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!