Di dalam kelas XI IPA 2 yang begitu berisik, terdapat tiga makhluk yang berkumpul di pojok ruangan. Mereka berdiskusi dengan tampang serius dan sesekali tertawa dengan keras. Saat itu, listrik mati, kipas angin kincir yang selalu menjadi penangkal panas pada siang hari tidak bergerak dan hanya terdiam kaku di langit-langit kelas.
"Serius akan ada murid baru? Gila, padahal udah semester 2. Udah mau ujian lagi." Ucap Putri sambil mengipasi dirinya dengan buku catatan sejarah yang baru saja digunakannya untuk belajar.
Gina mengangguk, di antara mereka bertiga, dia selalu yang memiliki jaringan terbanyak. "Katanya sih cowok." Ucapnya acuh tak acuh, lalu menambahkan. "Dari desa."
Lila mendelik jijik, "Ish, pasti udik. Cowok-cowok desa kan hitam, dekil, terus mukanya penuh jerawat."
Putri dan Gina saling menatap dengan kosong. Mereka memukul kepala Lila dengan keras. "Sadar diri oi! Emang kamu putih? Berkilau? Tidak punya jerawat?" Ucap Gina sarkas.
Putri mengangguk setuju, "Tidak semua cowok dari desa gitu kali. Ada beberapa yang tampan juga."
"Jadi si Ucup kalian bilang tampan?" Tanya Lila yang membuat Putri dan Gina terdiam.
Benar kata Lila, Ucup dari desa dan dia hitam, dekil, pecicilan lagi.
Gina langsung mengangguk setuju, "Ya, aku juga tidak berharap anak baru ini ganteng. Mengingat dia masuk di waktu yang salah, mungkin dia punya masalah di sekolahnya yang dulu dan dipindahkan kemari."
Putri juga putar haluan, "Ya, kebanyakan orang desa memang nakal-nakal sih. Susah diatur." Contohnya Ucup.
Lila tersenyum penuh kebanggaan karena akhirnya bisa mendapatkan persetujuan kedua sahabatnya itu. "Benar."
Gina menatap kedua sahabatnya dengan tatapan geli, "Coba tebak siapa nama anak baru ini!"
Putri dan Lila saling memandang dan mulai memikirkan nama-nama pasaran yang terlintas di kepala mereka.
"Eko?" Tanya Lila.
Gina menggelengkan kepala, "Salah. Tebak lagi!"
"Sudirman?" Ucap Putri sambil menahan tawa gelinya.
Gina terkekeh namun tetap menggelengkan kepalanya. "Salah!"
"Hertono?"
"Pffft, salah!"
"Sapriudin?"
"Nonono!"
"Kamaludin?"
"Haha, tidak!"
...
Puluhan nama sudah Lila dan Putri sebutkan namun tetap saja dijawab salah oleh Gina. Walaupun begitu, mereka bertiga tidak berhenti tertawa saat menyebutkan nama-nama yang sangat familiar.
Setelah selesai ketawa, Gina menatap Lila dan Putri secara bergantian. "Oke, oke, aku bakal kasih tahu kalian namanya."
Lila dan Putri mengangguk bersamaan, "Siapa namanya?"
"Bambang."
"Pfft."
Ketiganya langsung tertawa dengan keras sambil memegang perut mereka. Lila sampai mengeluarkan air mata dari sudut matanya karena terlalu banyak tertawa.
"Perhatian untuk semuanya!"
Ketiganya sontak menghadap ke depan dan berhenti tertawa. Bu Dini adalah guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas XI IPA 2. Kini, dia berdiri di depan kelas dan meminta perhatian dari murid-muridnya. Apa yang membuat ketiga siswi ini terdiam ialah kenyataan bahwa ada seorang pemuda yang mengenakan seragam batik berbeda dari mereka berdiri di samping Bu Dini.
"Ini Bambang, mulai hari ini dia akan menjadi murid kelas XI IPA 2."
Pemuda yang berdiri di samping Bu Dini menatap para murid-murid yang akan menjadi teman kelasnya dengan malu. Semburat merah tercetak jelas di pipinya membuat seisi kelas memiliki hati yang gatal.
Bu Dini menunjuk bangku belakang pada Bambang, "Kamu mulai sekarang duduk di situ. Saat ini istirahat, jadi berkenalan lah lebih dekat dengan teman-teman sekelasmu."
Bambang mengangguk nurut membuat Bu Dini tersenyum puas dan pergi dari ruangan, meninggalkan Bambang sendiri berdiri kaku di depan kelas.
