Dion baru saja duduk di bangkunya dan meletakkan tasnya ke atas meja. Beni yang duduk di depannya langsung berbalik dan menatapnya dengan penuh selidik.
"Sekarang gitu ya, main rahasia-rahasiaan." Ucap Beni dengan sedikit nada asam.
Dion mengangkat alisnya tidak mengerti, "Rahasia apaan?"
"Semua orang juga sudah tahu kali, kamu suka Putri anak kelas IPA 2 itu." Ucap Beni menyampaikan gosip yang baru saja didengarnya saat baru saja tiba ke sekolah. Sebagai Ketua OSIS yang berperan penting di sekolah, membuat Beni menjadi orang tercepat dalam menerima dan menyebarkan gosip.
Dion menatap Beni datar, "Putri mana?" Dia bertanya dengan heran.
Beni menatap Dion takjub, "Kamu bahkan tidak kenal sama cewek yang kamu sukai? Gila!"
Dion mengangkat tangannya untuk menghentikan sifat agresif Beni, "Dan siapa yang mengatakan aku suka sama si Putri ini?"
Dengan tampang keren, Beni menegakkan tubuhnya dan cahaya melintas di matanya. "Menurutmu, gosip apa yang bisa lepas dariku? Jangan mengelak, anak XI IPA 2 sudah menyebarkan berita ini ke seluruh pejuru sekolah."
Dion menatap Beni dengan serius, dia sungguh tidak mengenal murid yang bernama Putri ini. Bahkan dia sendiri tidak tahu siapa yang dia sukai saat ini, kenapa bisa orang lain menebak isi hatinya? Lelucon macam apa ini!
"Aku tidak mengerti apa-apa. Berhenti bicara!" Ucap Dion dan mengabaikan sahabatnya itu. Dia selalu merasa Beni memiliki sedikit gangguan jiwa yang membuatnya tergila-gila dengan gosip.
Di kelas lain, tiga murid perempuan menulikan telinga dari suara-suara di sekitar. Gosip murahan terus saja menghantui mereka sejak masuk ke pintu gerbang. Mulai dari gosip Dion menyukai Putri, pacar Lila direbut lelaki lain, sampai Gina seorang pedofil terus saja menyebar.
Mereka bertiga berkumpul di pojok kelas dan menatap tajam satu sama lain. Ingin menyalahkan mulut ember masing-masing tapi akhirnya menghela nafas panjang dan pasrah. Lila yang paling merasa kesal, gosip tentang pacarnya direbut lelaki lain membuatnya merasa gagal sebagai wanita. Lagi pula di antara mereka bertiga, tiada satupun yang pernah berpacaran.
"Sejak kapan kalimat jodohku yang belum lahir berubah menjadi gosip bahwa aku seorang pedofil?" Tanya Gina dengan takjub pada perkembangan gosip dari sebuah kalimat yang begitu hebat.
Lila terlihat cemberut. "Lalu kenapa aku harus terkait dengan gay? Kenapa harus gay? Apakah lelaki gay lebih cantik dari aku?" Tanyanya frustrasi.
Putri dan Gina saling memandang lalu mengangguk bersamaan.
"Kalian!" Geram Lila.
Setelah perbincangan mengenai gosip mereka, bel masuk dengan cepat berdering dan membubarkan beberapa kelompok gosip. Pelajaran Matematika yang penuh lika liku berlangsung begitu damai dan penuh tekanan. Hingga bel istirahat membuat para murid menghela nafas lega.
Putri, Gina, dan Lila berjalan menuju ke kantin. Mereka makan bersama dan terus membahas seribu topik tanpa henti. Mulai dari topik kecelakaan lalu lintas sampai ke topik bang Jali akan menikah minggu depan. Setelah makan nasi kuning, Putri membeli empat permen kaki dan memberikan satu-satu kepada Lila dan Gina, menyimpan satu di sakunya dan membuka yang lain untuk dihisap.
Melewati kelas XI IPA 5, Mata Putri melirik ke pintu untuk mencari sosok Beni. Sebuah tepukan keras di bahunya membuatnya berdecih kesal dan menatap Gina marah. "Sakit tau!"
"Cowokmu tuh!" Ujar Gina yang membuat Putri menoleh ke depan. Dia melihat Dion sedang duduk di bangku panjang sambil memainkan ponsel genggamnya. Matanya langsung menatap tajam ke arah sosok itu.
Dia menarik Gina dan Lila untuk berjalan cepat melewati Dion, berharap Dion tidak melihatnya. Namun sebuah suara menghentikan langkahnya. "Eh, tunggu!"