Tiada yang bersuara, keheningan panjang yang begitu langka terjadi di kelas XI IPA 2. Mata mereka tertuju lurus pada Bambang hingga membuat pemuda itu salah tingkah dan menundukkan kepalanya.
Lila memegang dadanya dengan keras, "Jantungku berdebar kencang. Inikah cinta pada pandangan pertama."
Mulut Gina terbuka lebar menatap Bambang dengan lapar. Dia tersadar ketika mendengar Lila bersuara. "Apa aku bilang, anak baru itu sangat tampan."
Putri tidak berkedip ketika menatap Bambang, "Itu aku yang bilang, ****!"
Bambang berjalan dengan canggung menuju ke bangku belakang. Ketika dia duduk dengan tidak nyaman di bangkunya, Lila, Gina, dan Putri langsung menyergapnya secara beruntal.
Lila tersenyum manis, dia mengulurkan tangan kanannya ke depan. "Halo Bambang. Aku Lila."
Bambang mengangguk namun tidak membalas uluran tangan Lila. Dia tidak mengangkat pandangannya dan hanya memandang meja. "Bambang." Ucapnya dengan suara kecil.
Gina dengan cepat menyingkirkan Lila, dia berbatuk kecil sebelum memperkenalkan diri dengan elegan. "Aku Gina. Kalau ada masalah selama sekolah disini, kamu bisa meminta bantuanku."
Bambang tertegun sebentar sebelum mengangguk cepat. "Makasih."
"Oke." Balas Gina dengan suara yang dipaksakan cuek.
Gina menyenggol Putri yang masih terdiam menatap lurus pada Bambang. Putri dengan marah melotot pada Gina sebelum menunjukan senyum lembutnya. "Um, aku Putri." Ucapnya dengan penampilan sok malu-malu membuat Lila dan Gina membuat gerakan muntah.
"Iya." Gumam Bambang pelan.
Setelah mereka bertiga memperkenalkan diri, ketiganya langsung didorong massa dan terlempar dari sisi Bambang. Seluruh makhluk kelas berbondong-bondong mendekati Bambang dan memperkenalkan diri mereka. Ada kalanya mereka bertanya tentang kehidupan Bambang dan sekolah lamanya.
Mereka bertiga yang telah terusir kembali ke pojokan tanpa sisa harapan. Ketika murid tampan atau cantik datang untuk pertama kalinya, tidak diragukan lagi mereka akan menjadi rebutan dan dikelilingi oleh para jomblo. Tiada kesempatan bagi mereka merasakan kebebasan untuk pertama kalinya.
Di pojok kelas, ketiganya menatap kerumunan yang menenggelamkan Bambang. Bahkan ada beberapa murid dari kelas lain yang datang mengintip di jendela setelah mendengar kabar 'ada murid baru yang sangat tampan pindah di kelas XI IPA 2'. Jelas mereka bertiga tidak memiliki kesempatan untuk mendekati Bambang. Tapi seketika Gina tertawa dengan keras, membuat Lila dan Putri bergidik ngeri.
"Kamu masih waras kan, Gin?"
Gina menatap kedua sahabatnya dengan menyalak. "Kalian lihat itu!" Gina menunjuk ke kerumunan di bangku belakang.
Putri dan Lila mengangguk tetapi tidak mengerti.
Gina kembali tertawa, "Hahaha, aku baru sadar si Bambang bakal jadi teman sebangkuku. Hahaha."
Rahang Putri dan Lila langsung jatuh. Mereka lupa jika Gina duduk di bangku tepat di sebelah Bambang duduk. Awalnya mereka mengejek Gina karena datang terlambat dan mendapatkan bangku sisa di belakang, sekarang mereka merasa menyesal dan ingin memutar balikkan waktu. Gina terlalu beruntung untuk menjadi seorang manusia!
Putri dan Lila menatap iri pada Gina, mereka berencana membuat percobaan pembunuhan untuk Gina dengan cara yang keji. Setelah Gina tidak ada, Putri dan Lila bisa saling membunuh dan merebutkan bangku Gina. Diam-diam mereka tersenyum jahat memikirkan rencana aneh tersebut.
Setelah waktu yang lama menatap kerumunan yang tak berhenti dan saling berdesak-desakkan di hawa yang panas, Lila bergumam pelan. "Aku rasa nama Bambang terdengar keren juga."
Putri dan Gina mengangguk setuju. "Iya, terdengar sangat keren."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
𝙳𝚑𝚢
hadir lagi
2020-06-13
0