Putri menoleh ke belakang dan mendapati Dion sedang berdiri menatap lurus ke arahnya. Putri dengan cepat berpaling dan menambah kecepatan kakinya.
"Sial, dia melihatku!" Gerutu Putri dan mengabaikan suara seruan dari belakang.
Di belakang mereka, Dion menatap heran ke tiga siswi yang berjalan cepat seolah ingin menghindar darinya. "Mereka kenapa?" Tanya Dion bingung.
Beni baru saja keluar dari kelas dan menghampiri Dion. Dia mendengar ucapan Dion dan menoleh ke arah depan untuk melihat tiga murid yang sedang berjalan setengah berlari. Dia memukul pundak Dion dengan semangat. "Dia Putri, On! Oon, dia Putri yang aku cerita tadi!"
Dion melangkah ke samping menghindar dari pukulan Beni. "Jangan memanggilku begitu!" Tegasnya lalu menoleh ke tiga siswi itu. "Yang mana Putri?"
Beni menunjuk ke siswi yang menarik dua siswi lainnya. "Yang di tengah!" Ucapnya antusias.
Dion mengerutkan keningnya heran, "Lalu kenapa dia menghindar waktu aku panggil?" Matanya menuju ke permen kaki yang ada di tangannya. Padahal dia hanya berniat baik untuk mengembalikan permen kaki yang jatuh ke lantai.
Di kelas XI IPA 2, Putri, Lila, dan Gina terengah-engah kelelahan di pojok kelas. Mereka terduduk tak berdaya sambil menetralkan kembali nafas mereka.
Putri menatap kedua temannya dengan serius. "Kalian berdua lihat, kan! Dia memanggilku! Dia pasti ingin mendekatiku atau tidak..." Mata Putri melebar. "Jangan-jangan dia mau menembakku!"
Gina menutup mulut Putri, "Seberapa banyak rasa percaya diri yang kamu punya? Mungkin saja dia memanggilmu karena sesuatu yang penting."
Lila mengangguk, "Seperti nagih utang."
Dengan kesal, Putri memukul kepala Lila. "Yang sering ngutang itu kamu! Jangan samain aku sama kamu!"
Kemudian, Putri kembali berpikir keras dan penuh pertimbangan. "Ini bahaya." Gumamnya.
Gina dan Lila memajukan tubuhnya dengan rasa penasaran. "Apanya yang berbahaya?"
Mata Putri menatap Gina dan Lila bergantian. "Jika Dion benar-benar mengatakan cintanya padaku, maka kesempatan Beni untuk mengutarakan perasaannya padaku menjadi sangat kecil. Ini tidak boleh terjadi! Aku hanya punya dua pilihan."
"Pilihan apa?" Tanya Gina.
"Pilihan pertama, aku harus membunuh Dion dan membuatnya lenyap dari dunia. Dengan begitu, tiada lagi yang akan menghalangiku dan Beni bersatu. Tapi ini memiliki resiko yang besar, aku bukan hanya bisa masuk penjara, aku juga akan masuk neraka."
Lila dan Gina menatap Putri dengan tatapan orang-ini-bodoh-ya. Jelas saja, Putri hanya bercanda saat mengatakan itu. Jangankan membunuh orang, dia bahkan akan menjerit keras ketika melihat kecowa mati. Hingga mereka hanya fokus pada pilihan yang kedua.
"Lalu apa pilihan keduamu?" Tanya Lila dengan penasaran.
Tatapan Putri penuh misterius, senyum kejam muncul di bibirnya. Dia berkata dengan nada seorang antagonis dari sebuah cerita. "Jika aku tidak bisa untuk membunuh tubuhnya, maka aku akan membunuh perasaannya. HAHAHAHAHAHA—"
Plak
Gina dan Lila memukul kepala Putri menyadarkannya. "Kerasukan nih orang."
Putri menatap kesal kedua sahabatnya dan melanjutkan ucapannya. "Maksudku, aku akan membuat Dion untuk tidak suka lagi padaku."
Lila mengerutkan keningnya, "Bagaimana caranya?"
Putri menatap Lila datar, "... Aku belum memikirkannya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
wez aq mampirin 3 bab nih thor.. plus like like nya..
bacanya nyicil 😁
.
.
ditunggu feedback nya yooo 🤗
2020-06-15
0
An
😂😂😂
2020-06-07
0
Lady Ve
Semangatttt
2020-05-26
4